Penyewa Stan Tolak RS Covid-19 di Mall Cito

Para Penghuni, Pemilik dan Pedagang (P4) Mal Cito saat menggelar aksi penolakan rencana pembangunan RS Darurat Covid-19 di kompleks Mal Cito, Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Rencana Pemkot Surabaya dan RS Siloam yang ingin mendirikan Rumah Sakit (RS) Darurat Covid-19 di kompleks Mal Cito (City of Tommorow) Surabaya, mendapat penolakan dari para penghuni, pemilik dan pedagang di Cito. Alasannya, setelah ada pandemi Covid-19, Mal Cito sekarang sangat sepi. Mereka khawatir jika ada RS Covid-19 akan menambah semakin sepi mal tersebut.
Ketua Paguyuban Penghuni, Pemilik dan Pedagang (P4) Cito, Totok Adi Prasetyo menuturkan, kondisi penyewa stan di Mal Cito sekarang ini sangat memprihatinkan. Sebab setelah ada pandemi Covid-19, mal yang terletak di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo itu sangat sepi. Tak heran jika banyak stan yang tutup.
“Kami dari P4 tidak ada yang diajak bicara oleh pihak manajemen terkait rencana pembangunan RS Covid-19. Kami tahunya, tiba-tiba ada ada Pak Wali Kota yang meninjau pembangunan rumah sakit tersebut. Seharusnya kami diajak bicara. Sekarang kondisi mal sangat sepi. Kami takut tidak ada pengunjung yang mau datang ke Cito, karena disini ada tempat penampungan pasien Covid-19,” ungkap Totok, saat menggelar aksi penolakan di Mal Cito, Rabu (3/2).
Pernyataan yang sama juga disampaikan salah seorang pedagang di Mal Cito, Nur Aini, yang memiliki lima gerai. Menurutnya, selama pandemi Covid-19 ini pendapatannya turun hingga 75 persen. Bahkan stan butik miliknya terpaksa harus ditutup karena sepi. Sedangkan stan mini cafe miliknya masih buka, namun pendapatannya hanya bisa menggaji karyawan.
“Kami tidak ada urusan dengan Pemkot Surabaya. Masalah kami ada di manajemen Cito yang tidak terbuka. Kata manajemen tidak tahu ada rencana pembangunan RS Covid-19. Itu hanya alasan saja. Kami merasa ditikung. Masak pembangunan RS di mall tidak tahu,” ungkapnya.
Sekertaris P4, M Yazid menjelaskan, memang RS yang direncanakan berada di sisi barat mall, atau bukan berada di dalam Mal Cito, akan tetapi masih dalam satu area. Sehingga ia bersama anggota paguyuban sangat khawatir ekonomi di Mal Cito terganggu.
“Ini kan cluster ekonomi, pusat ekonomi masyarakat. Kok mau didirikan RS Covid-19 ya jelas itu menjadi keresahan kita sebagai penghuni, sebagai pemilik, sebagai pedagang. RS yang masih dalam perencanaan dan wacana saja, para pengunjung mal sudah enggan datang ke Cito Mall, apalagi jika RS tersebut telah beroperasi,” ungkapnya.
Pihaknya menuntut untuk tetap menolak adanya RS Covid-19 di area Cito. Pihaknya telah mencoba bertemu dengan manajemen Cito, akan tetapi manajemen Cito tidak bisa memberikan informasi detail. Pihaknya akan merencanakan dialog lanjutan.
Yazid juga mengatakan bahwa sebenarnya dulu RS Siloam tersebut telah dibangun sejak 2014 lalu. Pihaknya tak bermasalah dengan pendirian tersebut, karena hanya RS biasa. Akan tetapi Pemkot Surabaya belum izin operasi RS tersebut. “RS ini belum jalan, terbengkalai. Ini kan sudah 7 tahun, tau-tau kok ada RS Covid-19,” tandasnya.
Sementara itu, Project Manager RS Siloam Cito, drg Sian Tjoe saat dikonfirmasi mengatakan, pendirian RS Darurat Covid-19 adalah permintaan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Karena RS Siloam memiliki tempat yakni di Mal Cito, akhirnya dibuatlah RS Covid-19 tersebut di kompleks Mal Cito.
“Sebenarnya rumah sakit ini sudah dipersiapkan sejak beberapa tahun lalu. Tapi karena suatu hal, pembangunannya tidak diteruskan. Kami antara Mal Cito dengan RS Siloam adalah satu manajemen, satu PT. Pembangunan RS ini adalah untuk membantu pemerintah dalam penanganan Covid-19,” katanya.
Saat ini, lanjut drg Sian Tjoe, pihaknya masih menunggu izin dari Pemkot Surabaya untuk pengoperasionalnya. Namun jika sesuai rencana, RS ini akan dibukap ada 8 Februari 2021 nanti. “Kapasitasnya nanti ada 105 ruangan dengan tiga ICU. Dan nanti akan kami siapkan menjadi 15 ICU,” ujarnya.
Terkait masalah Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), drg Sian Tjoe mengaku tidak mengetahuinya secara pasti. “Soal itu saya harus komunikasi dengan manajemen, bagaimana perkembangan terbarunya. Namun yang pasti, antara mal dan RS dipisah tempatnya. Tidak di dalam mal sehingga aman,” pungkasnya. [iib]

Tags: