Peran Strategis Iptek dalam Pembangunan Maritim

Wahyu Kuncoro SNOleh :
Wahyu Kuncoro SN
Anggota Dewan Pendidikan Kota Surabaya

Sejarawan terkenal Adrian B. Lapian dalam bukunya “Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17? pernah mengingatkan bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di Indonesia telah membuktikan teknologi maritim pada era itu sangat maju dan berperan besar dalam penangkapan ikan, penyebaran logistik dan perdagangan serta untuk pertahanan dan keamanan.
Bukti-bukti terkait hal itu dapat ditemukan dalam peninggalan berupa bangunan purbakala ataupun catatan kuno. Teknologi perkapalan dalam kejayaan masa lalu telah mewariskan beragam istilah tentang kapal. Dalam bukunya, A. B. Lapian, mencatat berbagai istilah jenis angkutan laut untuk berlayar: sampan, perahu, kapal, arumbai, bangka, jukung, galai, gobang, lancang, lepa-lepa, londe, padewakang, pencalang, pinisi, rah, soppe dan wangkang. Beragamnya jenis angkutan laut ini mencerminkan kekayaan perbendaharaan alat angkutan yang digunakan untuk mengadakan hubungan antar pulau. Bahkan alat angkutan yang tercatat itu memiliki tingkat kelaikan laut yang berbeda-beda, misalnya ada yang terbatas pada penangkapan ikan di tepi pantai saja, sampai pada pelayaran di seluruh wilayah Asia Tenggara.
Pertanyaanya kemudian adalah, apakah kejayaan Nusantara masa lalu sebagai bangsa maritim hanya sebagai kenangan ataukah merupakan salah satu jati diri bangsa yang seharusnya dikembangkan untuk tujuan masa depan?
Momentum Meraih Impian
Kisah kejayaan masa lalu, sesungguhnya bukan hanya hari ini saja lebih nyaring diperdengarkan. Hampir setiap episode pemerintahan baru selalu menjanjikan impian hebat yang bisa direngkuh kalau bangsa ini memiliki kesungguhan dalam menggarap sektor maritim. Hanya sayangnya, impian membangkitkan kejayaan bangsa di sektor kelauatan seolah hanya isapan mimpi belaka.
Hari ini, harapan untuk mendulang kejayaan di sektor laut kembali membubung tinggi. Di bawah kendali  pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan gagasan ‘poros maritim’nya telah memantik harapan baru bagi bangsa Indonesia, bahwa masa depan kita sungguh ada di laut. Indonesia sebagai poros maritim dunia telah menjadi salah satu komitmen pemerintahan yang tertuang dalam visi pemerintahan baru yaitu “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Beberapa pertimbangan menjadikan Indonesia sebagai ‘poros maritim dunia’ di antaranya karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dengan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer persegi. Indonesia memiliki wilayah laut seluas dua pertiga  dari total luas teritorialnya, yakni sebesar 5,8 juta kilometer persegi yang terdiri dari wilayah  teritorial sebesar 3,2 juta kilometer persegi  dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta kilometer persegi. Selain itu, Indonesia berada pada posisi strategis antar benua yang menghubungkan negara-negara dengan ekonomi maju. Dengan  cakupan yang demikian besar dan luas tersebut, potensi sektor maritim dipastikan mampu memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi kelangsungan pembangunan nasional kini dan ke depan.
Potensi sektor maritim yang “sangat besar” tersebut belum secara optimal ditransformasikan sebagai sumber kemajuan dan kemakmuran rakyat. Hal ini dapat diindikasikan dari rendahnya kontribusi ekonomi sektor tersebut terhadap Produk Domestik Bruto selama ini. Kontribusi ekonomi yang berasal dari pemanfaatan potensi sumber kelautan dari sektor perikanan (tahun 2013) baru mencapai angka kurang dari 4 persen PDB nasional. Kontribusi ekonomi maritim di sektor pertambangan juga dicatat masih relatif rendah. Belum lagi  bicara kontribusi ekonomi yang berasal dari potensi pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi maritim, energi, pariwisata bahari, pelayaran, angkutan laut, jasa perdagangan, industri maritim, pembangunan maritim (konstruksi dan rekayasa), benda berharga dan warisan budaya, jasa lingkungan, konservasi hingga biodiversitasnya. Oleh karena itu, diperlukan kerja keras untuk mengoptimalkan sumberdaya maritim secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan untuk menunjang pembangunan nasional yang mandiri, maju, adil dan makmur.
Singkatnya, Indonesia dikarunia potensi maritim (transportasi laut, kapal, pelabuhan, lingkungan), dan kelautan (sumber daya laut) yang maha besar, yang selama ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat. Poros maritim yang digagas oleh pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kala dinilai sebagai tepat sebagai visi, citacita, doktrin dari sebuah bangsa besar untuk menuju Indonesia yang maju dan sejahtera, harus dapat ditindaklanjuti dalam sebuah platform dan program yang kongkrit, efisien dan berkelanjutan.
Peran Strategis Iptek
Kekayaan alam yang terkandung di wilayah laut Indonesia belum diinventarisasi secara baik. Banyak potensi sumber daya kelautan tidak dipahami nilai kemanfaatan dan ekologinya. Lebih jauh, ada kemungkinan sebagian potensi sumber daya kelautan negeri ini belum diketahui eksistensi keberadaannya. Jika ditelusuri lebih mendalam, terindikasi bahwa dari jumlah aktivitas riset sumber daya kelautan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlalu banyak, hanya 11 persen yang diperankan oleh institusi dalam negeri. Negara asing justru yang paling banyak menunjukkan minat dalam melakukan penelitian di bidang kemaritiman.
Penguasaan teknologi kelautan oleh pakar dalam negeri sangat krusial. Tanpa penguasaan teknologi Indonesia tidak akan pernah mengetahui secara tepat dan komprehensif tentang apa dan seberapa banyak sumber daya yang dimiliki. Ketidakpahaman ini akan menempatkan Indonesia pada posisi lemah dalam setiap forum diplomasi internasional. Argumen baik tidak akan mampu dibangun di atas fondasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Diplomasi untuk memperjuangkan harkat martabat bangsa tak dapat diraih jika tanpa amunisi pemahaman tentang potensi sumber daya seluruh wilayah Indonesia dan potensi manusianya. Sebagai negara kepulauan sudah saatnya memulai secara sungguh-sungguh meningkatkan penguasaan tekno-ekologinomi laut.
Dalam mengelola Negara kepulauan, Negara harus berani hadir dan mengedepankan ke-Indonesiaannya melalui teknologi dan industri  yang dihasilkan oleh anak bangsa sendiri, bukan (selalu) membeli barang dan teknologi yang berorientasi murah harganya dari luar negeri. Untuk mewujudkan pembangunan poros maritime diperlukan waktu yang tidak sebentar, untuk itu Indonesia perlu memulainya dengan mengerahkan seluruh sumberdaya, termasuk bekerjasama berbagai pihak.
Dalam konteks ini, Iptek dapat memberikan kontribusi strategis paling tidak dalam bidang pengembangan ekonomi maritim, penguatan konektifitas maritime nasional, pemberantasan illegal fishing, serta penguatan kemampuan SDM dan Iptek Nasional.
Oleh karenanya, jika kerajaan-kerajaan Nusantara telah berjaya dan memiliki teknologi canggih era itu, maka anak bangsa hari ini juga harus mengembangkan beberapa teknologi yang didukung oleh pemahaman akan sains untuk pembangunan Indonesia menuju poros maritim dunia.
Ketertinggalan Indonesia selama ini dalam bidang maritim sejatinya karena lemahnya inovasi iptek dan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) di bidang maritime. Riset-riset kelautan saat ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil peneliti dan kampus karena kurangnya dukungan pendanaan. Disamping itu, sarana dan prasarana penelitian di laut yang relatif mahal jadi salah satu kendala masih lemahnya iptek maritim. Malah tak jarang riset-riset illegal kapal asing di laut terjadi di luar pantauan, jadi jangan heran jika banyak produk laut di impor walaupun bahan bakunya dari laut Indonesia.  Pemerintah harus berkomitmen memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengembangkan sektor kelautan dan perikanan.
Wallahu’alam Bhis-shawwan

                                                                                                                         ———– *** ————

Tags: