Perbaikan Gizi Mencegah Stunting Balita

Oleh :
Elfi Anis Saati
Guru Besar THP, Ka PS. P3 Halal-Teknologi Pangan FPP-UMM)

Literasi dalam bentuk apapun terkait urusan makanan adalah untuk meraih cita-cita keluarga unggul, yang berdaya menyediakan pangan sehat (aman dan halal) bagi seluruh anggota keluarganya.

Baik keluarga petani maupun non petani, melalui kegiatan yang meningkatkan pemahaman konsumen terhadap pemilihan makanan yang tepat dan baik, yang bermutu. Karena hanya dari pangan yang bermutu inilah kesehatan keluarga dapat dijaga, dijamin. Begitu pentingnya peran pemegang kebijakan, penentu dan pelaksana dari pola pangan dalam sebuah keluarga.

Mendengar berita stunting di beberapa wilayah negri, angka prevalensi sekitar 24,4% pada tahun ini, begitu memilukan, karena alam negri kita amat melimpah ragam hayati anugrah Tuhan.

Banyak tersedia ikan dari laut, dari budidaya tambak, namun Balita nya kurang protein, Ibu hamilnya kekurangan kalsium/Ca. Banyak keluarga petani yang menanam sayuran tetapi Balitanya kekurangan vitamin dan mineral penting seperti Fe.

Mungkin karena hampir semua panennya dijual untuk memperoleh pendapatan, sehingga anak-anak yang menjadi tanggung jawab dalam keluarganya, mutu pangannya kurang, gizinya agak terabaikan dengan memilih konsumsi pangan instan, junk food yang tersedia di pasaran. Terjadi akibat kekurangan gizi secara kronis, di negri yang sumberdaya alamnya subur ini.

Perlu ada evaluasi yang menyeluruh dan mendalam terhadap masalah stunting tersebut, juga berbekal hikmah pandemic covid-19 yang mendera bumi. Ada sinyal perbaikilah mutu pangan keluarga kita, yang sehat, berkualitas dan meningkatkan imun menjaga Kesehatan tubuh manusia, disamping keyakinan mutu halal tentunya bagi terjaminnya ketenangan jiwa dunia dan akherat.

Keluarga menjadi pembelajaran esensial dala pembetukan pribadi yang mandiri, sehat, bertanggung jawab dan produktif.

Berkaca dari pengalaman bertahun-tahun, masyarakat kita masih cenderung banyak yang memilih dan mengkonsumsi pangan lebih karena pilihan/mengutamakan cita rasa (“asa enaknya”), bukan akibat sadar gizi yang mestinya dibutuhkan guna melindungi kesehatan keluarganya.

Cita rasa ini jika terus diutamakan, diagung-agungkan, apalagi sumber yang digunakan adalah bahan-bahan sintetis yang jika berlebihan tidak baik,berbahaya bagi Kesehatan. Disamping kita menjadi “terjajah” oleh bahan-bahan perisa yang jelas-jelas tidak menyumbangkan zat gizi bagi pola pangan kita.

Kita lihat fenomena penjualan makanan-minuman di sekitar kita, makin marak penggunaan bahan-bahan perisa/essence sintetis ini di outlet-outlet makanan-minuman, café, rumah makan/restoran yang menawarkan aneka ragam cita rasa yang diinginkan konsumen.

Minuman yang dijual lainnya seperti sari kedelai, aneka sari buah/minuman, bahkan oleh-oleh kue di berbagai wilayah, banyak sekali bergantung pada rasa dari penggunaan perisa sintetis. Padahal Indonesia sangat kaya akan rempah-rempah, yang bisa memberikan rasa unik masing-masing mengandung senyawa-senyawa biaktif , seperti antioksidan, minyak atsriri dan lain-lain, yang dapat meningkatkan mutu Kesehatan manusia.

Dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting hingga mencapai 14% (tahun 2024), perlu melakukan gotong royong multi sektoral, semua kalangan masyakarat, karena sasaran programnya meliputi tidak hanya pimpinan, kader PKK di daerah-daerah, tetapi yang paling utama yaitu keluarga, dimana yang setiap hari mempengaruhi mutu pola pangannya, bagaimana kebiasaan makan baik yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.

BKKBN ( Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2022) RI sudah melatih sekitar 200 ribu tim Pelatih Pendamping Keluarga (PPK). Sasaran berikutnya secara mikro yaitu para Ibu hamil, Ibu menyusui, remaja (mencegah dari kondisi anemia), serta 1000 hari pertama seseorang menentukan yaitu pemberian ASI dan MP-ASI bagi bayi, Batita dan Balita.

Kegiatan KKN mahasiswa UMM
Para peneliti, akademisi dapat meningkatkan peran melalui pembinaan mahasiswa melalui KKN, melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Penyuluhan, pengajian dan kajian-kajian gizi serta dampaknya terhadap perbaikan gizi keluarga sehingga menurunkan kasus stunting dalam keluarga dimanapun, menjadi sangat dibutuhkan bangsa ini.

Praktek dan demo penggalian potensi sumberdaya alam, sayuran, buah-buah lokal, disamping kekayaan gizi hewani yang lain (telur, ikan dan susu), ditangani pasca panennya dengan baik, serta upaya teknologi pengolahan yang bermutu dan menarik, menjadikan produk pangan yang tersedia menjadi lebih variatif akan meningkatkan selera makan baik bayi, ibu maupun remaja putri yang makin berkembang keinginannya. Sayur-sayuran petani lokal dan hasil menaman di halaman rumahpun dapat menjadi produk beragam bagi balita, seperti tim sehat, bubur sehat, nuget sehat (plus wortel/tomat/sawi), yang mengandung vitamin, pigmen berantioksidan, serat dan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan kesehatan Balita

Program-program bertema gizi dan stunting ini dapat dikolaborasikan dengan banyak Lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan pemerhati/asosiasi dari komunitas bidang terkait (PERGIZI,PERAGI, PATPI, dan lain-lain).

Disamping secara berkelanjutan meningkatkan sadar gizi dan cinta produk dalam negri terus digemakan menjadi target pemberdayaan sumberdaya local, guna mencapai kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa kita sendiri.

———- *** ———-

Rate this article!
Tags: