Peran Komite dan Wali Murid Tentukan PTM Digelar

Waka Humas SMAN 16 Surabaya, Abdul Razzaq Thahir menunjukkan arah jalan masuk yang harus diikuti siswa selama simulasi PTM mendatang.

Di Samping Perubahan Zona Sebatan Covid-19
Surabaya, Bhirawa
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) jenjang SMA/SMK di Surabaya terus bertambah. Hal itu seiring dengan perubahan zona oranye yang ada di daerah itu. Kendati begitu, berbagai pertimbangan, salah satunya persetujuan orangtua akan sangat berpengaruh. Seperti SMAN 16 Surabaya menggelar survey sebelum PTM diberlakukan, hasilnya 70% wali murid menyatakan setuju PTM digelar.
Menurut Sekertaris Komite SMAN 16 Surabaya, Kunjung Wahyudi, untuk yang 30%, ada yang mengizinkan 50% kapasitas tiap kelas. Tapi pihak sekolah tidak bisa seperti itu. Karena dari pemerintah menyarankan 25%. Maka sekolah menjalankan himbauan pemerintah.
Kunjung menjelaskan, survey ini dilakukan mengingat PTM di tengah pandemi berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan siswa. Karenanya pihaknya tak memaksakan wali mudid yang belum berkenan PTM digelar beberapa pekan kedepan. Komite bersama sekolah kini tengah menyiapkan teknis pelaksanaan PTM. Dan memastikan penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) secara ketat. Bahkan pihaknya juga akan membentuk koordinator komite setiap kelas untuk berkomunikasi selama PTM.
“Kapan akan dilakukan (PTM) kami masih membahas lagi dengan sekolah. Bisa jadi pertengahan November ini karena komunikasi orangtua dan komite berjalan lancar. Hanya saja, waktu detailnya tidak bisa memutuskan. Akan ada koordinasi kembali. Setelah 25% tatap muka, kita akan buat evalusasi lagi,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Komnas Pendidikan Jatim ini.
Sementara Kepala SMAN 16 Surabaya, Roodiantini menambahkan, secara teknis PTM di sekolahnya akan diberlakukan secara shift dengan komposisi 25% per kelas selama dua jam di sesi pertama. Di hari yang sama, sesi kedua komposisi yang sama dengan murid yang berbeda. Sehingga tidak akan terjadi penumpukan siswa di sekolah. Karena sekolah sudah membuat, arah masuk dan keluar siswa. Sehingga pencegahan penularan Covid 19 bisa dilakukan.
Roodiantini menuturkan, dalam PTM nantinya sekolah akan memfokuskan materi – materi pembelajaran yang tidak cukup dengan Daring, karena membutuhkan penjelasan lebih detail. Seperti materi eksak, geografi, ekonomi dan sebagainya. ”Kita akan programkan untuk materi – materi khusus ini,” pungkasnya.
Persiapan PTM juga dilakukan SMA Muhammadiyah X Surabaya. Selain merancang skema shift PTM, dan penerapan Prokes ketat, pihak sekolah juga menyiapkan empat gedung untuk mencegah terjadinya kerumunan siswa. Pihaknya juga membuat sebuah klinik khusus pemantau kesehatan siswa, dimana ada dokter dan perawat yang siaga.
“Jadi kami bagi shift, satu hari untuk kelas X saja, hari berikutnya kelas XI, berikutnya lagi kelas XII, begitu seterusnya. Dengan empat gedung yang kita miliki terpisah, jadi meminimalkan kerumunan. Jam pelajaran dibuat lebih pendek antara 3 hingga 4 jam saja sehari. Sisanya tetap diberi pelajaran secara online melalui platform yang kami miliki sendiri,” jabar Waka Humas SMAM X Surabaya, Suardi.
Bahkan persetujuan dari hasil survey orangtua mencapai 90% untuk digelar PTM. Meski persiapan sudah dilakukan secara optimal, Suardi mengungkapkan, jika hingga kini pihaknya masih menunggu instruksi Dinas Pendidikan dan Pimpinan Muhammadiyah perihal kapan bisa dilaksanakan PTM.
“Simulasi sudah kami lakukan, tetapi untuk kegiatan komunitas saja dan yang non pembelajaran. Kami sudah mengajukan ke Pimpinan Muhammadiyah, menanyakan tepatnya. Tetapi memang maklumat keputusan Muhammadiyah Pusat hingga Desember untuk PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh),” ujarnya.
Dijelaskan Suardi, pembelajaran Daring sebenarnya tak menjadi masalah. Pasalnya sebelum pandemi Covid 19 terjadi sekolah sudah terbiasa dengan pembelajaran online. Tetapi dengan konsep yang diusung sekolah, di mana interaksi dua arah guru dan murid memegang peranan penting. Dan untuk penanganan psikologis dan bakat minat siswa, jadi membutuhkan bertemu dengan siswa. Dan desakan mayoritas wali murid agar segera masuk, karena minimnya aktifitas siswa jika di rumah.

Hasil Evaluasi, Tambah Kapasitas Siswa Per Kelas
Jika persiapan kedua sekolah akan mengisi kapasitas sebanyak 25 persen tiap kelasnya. Berbeda dengan yang ada di SMKN 2 Surabaya. Untuk ujicoba kedua ini akan menambah jumlah kapasitas hingga 50% siswa per kelasnya dengan 48 ruangan yang disediakan. Dengan sistem shift.
“Untuk simulasi selama sebulan kemarin kami sudah isi sekitar 25% kapasitas siswa per kelas. Dari hasil evaluasi ini dan mengingat persiapan Prokes yang ketat jadi kami menambah hingga 50%,” ujar Kepala SMKN 2 Surabaya, Djoko Pratmodjo.
Kapasitas ini, kata Djoko akan mulai diterapkan hari ini. Ia juga menambahkan, pentingnya asah skill dan kompetensi siswa di jenjang SMK jadi pertimbangan untuk menerapkan PTM ini.
“Kami khawatir jika ini tak segera dilakukan selama satu semester siswa tidak akan mendapatkan kompetensi yang mereka miliki. Kegiatan Prakerin (Praktek Kerja Industri) pun juga mulai berjalan untuk enam jurusan yang tersebar di sekitar Surabaya,” tandasnya. [ina]

Tags: