Perguruan Tinggi Australia Bidik Kerjasama Pendidikan

IMG_0488_1600x1067Pemprov Jatim, Bhirawa
Di tengah memanasnya hubungan kenegaraan Indonesia-Australia, Jawa Timur justru mendapat tawaran kerjasama di bidang pendidikan. Bahkan tahun ini, program yang ditawarkan lebih banyak macamnya di banding kerjasama di tiga tahun terakhir.
Tawaran kerjasama ini secara langsung diterima Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim saat dari perwakilan dari Queensland University of Technology (QUT) Australia. Tahun lalu, QUT menjadi salah satu perguruan tinggi yang ditunjuk Australian Agency for International Development (AusAID) untuk melatih guru-guru Jatim dari sekolah-sekolah inklusif di Australia.
Manager South and South East Asia QUT, Jasson Legatt mengatakan, ada tiga tawaran yang bisa dipilih oleh Jatim dalam kerjasama ini. Diantaranya ialah beasiswa S2 dan S3 untuk guru dan pegawai pemerintahan, pelatihan guru di Australia dan short course di Indonesia dengan mendatangkan tutor dari QUT.
“Ada empat bidang keilmuan yang ingin kami tawarkan. Sains, teknologi, engginering dan matematika,” tutur Jasson saat mendatangi Kantor Dindik Jatim, Kamis (26/2). Untuk beasiswa, para guru dan pegawai ini akan mendapat fasilitas pendidikan senilai 75 ribu US Dolar penuh secara gratis. Kecuali leaving cost selama tinggal di sana.
Ditanya terkait hubungan Australia-Indonesia, Jasson mengaku datang atas nama perguruan tinggi. Sehingga, pihaknya tidak melihat hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Australia yang akhir-akhir sedikit gaduh. “Kami bukan mewakili pemerintah Australia,” tutur dia.
Jasson meyakinkan, apapun yang terjadi antar dua pemerintahan ini, itu tidak akan mempengaruhi kerjasama dengan Jatim di bidang pendidikan. Apalagi sudah tiga tahun ini Jatim memiliki hubungan yang baik dengan QUT.
“Kita ini teman. Apa yang terjadi di dunia politik, cukup untuk politisi saja,” tegas dia.
Sementara itu, Kepala Dindik Jatim menyambut positif tawaran yang diberikan oleh QUT Australia. Namun, dari sejumlah tawaran yang diberikan, pihaknya belum memutuskan tawaran yang mana akan dipilih. Sebab, hal tersebut butuh pertimbangan dan analisa kebutuhan yang tidak sederhana.
“Kita jangan melihat hubungan diplomatik antar negara. Itu tidak ada hubungannya dengan pendidikan,” tutur dia.
Harun mengaku, dalam dunia pendidikan harus bisa saling menghargai antara satu negara dengan negara lain. Karena ini untuk kepentingan pengembangan mutu pendidikan. “Kita akan lihat dulu kebutuhannya. Program mana yang diperlukan, nanti baru ditentukan,” tutur dia.
Menurut Harun, ke depan Jatim akan membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Sebab, tanggung jawab provinsi akan lebih besar dengan menangani guru-guru se Jatim. “Kita akan memprioritaskan untuk mengembangkan potensi guru. Karena, pada 2016 nanti guru akan ditangani Jatim semua,” pungkas Harun. [tam]

Keterangan Foto : Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi bersama perwakilan QUT University Jasson Leggat. [adit hananta utama/bhirawa]

Tags: