Perangkat Desa Se-Bojonegoro Dilatih Cegah Bencana

Pewakilan perangkat desa mengikuti pelatihan penanggulangan bencana. (achmad basir/bhhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Sebanyak 430 perwakilan perangkat desa se Bojonegoro mendapatkan pelatihan penanggulangan bencana yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Selasa (29/8) .
Kepala Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)  Kabupaten Bojonegoro, Andik Sudjarwo, kegiatan ini bertujuan untuk penanganan bencana menjadi cepat dan tepat serta membangun budaya kebersamaan dan gotong royong disemua lapisan.
“Kemudian sebagai media penyebarluasan fungsi penanggulangan bencana sehingga lebih terstruktur dan tersistematis serta terarah,” ujarnya pada acara yang digelar di pendopo Malwopati Kantor Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bojonegoro, Soehadi Moeljono mengharapkan, kepada seluruh peserta agar mengikuti pelatihan ini dengan sebaik-baiknya karena ini menjadi kunci penanganan kondisi darurat yang terjadi diwilayahnya masing-masing.
“Utamanya adalah membantu dan menolong masyarakat di desa mereka,” katanya.
Secara khusus Sekda menegaskan bahwa semua harus dimulai dari hati, jika hati hadir maka ilmu yang disampaikan ini akan mudah dicerna kemudian akan diaplikasikan nanti dilapangan.
Sekda menjelaskan bahwa tipologi wilayah kita yakni Bojonegoro terbagi dalam dua yakni Bojonegoro utara  yang dilalui sungai Bengawan Solo dan Bojonegoro selatan yang merupakan daerah pegunungan dan berhutan.
“Oleh karena karakteristik ini maka potensi bencana di wilayah Utara adalah banjir akibat luapan sungai bengawan solo dan banjir genangan. Sedangkan untuk wilayah selatan potensi bencana adalah banjir bandang, longsor, kekeringan yang rentan terhadap bencana kebakaran, angin puting beliung dan lain lain,” jelasnya.
Sehingga bisa dikatakan bahwa bencana di wilayah selatan itu kerugian lebih besar bisa mencapai milyaran rupiah dan untuk dampak bencana di wilayah utara adalah kerugian banjir yang berakibat pada puso atau gagal panen.
Menurut Sekda, korban akibat kejadian tenggelam justru banyak terjadi di saat musim kemarau baik itu terjadi diwilayah Bantaran Sungai Bengawan Solo ataukah embung. Kejadian ini diakibatkan anak-anak yang bermain di dua titik tersebut dan mereka tidak bisa berenang juga.
“Jika kita mau mencermati kondisi alam sekarang betapa sangat jauh berbeda di bandingkan beberapa tahun yang lalu,” imbuhnya.
Di Bojonegoro, lanjut Sekda, hutan dari tahun ketahun makin habis. Kerusakan hutan ini diakibatkan oleh banyak faktor antara lain alam, ulah manusia ataukah manajamen pengelolaan hutan yang kurang.
“Untuk menjaga hutan ini membutuhkan sinergi banyak pihak tak serta merta menjadi tanggungjawab pihak perhutani. Namun harus disadari dalam pengelolaan hutan ini mekanisme tak semudah yang dibayangkan,” pungkasnya.
Sekda juga menghimbau untuk menjaga ketahanan desa dari sisi bencana agar dalam perencanaan APBDes desa agar memasukkan upaya penanggulangan bencana dalam APBDes . [bas]

Tags: