Perempuan Kab.Sidoarjo Harus Paham Tanggap Bencana

Ketua Pokja Sosio Kultura dan Demografi IABI Dr Hendro Wardhono MSi saat memberikan penjelasan kepada para ibu-ibu PKK. [achmad suprayogi/bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Perempuan, anak-anak serta Lansia (Lanjut Usia) dan disabilitas merupakan kelompok paling dominan menjadi korban saat terjadi bencana. Pasalnya mereka selalu di rumah dan sulit mendapatkan akses informasi saat bencana tiba. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Kab Sidoarjo, Ny Ida Nur Ahmad Syaifuddin dalam sambutannya membuka Sosialisasi Peningkatan Ketrampilan Perempuan Dalam Tanggap Darurat Bencana yang diselenggarakan di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo, Rabu, (5/4) kemarin.
Menurut Ny Ida, kelompok perempuan dan anak-anak lebih banyak menjadi korban dari keganasan bencana. Disamping itu, penyandang cacat dan para Lansia sama sekali tidak mampu menyelamatkan diri saat bencana tiba. Maka peran ibu-ibu sangat penting dalam mencegah banyaknya korban dari kelompok itu. Maka ibu-ibu diharapkan paham tentang tanggap darurat bencana. Ibu-ibu diharapkan selalu siap dan Sigap bila terjadi bencana.
”Melalui kegiatan seperti ini, saya berharap, anggota TP-PKK mendapatkan bekal keterampilan, dan pemahaman yang cukup tentang pencegahan, penanganan dan pemulihan pasca bencana,” harapnya.
Kedepan, ia juga berharap peningkatan keterampilan berlanjut dengan pembentukan komunitas perempuan siaga bencana. Bila perlu komunitas ini dapat dibentuk di setiap desa bahkan sampai ke dusun. Komunitas itu diperlukan untuk berkoordinasi pra bencana maupun saat bencana datang serta pasca bencana.
Ini wadah perempuan untuk dapat saling membagi pengalaman dan pengetahuan menyangkut siaga bencana, sekaligus sebagai media  konsolidasi mendiskusikan pentingnya memahami pengurangan resiko bencana. ”Komunitas ini juga dapat menjadi media perempuan siaga bencana, untuk saling berdiskusi dan mencari solusi,” katanya.
Ketua Pokja Sosio Kultura dan Demografi-Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), Dr Hendro Wardhono MSi yang dihadirkan sebagai narasumber mengatakan bencana tidak mengenal waktu. Tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi bencana. Namun ada tanda-tandanya yang dapat dilihat. Seperti tanda-tanda potensi terjadinya bencana tsunami.
Ia juga mengatakan perempuan menjadi korban terbanyak saat bencana melanda. Sekitar  80% korbannya wanita. Seperti bencana tsunami di Aceh tahun 2004 silam. Ketidaktahuan akan tanda-tanda akan adanya bencana menjadi salah satu penyebabnya. ”Maka pemahaman tentang tanggap darurat bencana perlu sampaikan juga kepada perempuan,” katanya.
Menurutnya, siapapun berperan mencegah korban bencana dengan cara mengetahui tanda-tanda akan terjadinya bencana. Ibu-ibu menjadi faktor penting meminimalisir korban bencana. Pasalnya ibu-ibu lebih banyak di rumah dan keberadaannya hampir selalu ada di lingkungan sekitar wilayah bencana. ”Makanya, saya menghimbau anggota PKK untuk membuat dasa wisma tanggap bencana. Melalui itu, ibu-ibu akan siap dan sigap bila terjadi bencana,” himbaunya. [ach]

Tags: