Penyaluran Kredit UMKM Diupayakan Turunkan RTM

Salah satu UMKM di Jatim

Salah satu UMKM di Jatim

Surabaya, Bhirawa
Kondisi ekonomi global yang masih belum pulih membuat jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Jatim meningkat, khususnya di wilayah pedesaan.  Untuk itu, sebagai solusinya Gubernur Jatim Dr H Soekarwo memastikan pemerintah akan mendorong UMKM untuk meminjam modal dengan bunga murah perbankan yang di APBD 2017 dialokasikan sebesar Rp 200 miliar.
Dirut PT Bank Jatim R Suroso mengakui jika Bank Jatim diminta untuk menyalurkan kredit UMKM dengan bunga murah sebesar 9 persen. Dan itu sudah dilakukan melalui low agreement dan bekerjasama dengan sejumlah BPD di Jatim.
”Kami terus mendorong penyaluran kredit UMKM ini agar muncul entrepreneur-entrepreneur baru di Jatim. Dengan begitu ekonomi Jatim akan menggeliat lagi. Ini karena UMKM saja yang selama ini tahan terhadap guncangan keuangan,”tegas mantan Dirut Bank UMKM ini, Minggu (16/10).
Ditambahkannya, hingga Mei 2016 penyaluran kredit Bank Jatim mencapai Rp 29,13 triliun atau naik 5,85 persen dibanding periode sama tahun lalu. Menurutnya, kondisi ekonomi yang membaik sejak awal tahun membuat penyaluran kredit meningkat. Di Bank Jatim, kata dia, penyaluran kredit ke sektor konsumtif masih mendominasi dengan berkontribusi 64 persen dari total penyaluran kredit. Sedangkan sektor produktif atau investasi hanya kebagian 36 persen.
“Kami khawatir jika sektor konsumtif terus mendominasi penyaluran kredit, akan memicu inflasi karena tidak ada perputaran uang dari penyaluran kredit tersebut,” katanya.
Karena itu, emiten berkode BJTM akan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor produktif. Salah satu yang disasar adalah UMKM. Apalagi setelah Bank Jatim menerima loan agreement dari Pemprov Jatim sebesar Rp 400 miliar. Dengan menggenjot sektor produktif, laju inflasi di Jatim bakal bisa kendalikan. Hal ini karena perputaran uang yang terjadi bakal makin besar. Dengan begitu juga bakal memperkuat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan masyarakat.
“Selain itu, dengan fokus ke sektor produktif kami juga bisa menekan Non Performing Loan (NPL). Karena sektor produktif bakal memutarkan uangnya sehingga pembayaran lebih lancar. Itu jelas berbeda dengan sektor konsumtif yang potensi kesulitan membayar sangat besar,” katanya.
Data Bank Indonesia Jatim menunjukkan penyaluran kredit korporasi pada triwulan I 2016 tumbuh 7,01 persen melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,75 persen. Kondisi ini didorong perlambatan kinerja kredit sektor industri pengolahan dari 6,29 persen menjadi 5,64 persen. [cty]

Tags: