Percepatan Infrastruktur Kawasan Indonesia Timur

Wahyu Kuncoro SNOleh :
Wahyu Kuncoro SN
Wartawan Harian Bhirawa

Untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, pemerintah mengalokasikan dana APBN dalam jumlah besar untuk pembangunan infrastruktur. Dalam tahun-tahun sebelumnya, dana infrastruktur kurang dari 5 persen dari APBN. Namun di tahun 2016 ini, kenaikan dana infrastruktur hingga tiga kali lipat. Sebagai catatan, Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan anggaran infrastruktur pada tahun 2016 ini lebih dari Rp315 triliun. Dana yang besar ini sekaligus memperlihatkan komitmen yang tinggi pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla (Jokowi-JK) terhadap pembangunan infrastruktur.
Infrastruktur adalah syarat penting untuk mencapai kemakmuran. Ketersediaan pelabuhan laut, jalan raya, jalur kereta api, bandar udara, dan listrik sangat penting untuk menggerakkan roda perekonomian. Salah satu kelemahan dalam daya saing adalah minimnya ketersediaan infrastruktur sehingga menjadi beban bagi sistem logistik nasional.
Kondisi infrastruktur di Indonesia jauh tertinggal dibanding negara pasar berkembang lainnya. Jika tidak ada akselerasi dalam pembangunan infrastruktur, Indonesia akan kian tertinggal. Ketertinggalan infrastruktur di tanah air bukan hanya infrastruktur transportasi darat, laut, dan udara. Juga bukan hanya infrastruktur telekomunikasi. Infrastruktur energi, dan infrastruktur pertanian, bahkan juga infrastruktur dasar seperti air bersih pun, Indonesia tertinggal. Dibanding Filipina, Malaysia, dan Tiongkok, Indonesia lebih dahulu membangun jalan tol. Tetapi, hari ini tol yang dibangun Tiongkok dan Malaysia sudah jauh lebih panjang dari tol di Indonesia.
Infrastruktur Indonesia Timur
Peresmian sejumlah proyek infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia (KTI) oleh Presiden Joko Widodo menandai semakin terbukanya kawasan itu. Dalam perjalanan kerja ke Indonesia bagian timur beberapa waktu lalu, Presiden meresmikan sejumlah pelabuhan laut dan jembatan. Presiden juga memantau kemajuan rencana pembangunan jalur kereta api di Papua. Membangun infrastruktur laut dan udara di bagian timur Indonesia akan meningkatkan keterhubungan antarwilayah. Selain lalu lintas orang yang meningkat, perdagangan antarpulau juga berkembang. Salah satu sumber pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan antarpulau yang memungkinkan pertukaran komoditas antarwilayah. Bagian timur Indonesia tertinggal dalam berbagai aspek pembangunan. Selain infrastruktur fisik, pembangunan manusianya pun tertinggal dibandingkan dengan bagian barat, apalagi dengan Jawa.
Ketegangan politik yang terjadi selama bertahun-tahun serta pendekatan keamanan ternyata tidak menyelesaikan masalah. Presiden Jokowi mencoba menyelesaikan ketimpangan tersebut dengan cara damai, melalui pembangunan infrastruktur. Dengan harapan begitu tinggi bagi membaiknya kemakmuran masyarakat di kawasan timur Indonesia, infrastruktur yang sudah terbangun harus benar-benar dimanfaatkan dan dipelihara. Infrastruktur, dengan kata lain, adalah mata rantai penting dalam membangun suatu kawasan, tetapi persyaratan lain harus dipenuhi.
Konsekuensi dari terbangunnya pelabuhan, misalnya, harus tersedia sumber daya manusia untuk mengoperasikan, ada kapal yang berlayar, serta ada barang yang diangkut pergi-pulang. Kerja besar lintas lembaga setelah terbangunnya infrastruktur fisik sudah menanti. Ini adalah tantangan tak kalah berat yang harus diselesaikan bersama-sama oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan dunia usaha. Hampir di seluruh kawasan Indonesia Timur memiliki permasalahan pokok, yakni minimnya infrastruktur. Padahal, untuk dapat melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan sangat membutuhkan infrastruktur yang memadai.
Kawasan Indonesia timur sangat memerlukan pembangunan infrastruktur yang cepat. Masih banyak ketertinggalan di bidang infrastruktur yang perlu pembenahan secara serius dari pemerintah pusat baik itu pembangunan jalan, pelabuhan, dan bandar udara. Seharusnya kawasan Indonesia timur yang selama ini sangat kurang dalam hal pembangunan infrastruktur bisa menjadi sumber investasi yang besar di masa yang akan datang bagi pemerintah. Artinya pemerintah pusat harus punya kemauan yang kuat untuk membangun Indonesia bagian timur yang selama ini masih banyak ketertinggalan.
Tantangan Industri Semen Nasional
Kesungguhan pemerintah membangun kawasan Timur Indonesia (KTI) sungguh menjadi peluang besar bagi industri semen untuk tumbuh dan berkembang. Jika pembangunan infrastruktur di Kawasan Timur benar-benar diwujudkan, maka permintaan semen diprediksi akan meningkat tajam. Lantaran itu, menggeliatnya pembangunan infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia menjadi tantangan kalangan industri semen nasional untuk menjawabnya.
Membincangkan kebutuhan semen untuk kawasan Indonesia Timur jelas tidak bisa mengabaikan kontribusi PT Semen Tonasa. Market Semen Tonasa hanya ada di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Makanya orang-orang di Jakarta tidak akan pernah melihat beredarnya Semen Tonasa, karena memang tidak dijual di Jakarta dan di Jawa, tetapi hanya menjual di Indonesia bagian timur yakni di Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Papua.
Untuk kawasan ini, market share Semen Tonasa adalah 40%. Dengan kata lain, Semen Tonasa sampai saat ini kami masih dipercaya menjadi yang terbaik di KTI. Sementara kontribusi pemain lain, Bosowa 15%, Tiga Roda 2,25%, Semen Cibinong 5%, Semen Kupang 1,7%, dan Cemindo Gemilang 2%. Kekuatan Semen Tonasa untuk menguasai pasar di kawasan ini utamanya karena mempunyai fasilitas packing plant. Packing plant ini tempat packaging semen dan pelabuhannya khusus. Fasilitas packing plant ini menjadi menentukan karena pelabuhan di kawasan ini selalu kecil sehingga sering terjadi antrean kapal. Di samping itu juga Perusahaan Bongkar Muat (PBM) di Indonesia Timur unloading rate-nya rendah.
Dengan demikian tingginya cost di sektor distribusi sangat terbantu dengan keberadaan packing plant. Meskipun saat ini Semen Tonasa di KTI masih merajai pasaran namun tidak boleh lengah karena bagaimanapun Indonesia menjadi tujuan investasi semen yang menarik baik pemain domestik maupun asing, karena memiliki kekayaan batu kapur dan tanah liat yang melimpah, sebagai bahan baku utama semen. Selain itu, batubara untuk pasokan energi yang murah mudah didapatkan. Permintaan semen yang terus meningkat di Tanah Air juga ditunjang pertumbuhan properti, serta program pembangunan infrastruktur yang terus didorong pemerintah hingga beberapa tahun ke depan.
Proyek pemerintah membutuhkan banyak pasokan semen dan akan naik terus setiap tahunnya. Kondisi ini tentu harus dibaca secara cermat oleh para pelaku industri semen di tanah air. Kecermatan itu misalnya ditunjukkan untuk aktif membidik pasar ekspor. Di Negara tetangga Timor Timur, Filipina, Papua Nugini dan bahkan Australia saat ini juga sedang giat membangun infrastruktur. Namun tentu untuk melakukan ekpor harus juga diperhitungan distribution cost. Dan langkah yang yang tak boleh dilupakan adalah melakukan efisiensi dan inovasi agar bisa bersaing  dan ujung-ujungnya adalah menguatkan brand image Semen Tonasa yang selama ini terjaga baik.
Merujuk data Kementerian Perindustrian, kapasitas produksi semen pada 2015 sebesar 82,45 juta. Capaian itu naik signifikan sebesar 24,54 persen dibanding 2014 lalu yang kapasitasnya sebanyak 66,20 juta. Penguatan distribusi harus terus dilakukan untuk mengimbangi laju kapasitas produksi. Jadi jangan sampai distribusi semen kedodoran ketika permintaan kembali naik, karena kita optimistis perekonomian akan tumbuh lebih baik dan pembangunan infrastruktur terus dipacu. Untuk itu, Indonesia harus menggiatkan investasi di sektor industri semen agar bisa memenuhi permintaan yang terus naik di dalam negeri. Kalau industri semen nasional lengah, maka bukan tidak mungkin pasar ini akan diserbu semen impor yang siap dikirim dari Negara Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang saat ini juga sudah kelebihan produksi.

                                                                                                               ———– *** ————

Tags: