Pergerakan Harga Pangan Jelang Puasa

foto ilustrasi.

Setiap kali akan memasuki bulan-bulan besar keagamaan seperti Ramadan dan Lebaran, negeri ini seolah tidak berdaya untuk menekan pergerakan harga pangan yang selalu mengalami kenaikan. Harga berbagai komoditas pangan yang lazim atau umum terjadi kenaikan biasanya terlihat dari harga daging ayam, daging sapi, dan minyak goreng.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) hingga Kamis (8/4), harga daging ayam sekitar Rp 36.250 per kg naik dari akhir Maret (31/3) yang sekitar Rp 34.550 per kg. Daging sapi kualitas 1 juga meningkat menjadi Rp 123.350 per kg, dan harga rata-rata minyak goreng curah mencapai Rp 13.900 per kg. Sedangkan saat ini, rata-rata daging ayam bisa mencapai Rp 38.000 hingga Rp 40.000 per ekor, daging sapi sekitar Rp 130.000 hingga Rp 131.000 per kg, dan minyak goreng sekitar Rp 14.300 per kg, (Kontan, 10/4/2021).

Kenaikan harga pangan tersebut, biasanya akan terus terjadi sampai tiga kali fase kenaikan. Fase pertama, saat tiga hari menjelang bulan puasa. Dalam fase ini masyarakat akan berbondong – bondong membeli kebutuhan pangan, baik untuk jualan ataupun memenuhi kebutuhan. Fase kedua, saat lima hari menjelang Idul Fitri. Kenaikan harga pada fase ini disebabkan oleh banyaknya pembelian dari masyarakat yang biasanya digunakan untuk mempersiapkan stok pangan hingga lebaran. Fase ketiga, fase sesudah lebaran. Fase ini kebanyakan para penjual atau petani tidak menjual barang kebutuhan pangan sehingga terjadi kelangkaan pangan.

Fenomena lonjakan harga pangan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri tersebut, sejatinya bisa teratasi jika pemerintah mengindahkan regulasi yang tertuang dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang secara jelas disebutkan bahwa stabilitas pasokan dan harga pangan, pengelolaan cadangan, dan distribusi pangan pokok menjadi tugas pemerintah. Salah satunya, dengan sigap melakukan intervensi pasar agar tingkat kesulitan masyarakat tidak semakin bertambah ditengah pandemi covid-19 yang belum juga usai.

Dyah Titi Muhardini
Dosen FPP Universitas Muhmammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: