Perayaan Nyepi, Hotel Bromo Sepi Pengunjung

Hari nyepi di kawasan Bromo Hotel Yochis dan hotel lainnya ikut sepi pengunjung.

Hari nyepi di kawasan Bromo Hotel Yochis dan hotel lainnya ikut sepi pengunjung.

Kab.Probilinggo, Bhirawa
Setelah statusnya diturunkan dari Siaga (level III) menjadi Waspada (level II) pada Jumat (26/2) lalu, ada 1.100 wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo dari pintu Malang, Pasuruan dan Probolinggo. Pengunjungnya sudah meningkat, Namun di saat Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu Tenggger di kawasan tersebut, hotel sepi. Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Wilayah I Fariana Prabandari, Kamis (10/3).
Fariana mengatakan, warga dan wisatawan sudah diperbolehkan memasuki kaldera lautan pasir pasca penurunan status oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Namun, kendaraan bermotor masih dilarang.
Praktis, wisatawan yang datang berkunjung hanya bisa menikmati kaldera lautan pasir dengan berjalan kaki atau menunggang kuda wisata. Itu pun hanya mungkin dilakukan lewat pintu Probolinggo sebagai akses terdekat. Larangan diberikan untuk memulihkan ekosistem pasca erupsi, menghormati ritual Wulan Kapitu warga Tengger, serta pembenahan jalur wisata lautan pasir. Kendaraan bermotor baru boleh masuk mulai Sabtu 12/3 nanti.
Sementara itu, Hari Raya Nyepi yang diperingati Umat Hindu, berdampak pada tingkat hunian hotel (okupansi) di Kawasan Gunung Bromo. Tamu yang berkunjung dan menginap, tak beranjak dari angka 50 persen. Padahal biasanya, pariwisata Bromo selalu mendapat limpahan wisatawan dari Pulau Bali saat Hari Raya Nyepi berlangsung.
Sebab, wisata di kawasan Bromo tetap buka meski warga Tengger ikut Nyepi. “Sepi sekali. Momen libur Nyepi tidak mampu mendongkrak tingkat hunian,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kabupaten Probolinggo Digdoyo Djamaludin.
Dari catatan PHRI, terdapat 14 hotel yang berdiri di kawasan Gunung Bromo dengan kapasitas 494 kamar. Plus 128 home stay dengan kapasitas 300 kamar, sehingga secara keseluruhan terdapat 794 kamar. Perayaan hari nyepi 1938 saka, suasana perkampungan penduduk suku Tengger di lereng Gungung Bromo, di Kabupaten Probolinggo, tampak sepi tidak seperti biasanya.
Terbukti pada Rabu (9/3) yang bertepatan dengan kejadian Gerhana Matahari Total rumah-rumah penduduk di sekitar perkampungan Tengger tampak sepi dan nyaris tidak ada aktifitas yang dilakukan warga setempat.
Bahkan jalan-jalan, gang perkampungan, hingga rumah-rumah warga nampak lengang. Rumah mereka tertutup, mulai pintu rumah, jendela, dan gorden tertutup rapat. “Hanya anak kecil, dan para orang tua yang sudah lanjut usia ada di luar rumah, karena mereka tidak diwajibkan melakukan tapa brata,” ujar Misnan, salah satu tokoh warga Tengger.
Sementara, aktifitas tak seperti hari-hari biasanya, suasananya nampak mati, warga hindu tengger yang merayakan hari raya nyepi nampak khidmad dan khusuk, melakukan tapa brata di dalam rumah. Misnan, mengaku untuk memperkhidmad tapa brata, beberapa jalan dan gang-gang ditutup menggunakan bambu, hal tersebut ditujukan agar tidak ada yang lalu lalang, hingga mengganggu tapa brata. “Umumnya mereka yang menjalankan ibadah nyepi adalah yang masih sehat dan sudah dewasa,” tambahnya. [wap]

Tags: