Penyaluran Kredit UMKM Jatim Tumbuh Lebih Baik

Salah satu UMKM di Jatim.

Salah satu UMKM di Jatim.

Surabaya, Bhirawa
Kendati penyaluran kredit secara umum di Jatim menunjukkan perlambatan sejak awal tahun, namun penyaluran kredit UMKM mampu tumbuh lebih baik pada Oktober 2015. Penyaluran kredit UMKM yang didominasi oleh sektor perdagangan ini mampu tumbuh 8,60% (yoy) sedangkan kredit non UMKM tumbuh 8,32% (yoy).
Pertumbuhan tersebut juga didukung dengan perbaikan Non Performing Loan (NPL) UMKM dari 4,47% pada bulan sebelumnya menjadi 4,35%. Demikian deputy kepala perwakilan BI Jatim Syarifuddin Basyara Rabu (6/1) kemarin. . Hal ini lanjutnya, juga terkonfirmasi dari pernyataan sektor perbankan yang relatif beralih untuk menggenjot penyaluran kredit UMKM di tengah lesunya kinerja sektor riil yang berskala besar.
NPL keseluruhan perbankan Jatim pun menunjukkan perbaikan dari level 2,19% pada bulan sebelumnya menjadi 2,18% pada Oktober 2015. Meskipun terjadi peningkatan resiko pada sektor konstruksi sebagai dampak dari lesunya dunia usaha dan realisasi investasi, NPL sektor industri pengolahan dan perdagangan yang relatif stabil dan membaik mampu menahan peningkatan NPL sektor perbankan Jatim. Loan to Deposit ratio (LDR) sektor perbankan meningkat ke level 88,30% menunjukkan perbankan masih tetap dapat menjaga kestabilan tingkat likuiditasnya.
Menurutnya, Penyaluran kredit pada 3 sektor utama Jatim menunjukkan arah yang bervariasi. Penyaluran kredit ke sektor pertanian terkontraksi sebesar 6,39%, semakin dalam sejak pertama kali terkontraksi pada Juni 2015. Untuk sektor Industri pengolahan, terjadi perlambatan pertumbuhan yang cukup dalam dari 14,45% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 5,54% (yoy).
“Sedangkan sektor perdagangan mencatatkan peningkatan pertumbuhan lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 10,75% (yoy). Peningkatan kredit tersebut terkonfirmasi oleh Survei Penjualan Eceran (SPE) dimana Indeks Riil Penjualan Eceran (IRPE) menunjukkan peningkatan baik secara bulanan maupun tahunan pada Oktober 2015,” katanya.
Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit masih tetap ditopang oleh Kredit Modal Kerja (KMK), dengan pangsa sebesar 58,92%, diikuti oleh Kredit Konsumsi (KK) sebesar 27,04% dan Kredit Investasi (KI) sebesar 14,04%. KMK tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 6,63% (yoy) sedangkan KI dan KK menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya dengan laju masing-masing sebesar 8,65% (yoy) dan 12,02% (yoy).
Pertumbuhan KK ditopang oleh kredit rumah tangga untuk beberapa kepentingan seperti pemilikan ruko dan rukan, pemilikan flat atau apartemen tipe 22 s.d. 70, pemilikan peralatan lainnya, pemilikan furnitur dan peralatan rumah tangga serta pemilikan sepeda bermotor. Hal ini sejalan dengan adanya penurunan suku bunga rata-rata tertimbang (rrt) untuk sepeda bermotor yang turun dari 16,15% menjadi 16,01% pada Oktober 2015.
Dari sisi aset dan DPK, perbankan Jatim mencatat pertumbuhan yang melambat. Aset tumbuh 9,78% (yoy) sedangkan DPK tumbuh 9,35% (yoy) pada Oktober 2015. Pertumbuhan DPK melambat seiring dengan meningkatnya kebutuhan likuiditas masyarakat yang dipenuhi oleh dana sendiri (self financing). Diyakini, nasabah cenderung menarik dana yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan kegiatan operasionalnya. Hal tersebut terkonfirmasi dengan melambatnya 3 jenis DPK pada bulan berjalan. [ma]

Tags: