Perangi Intoleransi, Pelajar MI Darul Ulum Kota Batu Kunjungi Wihara

Sejumlah pelajar dan guru MI Darul Ulum saat bersilaturahmi ke Wihara Dhammadipa Arama

Kota Batu,Bhirawa
Kasus penyerangan terhadap tokoh agama dan tempat ibadah yang sempat meramaikan pemberitaan media, membuat para pendidik di Kota Batu ini prihatin sekaligus khawatir. Mereka khawatir intoleransi beragama ini akan mempengaruhi anak didik mereka. Kamis (15/2), Manajemen Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum Kota Batu secara khusus memberikan pendidikan toleransi kepada ratusan muridnya dengan mengunjungi Wihara Dhamma Dippa Arama Kota Batu.
Sedikitnya ada 213 siswa MI Darul Ulum yang ikut datang berkunjung ke Wihara Dhammadipa Arama. Mereka datang didampingi para guru dan sekitar 45 walimurid. “Ini merupakan pendidikan out class yang kita programkan. Dan tema kita kali ini adalah memberikan pendidikan toleransi sejak dini atas keberagaman agama yang ada di Indonesia,”ujar Kepala MI Darul Ulum, Ust.Ulul Azmi, Kamis (15/2).
Azmi menjelaskan bahwa pendidikan toleransi out class ini juga sebagai bentuk respon atas beberapa peristiwa intoleransi yang terjadi beberapa waktu lalu. Ia mengatakan jangan memberi ruang kepada siapapun yang mencoba merongrong keutuhan NKRI, termasuk melalui intoleransi.
“Dan kami ingin memberikan pemahaman sejak dini tentang pengertian toleransi secara utuh serta menghargai perbedaan,” tambah Asmi.
Iapun mengaku jika pendidikan out class tentang toleransi ini baru pertama kali dilakukan di MI yang dipimpinnya. Harapan ke depan, giat positif ini tidak hanya dilaksanakan di Wihara, tetapi juga akan dilakukan di beberapa tempat ibadah lain yang ada di Kota Wisata ini. Mulai Kelenteng Kwan Im Tong yang berada di Kelurahan Sisir, Pura Giri Arjuno di DesaTulungrejo, dan beberapa Gereja di Kota Batu.
Selama mengikuti out class kemarin, para pelajar MI ini belajar toleransi bersama para rohaniawan Buddhis atau Biksu dan Biksuni. Banyaknya pelajar yang datang memaksa pihak Wihara harus membaginya menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok disediakan seorang Biksu/ Biksuni untuk mendampingi dan memberi penjelasan selama berkeliling area Wihara yang cukup luas tersebut.
Setiap sudut Wihara yang berdiri sejak 1971 ini tak luput dari pengamatan para siswa. Mulai dari perpustakaan hingga beberapa patung Buddha mulai yang berukuran kecil hingga berukuran besar.
“Tadi selain belajar sejarah lahirnya Buddha, kami juga melihat-lihat patung Buddha. Para Biksu yang mengantar kami cukup ramah, dan kita juga diajarkan untuk ramah kepada siapa saja walapun berbeda agama,”ungkap salah satu siswa MI Darul Ulum, Ahmad Dedi Farrel.
Sementara, Kepala Wihara Dhammadipa Arama, Bante Khantidharo Mahathera mengatakan pihaknya mengapresiasi baik kedatangan para siswa MI tersebut. Ia menyatakan sangat terbuka kepada pihak non umat Buddhis manapun yang ingin berkunjung ke Vihara. Apalagi diketahui jika tujuan kunjungan tersebut untuk silaturahmi dan mempererat persaudaraan.
“Bagus untuk saling mengenal. Agama apapun itu jika mengajarkan permusuhan. Kita hidup untuk bahagia, dan bahagia bisa kitadapatkan dengan saling menolong, saling membantu, dan bukan saling memusuhi,”pesan Khantidharo.(nas)

Tags: