Peran Keluarga Mencetak Generasi Antikorupsi

Fakhrudin AzisOleh :
Fakhruddin Aziz
Alumnus UIN Yogyakarta

Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang tidak hanya merugikan keuangan negara, namun juga telah menyengsarakan rakyat. Tak bisa dimungkiri, kasus korupsi juga telah menyasar semua lini birokrasi dan profesi. Banyak yang ditangkap KPK dan dijebloskan ke hotel prodeo, namun meski demikian episode korupsi masih berlanjut. Pemberantasan korupsi oleh KPK dinilai telah bertaji, tetapi membebankan sepenuhnya kepada komisi antirasuah tersebut serasa tidak mungkin. Pemberantasan korupsi sangat kompleks, karena itu misi suci dan berat ini juga meniscayakan peran masyarakat, terutama di ranah pencegahan untuk menyentuh ke akar masalahnya.
Survei Transparency International Indonesia (TII) tahun 2013 mengenai faktor yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang tentang integritas dan sikap antikorupsi, sebanyak 83 persen menganggap faktor keluarga berpengaruh. Kemudian 80 persen menganggap sistem pendidikan baik di sekolah maupun di kampus berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan antikorupsi harus dimulai sedini mungkin, terutama di lingkungan keluarga.
Pendidikan antikorupsi memang harus dilakukan sejak dini karena usia dini merupakan masa emas bagi perkembangan anak yang sangat menentukan kualitas karakter di masa dewasanya. Masa ini juga merupakan masa yang peka bagi anak, jika mampu dioptimalkan dengan cara positif maka perkembangan anak di masa dewasa juga akan positif.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga merupakan lembaga pendidikan awal sebelum anak mengenal dan berinteraksi dengan dunia luar. Mencetak karakter baik anak harus dimulai sejak suami isteri merencanakan punya anak, kemudian ketika janin dalam kandungan, dan berlanjut ketika telah lahir. Untuk melahirkan keturunan baik, suami isteri dianjurkan untuk berdoa sebelum melakukan hubungan badan. Hal ini juga untuk menghindari intervensi setan yang bisa memengaruhi karakter anak kelak. Kemudian setelah istri mengandung juga dianjurkan untuk membacakan doa bagi si janin demi keselamatan dan kebaikannya. Anak yang belum lahir sejatinya sudah bisa merespon apa yang dikerjakan oleh orangtuanya, terutama ibu.
Setelah anak lahir, orangtua harus berperan aktif mendidik anak-anaknya dengan ajaran kebaikan, termasuk pendidikan antikorupsi. Hal itu bisa dilakukan dengan menanamkan kesederhanaan dan kejujuran sedini mungkin. Nilai-nilai baik itu bisa dilakukan melalui hal-hal sederhana dan sifatnya rutinitas harian. Misalnya orangtua memberikan uang saku yang tidak berlebihan kepada anak. Hal ini akan membiasakan anak bergaya hidup sederhana dan bertanggung jawab dalam pengelolaan uang sakunya. Ini penting, karena bergaya hidup mewah berpotensi memicu perilaku korup dengan mengeruk kekayaan secara ilegal.
Begitu pula dalam memberikan fasilitas dan barang-barang konsumtif kepada anak, selayaknya tetap dalam batas kesederhanaan dan menekankan sisi kemanfaatan. Meskipun sebenarnya orangtua punya kemampuan bisa lebih dari itu. Namun pada kenyataannya tidak sedikit para orangtua yang justru dengan bangganya memberikan buah hatinya atribut kemewahan seperti gadget, pakaian, perhiasan, dan lainnya demi menegaskan kelas sosialnya di mata masyarakat. Jika hal ini terus dibiasakan, pada akhirnya gaya hidup mewah anak akan terbawa hingga ia dewasa kelak. Seyogianya orangtua menekankan cara pandang bahwa kualitas pribadi anaklah yang akan meninggikan derajatnya, bukanlah atribut kemewahan.
Kemudian kejujuran merupakan aspek terpenting dalam misi suci antikorupsi. Bahkan KPK menggunakan slogan “berani jujur itu hebat”. Sejak dini, sifat jujur perlu ditanamkan kepada anak, karena kejujuran merupakan awal dari kebaikan. Orangtua bisa memberikan pengertian mengenai kejujuran dan sifat sebaliknya melalui cerita atau dongeng. Harapannya anak akan memahami, menyadari, dan terstimulasi untuk menerapkan dalam sikap dan perilakunya. Anak juga perlu didorong untuk berkata jujur dalam kehidupan sehari-hari serta perlu diberikan reward atau pujian karena berani jujur. Namun ketika anak berbohong jangan sampai orangtua bereaksi kecewa atau marah secara berlebihan. Anak perlu diberi pengertian dan dimotivasi supaya lebih berani memilih jujur daripada berbohong, karena kejujuran merupakan pangkal dari kebaikan.
Kemudian tanamkan nilai-nilai keimanan bahwa Allah Mahamengetahui segala niat dan perbuatan makhluknya. Keimanan merupakan fondasi utama yang akan memandunya ke jalan yang lurus. Dengan adanya keyakinan itu, diharapkan sikap dan perilaku anak akan selalu berada dalam kontrol positif. Yang perlu diperhatikan, dalam menyampaikan kepada anak orangtua sebaiknya menggunakan dialog interaktif yang baik. Dengan itu pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak. Selain itu juga bisa mengetahui kendala yang dialami sehingga ada solusi terbaik.
Orangtua jangan hanya mengajari anak secara normatif mengenai kesederhanaan dan kejujuran, tapi juga memberikan keteladanan terhadap dua hal tersebut dalam rutinitas keseharian. Justru ini penting, karena orangtua adalah figur yang pertama dilihat dan diplagiasi oleh anak. Anak adalah plagiat ulung, perkembangan mental dan karakternya sangat dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungannya. Anak yang terlahir ke dunia dalam kondisi fitrah, ia akan menjadi baik atau tidak tergantung bagaimana orangtua mengarahkan dan mendidiknya.
Hal penting lainnya yang perlu menjadi perhatian para orangtua adalah tidak memberi asupan anak-anaknya dari harta hasil korupsi maupun harta haram lainnya. Meskipun secara fisik makanan itu halal, namun bisa menjadi haram karena diperoleh dengan cara yang haram. Bentuk “investasi pendidikan” sejak dini orang tua kepada anaknya adalah dengan memberikan asupan yang halal dan baik bagi mereka, karena pemenuhan kebutuhan hidup yang berasal dari sumber haram bisa membentuk karakter yang tidak baik bagi anak hingga ia dewasa. Jika punya nurani, tentu kita semua tidak akan tega jika makanan dari harta hasil korupsi merasuk ke dalam tubuh anak-anak dan keluarga kita.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan awal bagi anak. Karena itu, para orangtua jangan sampai lengah, selamatkan generasi masa depan bangsa ini dari mentalitas korup. Jika tidak, jangan harap episode korupsi di negeri ini akan segera berakhir.

                                                                                          ——————— *** ———————–

Tags: