Perdalam Ilmu Agama Melalui Ilmu Astronomi

Mahasiswa program study Astronomi Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya dampingi siswa SD Muhammadiyah 6 Surabaya dalam menentukan arah kiblat dan 1 syawal di pelataran Masjid Al-Akbar Surabaya, Selasa (6/6).

Surabaya, Bhirawa
Darul Arqam merupakan kegiatan rutin tiap tahun bagi sekolah-sekolah, khususnya sekolah swasta Islam ketika memasukk bulan Ramadhan. Berbagai aktifitas dilakukan selama kegiatan Darul Arqam. Misalnya saja memperdalam ilmu agama. Namub, hal itu berbeda dengan yang dilakukan Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Surabaya. Pasalnya, untuk mendekatkan dirinya terhadap Sang Pencipta, mereka mengajak para siswa untuk melakukan pendekatan diri melalui ilmu sains. Kepala SD Muhammadiyah 6 Surabaya, Munahar mengungkapkan jika tahun ini kegiatan Darul Arqam ia fokuskan pada materi keterampilan anak dalam bidang sains.
“Pendalaman ilmu sains misalnya. Yang saat ini (selasa, red) kita belajar ilmu astronomi” sahutnya.
Munahar melihat jika keterampilan suatu saat nanti akan bermanfaat bagi siswa. Dalam kegiatan Darul Arqam ini, materi pendekatan agama melalui sains adalah menentukan arah kiblat.
“Bagi seorang muslim, sejatinya arah kiblat ini menjadi sebuah hal yang vital untuk beribadah” imbuh Munahar.
Kalau kita sudah mengajarkan mereka bagaimana menentukan arah kiblat dan perhitungan awal bulan syawal, lanjut dia, maka nantinya mereka akan mampu menentukan awal bulan melalui metode yang mereka gunakan.
Lebih lanjut, diakui Munahar jika penentuan arah kiblat maupun bulan syawal tergolong memiliki level yang cukup tinggi untuk sekelas siswa SD. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa bagian dari ilmu astronomi tersebut menjadi simulasi bagi siswa suatu saat nanti. Karena, dengan pihaknya mengenalkan keilmuan astronomi kepasa siswa, ia menilai hal tersebut bisa menumbuhkan kecintaan terhadap agama Islam dalam diri siswa.
“Ilmu astronomi ini ada kaitannya dengan agama dan ibadah kita. Jadi kita dekatkan itu kepada anak-anak” ulasnya.
Misalnya, tambah dia, jika bayang-bayang kita lebih panjang dari posisi maka itu berarti kita sudah memasuki waktu sholat ashar, begitupun dengan waktu sholat yang lain. ” Seumpama tidak ada jam, mereka bisa mengetahui waktu sholat melalui ilmu astronomi” jelasnya.
Dengan adanya pembelajaran sains ini, pihaknya berharap jika nantinya siswa mulai memahami keilmuan astronomy. “Saya berharap anak-anak ada yang mendalami bidang ini, salah satunya jadi astronot. Ilmu ini penting bagi bekal mereka. Apapun yang terjadi ilmu ini akan digunakan,” pungkasnya.

Ajarkan Siswa Tentukan Arah Kiblat dengan Alat Sederhana
Perbedaan pendapat dalam penentuan arah kiblat dan penetapan satu syawal seringkali menuai kesalahpahaman bagi sebagaian orang. Namun, bagi dosen Astronomi Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya Gandung Fajar Panjalu ia mempunyai penjelasan tersendiri dalam menentukan arah kiblat untuk beribadah. Ia menjelaskan jika arah kiblat yang dituju baik dalam penggunaan perhitungan secara matematis maupun astronomis seyogya nya menghadap ka’bah, bukan menghadap barat.
“Untuk Indonesia arah Ka’bah berada pada sisi barat yang kemudian bergeser 23.5 derajat ke arah utara” jelasnya di hadapan 231 siswa SD Muhammadiyah Surabaya ketika Mengunjungi Masjid Al-Akbar Surabaya, Selasa (5/6).
Atau dengan kata lain, lanjut dia, bisa juga dengan diposisikan ketika kita menghadap barat kemudian berger sedikit ke arah kanan baru tepat menuju kiblat. “Jadi bukan barat penuh arah kiblat ini” sahutnya.
Dalam pemberian ilmu penentuan arah kiblat, Gandung sapaan akrab dosen Hukum Keluarga Islam ini menerangkan, jika pihaknya menggunakan permainan sederhana untuk memberikan pemahaman kepada siswa SD.
“Misalnya, bagaimana kita menghitung dengan menggunakan alat yang sederhana. Namun untuk edukasi kepada mahasiswa kita gunakan rumus trigonometri” bebernya.
Adapun alat-alat sederhana yang digunakan, tambah dia, adalah bususr kompas, benang, dan kapur tulis. Di samping itu, pihaknya juga mengajak siswa SD Muhammadiyah 6 Surabaya bermain ular tangga astronomi raksasa untuk lebih mengenal bumi dan sistem galaksi.
“Saya berharap para siswa ini (SDM 6, red) lebih mencintai sains. Karena sains berhubungan erat dengan ilmu keagamaan. Bagaimana rotasi dan revolusi bumi berkaitan erat dengan penentuan awal bulan dan arah kiblat kita” tandasnya.
Sementara itu, bagi siswa kelas 4 Muhammad Kalif Razan penentuan arah kiblat merupakan pengalaman pertamanta. Terlebih lagi dengan menggunakan alat sederhana, ia mengungkapkan rasa keingintahuannya lebih mendalam. “Ini yang pertama untuk aku. Tertangan lagi karena pakek alat sederhana bisa menentukan arah kiblat” lanjutnya.
Selain itu, tambah dia, ia juga bisa mengetahui tatanan galaksi serta mengetahhi peristiwa siang dan malam yang hanya bisa dijelaskan menggunakan ilmu astronomi. [ina]

Tags: