Penyakit ISPA Dominasi Warga Kota Surabaya

3-ispaSurabaya, Bhirawa
Belum tutup tahun 2014 penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bakal menduduki peringkat teratas di Surabaya. Penyakit yang menyerang saluran nafas itu hingga bulan ini masih mendominasi dari penyakit lainnya.
Catatan Dinkes Surabaya menyebut penderita ISPA sebesar 41 persen ,sistem otot dan jaringan pengikat sebesar 12 persen, infeksi usus sebesar 11 persen, penyakit rongga mulut sebesar 11 persen. Kelainan kulit dan jaringan sub kutan sebesar 9 persen, penyakit sistem pencernaan sebesar 6 persen, penyakit tekanan darah tinggi sebesar 3 persen, penyakit mata dan adneksia sebesar 3 persen, penyakit endrokrin dan metabolik sebesar 2 persen dan penyakit telinga dan mastoid sebesar 2 persen.
Kepala Dinkes Surabaya, drg. Febria Rachmanita menyatakan, dari tahun ke tahun penyakit ISPA menduduki tertinggi di Surabaya. Banyaknya polusi udara, pencemaran lingkungan dan kurang bersihnya pola hidup masyarakat memicu terjangkitnya seseorang dalam penyakit pernafasan ini.
”Jika polusi udara dan perilaku masyarakat tidak berubah maka penyakit ISPA di Surabaya tidak dapat turun,” jelasnya.
Paparkannya, dari hasil evaluasi tahun lalu penyakit Ispa di Surabaya mencapai 302.012 orang dan disusul oleh penyakit tekanan darah tinggi sebanyak 131.943, rongga mulut sebanyak 113.323, penyakit pada sistem otot sebanyak 112.514 dan infeksi usus sebanyak 87.876angkanya kasus Ispa mencapai 302.012 orang dan disusul oleh penyakit tekanan darah tinggi sebanyak 131.943, rongga mulut sebanyak 113.323, penyakit pada sistem otot sebanyak 112.514 dan infeksi usus sebanyak 87.876.
”Jika dilihat penyakit ISPA trennya dari tahun-ketahun akan meningkat hal ini harus cepat ditangani,’ ucapnya.
Dikatakannya, penyakit Ispa merupakan sebuah penyakit yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas, red) hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah, red).
“Penyakit ini tidak hanya menyerang hidung saja akantetapi jaringan paru-paru juga diserang,” ujarnya.
Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono menyatakan, berdasarkan standard World Healt Organization (WHO) sebanyak 10 persen jumlah kelahiran bayi memiliki potensiĀ  menderita ISPA dan Pnuemonia. Maka, lanjutnya, dari total jumlah balita di Jatim sebanyak 3.091.037 terdapat 309.014 balita yang berpotensi menderita ISPA. “Jika ditotal penderita kasus ISPA balita mencapai 300 ribu orang,” tambahnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim Setyo Budiono menyatakan, penyakit ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Menurutnya, ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat asing seperti tetesan cairan yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan radang. “Bila penyebabnya virus atau bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang untuk media perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan memberi tempat berkembang bagi organisme yang sudah ada dalam paru-paru atau sistem pernapasan,” paparnya.
Umumnya penyakit ISPA balita menular secara langsung dari seseorang penderita kepada orang lain melalui media udara. Pada waktu batuk banyak virus dan kuman yang dikeluarkan dan dapat terhirup oleh anak lain yang berdekatan dengan penderita. [dna]

Keterangan Foto : Antisipasi Dinkes dalam mengurangi penyakit ISPA di masyarakat.

Tags: