Percepat Teknologi Pertanian, Teken MoU dengan BPPT

Penandatanganan MoU Pemkot Batu dan BPPT (supriyanto/bhirawa)

Penandatanganan MoU Pemkot Batu dan BPPT (supriyanto/bhirawa)

Kota Batu, bhirawa
Kemajuan sektor pariwisata kota Batu perlu didukung oleh sektor pertanian yang maju dan tangguh. Hal ini sesuai dengan visi kota Batu yang ingin mewujudkan kota Batu sebagai Kota Pariwisata Internasional yang didukung oleh pertanian.
Untuk percepatan alih teknologi pertanian, maka Pemkot Batu meneken MoU dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akhir pekan kemarin. Untuk tahap pertama telah diteken MoU antara Dinas Pertanian dan Kehutanan dengan Bio Teknologi BPPT dalam pembibitan sejumlah produk tanaman hortikultura, seperti kentang, wortel, dan apel.
Walikota Batu Eddy Rumpoko mengatakan, penandatanganan MoU dan perjanjian kerja sama ini dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan potensi hortikultura, pemasyarakatan teknologi pertanian dan peningkatan teknologi pertanian berbasis pertanian organik.
“Kami membutuhkan tenaga-tenaga ahli untuk mengembangkan potensi yang terpendam untuk semakin mendorong pertumbuhan kota wisata Batu dan mewujudkan smart city,” kata ER sapaan akrab Walikota Batu.
Ditambahkan, pihaknya ingin membangun smart city di sektor pertanian, sehingga balaikota Batu pun diberi nama Balaikota Among Tani.
“Kemacetan lalu lintas  dan pariwisata sudah tidak perlu dibicarakan lagi. Kami ingin petani jangan sampai seakan-akan dikesampingkan, karena peran mereka dalam membangun bangsa dan negara sangat besar,” tuturnya.
Tak hanya proses pembibitan saja, ER juga ingin mengembangkan usaha industri perdagangan menjadi lebih baik lagi karena saat ini masih tertumpu pada usaha kuliner.
“Masyarakat tahu walikota bukan karena uniformnya tapi masyarakat tahu walikota karena kinerjanya. Sehingga sebagai pemerintah, kita harus tahu kehidupan masyarakat dan masyarakat juga tahu pemerintah memberikan pelayanan yang baik,” tegasnya.
Sementara itu Kepala BPPT, Dr Ir Unggul Priyanto MSc, mengaku dirinya sangat khawatir dengan kelestarian pertanian hortikultura di Kota Batu. Salah satu sebabnya adalah kemajuan pariwisata kota Batu saat ini.
“Setiap saya pulang saya sangat kagum dengan kemajuan kota ini. Tetapi saya juga khawatir apakah nantinya usaha pertanian, apel, kentang, wortel, kubis dan sayur mayur akan terus ada,” ungkap putra kelahiran Kauman Kelurahan Sisir Kota Batu tersebut.
Sebagai putra daerah, dia mengaku risau karena BPPT yang dipimpinnya sudah bekerja sama dengan sejumlah daerah untuk mengembangkan pertanian. Namun justru dengan daerah kelahirannya, BPPT belum melakukan kerja sama.
Padahal, Kota Batu memiliki icon buah apel yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi sudah mendunia. Daerah ini juga sebagai pemasok sayur mayur di Jawa Timur dan sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
Oleh karena itu, untuk mendukung pengembangan pertanian hortikultura dan berbasis pertanian organik, pihaknya melakukan kerja sama, khususnya di bidang pembibitan secara massal.
“Kesulitan utama petani kota Batu adalah masalah ketersediaan bibit unggul dalam jumlah besar. Dengan rekayasa teknologi foto jaringan, BPPT akan membantu mengatasi masalah tersebut,” tegasnya.
Ditambahkan, dengan teknologi yang dimiliki, petani akan diajari melakukan pemupukan yang efisien, serta pembuatan bibit yang produktifitasnya sama dengan induknya secara masal dan lebih baik lagi.
Penandatanganan kerja sama ini tergolong istimewa karena dihadiri semua pejabat eselon I BPPT, diantaranya Sekretaris Utama BPPT dan para Deputi.   Sementara itu tenaga ahli Walikota Batu bidang pertanian Prof Dr Indah Prihantini (UMM) mengatakan program pertanian Kota Batu sudah bagus, dimana  ada upaya penggantian secara bertahap dari pupuk anorganik menjadi organik. Sebab kandungan organik dalam tanah di Kota Batu sudah sangat tipis akibat intensifikasi pertanian yang mengandalkan pupuk anorganik.
Selain itu residu kimia di batu sangat tinggi, sehingga perlu tindakan untuk perbaikan kondisi tanah.
“Kota Batu mentargetkan pertanian organik tersertifikasi, dimana ke depan seluruh produk pertanian tersertifikasi organik,” tuturnya.
Dikatakan saat ini sudah ada 14 cluster pertanian organik. Dan secara bertahap seluruh lahan pertanian di Kota Batu tersertifikasi secara organik, sehingga semua produk yang dihasilkan juga produk organik.
“Petani di Kota Batu sangat maju, mereka terbuka dengan teknologi, asal menjamin keberhasilan pertaniannya,” tandas dosen UMM tersebut.  [sup]

Tags: