Penyelanggara Pemilu Perlu Lakukan Evaluasi pada Pemilu 2024

Anggota Komisi III DPR RI Moreno Soeprapto (kanan) saat berada di Kantor DPC Partai Gerindra, Kota Malang

Kab Malang, Bhirawa
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Fraksi Partai Gerindra Moreno Soeprapto, menilai jika pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 merupakan proses pesta demokrasi yang sangat memberatkan dan melelahkan.
“Sebab, banyak teman-teman Panitia Pemungutan Suara (PPS), Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), serta petugas pengamanan baik dari TNI/Polri dan Anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas) kecapaian, bahkan ada yang meninggal dunia saat menjalankan tugasnya,” ungkap Moreno, yang juga Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Malang, Rabu (24/4), kepada sejumlah wartawan.
Selain itu, lanjut dia, kecapaian juga dirasakan para caleg, relawan, dan saksi. Sedangkan Pemilu Pilpres dan Pileg secara bersamaan di tahun ini, maksud penyelanggara Pemilu mengefesiensikan anggaran. Namun, dibalik efesiensi tersebut, akhirnya ada yang sampai meninggal dunia akibat kecapaian. Dan dari informnasi yang kita dapat dari beberapa media, ada 109 orang meninggal dunia, termasuk didalamnya terdapat 15 orang anggota Kepolisian meninggal dunia saat menjalankan tugas pengamanan Pemilu.
“Sebenarnya, konsep Pemilu Pilpres dan Pileg secara bersamaan belum bisa diterapkan di Indonesia. Sehingga penyelenggara Pemilu harus perlu melakukan evaluasi pada pelaksanaan Pemilu pada lima tahun mendatang,” ujar Moreno, yang juga sebagai pembalap mobil nasional.
Dia mengatakan, kecapaian yang dialami PPK, PPS dan KPPS dalam melakukan hasil perhitungan suara di Pemilu 2019, maka terjadi kesalahan dalam melakukan perhitungan. Karena dalam perhitungan hasil suara Pilpres dan Pileg dari siang hingga pagi, hal itu yang membuat mereka kecapaian. Sehingga dengan adanya kesalahan dalam memasukan angka hasil suara, dianggap terjadi kecurangan.
Untuk itu, dirinya meminta kepada penyelenggara Pemilu, agar Pemilu 2024 mendatang kembali digelar secara terpisah, yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. “Jika pemungutan suara sistemnya diterapkan seperti yang sudah dilaksanakan ini,  pemilih dibuat bingung, karena terlalu banyak kertas suara yang dicoblos, terutama pada pemilih lanjut usia (lansia),” ujar Moreno, yang kembali mencalonkan Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Malang Raya.
Dikesempatan itu, dia juga menegaskan, bahwa hasil suara Pilpres berdasarkan real count, pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno memperoleh suara tertinggi dari pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-KH Mar’uf Amin.
Saat ditanya Bhirawa, hasil suara yang didapat di Pemilu Pileg 2019, apakah sudah mencapai target perolehan suara? Moreno menjawab, saat ini kami masih  mamantau terus pergerakan hasil suara saya, baik ditingkat PPK maupun di Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Saya sangat optimis, jika suara yang saya dapat memenuhi target, sehingga saya akan kembali duduk di kursi DPR RI,” pungkasnya, [cyn]

Tags: