Peran Ahli Farmasi Meningkatkan Layanan Kesehatan

Sekda Kabupaten Bojonegoro, Seohadi Moeljono saat memberikan pemaparan seminar dan Work Shop Kefarmasian di Bojonegoro. (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Profesi ahli farmasi atau apoteker dinilai sangat penting sebagai bagian peningkatak\n layanan kesehatan. Hal ini karena yang paling kompeten tentang obat-obatan adalah orang-orang farmasi.
Pemkab Bojonegoro selenggarakan seminar dan Work Shop Kefarmasian PAFI, bertempat di Gedung Islamic Center, Bojonegoro,kemarin (26/11). Acara itu dihadiri juga oleh Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro Ninik Kusmiayati, Ketua Pengurus Daerah PAFI jatim Hendro Tripancoro, Ketua Pengurus Cabang PAFI Bojonegoro, Mochamad Salim dan praktisi-praktisi kefarmasian lainnya.
Sekda Kabupaten Bojonegoro, Seohadi Moeljono menyampaikan, mengapresiasi eksistensi dari Pengurus Daerah PAFI (Persatuan Ahli Farmasi) Bojonegoro dimana merupakan bagian penting dalam bidang kesehatan.
” Untuk pembangunan Bidang Kesehatan ada 4 (empat) pilar yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan harus saling berkoordinasi,” ungkap Seohadi Moeljono.
Pilar yang pertama adalah Pilar Pemerintah, Pemerintah sebagai fasilitator dan pendorong, pilar yang kedua yaitu Element Masyarakat yang terdiri Perguruan Tinggi, Sekolah-Sekolah Farmasi, kemudian Pilar Yang Ketiga adalah Para Pengusaha atau Pembisnis dan pilar yang keempat adalah dari sisi masyarakat itu sendiri.
Selanjutnya, Ia juga mengatakan di Kabupaten Bojonegoro untuk pembangunan di Bidang Kesehatan konsen kepada pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sarana Prasarana Kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas.
” Sehingga beliau mempunyai angan-angan, kesehatan dibangun dengan 4 pilar, tetapi dengan pelayanan masyarakat yang terbaik dan dilayani oleh petugas-petugas yang profesional,” ujarnya.
Hendro Tripancoro selaku ketua Pengurus Daerah PAFI Jatim mengatakan acara yang dikuti kurang lebih 700 peserta ini dari TTK (Tenaga Tehnis Kefarmasian) se-Jatim dan para mahasiswa dan sekolah-sekolah farmasi yang ada di Jatim.
” Tujuannya, selain untuk memperkenalkan Sistem Oline STR (Surat Tanda Registrasi) TTK dan KTAN (kartu Tanda Anggota Nasional) ini juga untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para TTK terkait kerfarmasian dan juga memberi pengetahuan terkait identifikasi serta pencegahan penyakit jantung akut,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro Ninik Kusmiayati juga mengatakan, tenaga kefarmasian adalah bagian tenaga kesehatan yang penting, guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu tenaga kesehatan itu harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan.
Tenaga kefarmasian di kabupaten Bojonegoro adalah tenaga yang langka, hanya ada 100 apoteker, di 36 puskesmas hanya 7 puskesmas yang mempunyai TTK lulusan setara D3 Farmasi, sehingga ada 29 puskesmas yang belum mempunyai TTK.
” Bahkan di Rumah Sakit di Bojonegoropun masih kekurangan tenaga apoteker dan TTK,” katanya.
Untuk itu diharapkan pada seminar ini ada titik temu adanya mis komunikasi terkait TTK di Bojonegoro, sehinngga diharapkan nantinya untuk standart pelayanan kefarmasian di setiap puskesmas harus ada TTK. [bas]

Tags: