Perguruan Tinggi Gencarkan Sertifikasi Profesi

Deklarasi Pusat Pendidikan Terapan dan Sertifikasi (Petsi) LSP Polliteknik Ubaya diikuti oleh ratusan mahasiswa dengan tag line 'MEA ; Siapa Takut?'. Hadapi MEA, [adit hananta utama/bhirawa]

Deklarasi Pusat Pendidikan Terapan dan Sertifikasi (Petsi) LSP Polliteknik Ubaya diikuti oleh ratusan mahasiswa dengan tag line ‘MEA ; Siapa Takut?’.
Hadapi MEA, [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Tidak hanya siswa di lembaga pendidikan kejuruan yang bakal melakukan sertifikasi profesi. Kini, mahasiswa di perguruan tinggi juga bakal mengikuti hal serupa karena tuntutan standarisasi calon tenaga kerja di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Seperti halnya Universitas Surabaya (Ubaya) yang baru saja meresmikan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Pendirian LSP ini pun tak lepas dari kerjasama Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP). Direktur Politeknik Ubaya Benny Effendy Sabema mengatakan, mulai awal 2016 LSP Ubaya membuka uji kompetensi untuk beberapa profesi.
Uji kompetensi yang diselenggarakan Ubaya  diantaranya  akuntan, sekretaris, administrasi bisnis, bahasa Inggris, perpajakan. Bahkan aka nada sertifikasi bagi profesi bidang energi terbarukan maupun supermarket.
“Kami sudah menyiapkan asesor yang telah diakui BNSP,” kata Benny ditemui di Kampus Politeknik Ubaya, Jumat (18/12) .
Tidak hanya lembaga standarisasi dalam negeri, LSP Politeknik Ubaya ini pun mengaku telah menggandeng  pihak luar negeri. Terutama di Asean seiring pemberlakuan MEA. “British Standart, lembaga profesi berpusat di London juga digandeng,” tutur dia.
Selama ini, lanjut Benny, MEA dianggap menakutkan. Padahal ini peluang Indonesia unjuk kemampuan bersamaan besarnya jumlah penduduk Indonesia dibanding Negara lain di Asean. Besarnya jumlah penduduk ini harus dibarengi dengan kemampuan kerja yang terstandarisasi.
LSP ini tidak hanya melayani mahasiswa, namun juga profesi lain alias non mahasiswa. Bahkan siap membantu uji kompetensi dan memberikan sertifikat bagi ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan ketua kelas SMA/SMK se Surabaya terkait penguasaan bahasa Inggris. Biaya untuk mereka digratiskan.
“Khusus mahasiswa, setelah lulus tidak bisa sekadar mendapatkan ijazah dan transkrip nilai. Kemampuan lain harus dimiliki yang dikuatkan sertifikat,” imbuhnya.
Pusat Pendidikan Terapan dan Sertifikasi (Petsi), menurut Benny, adalah nama LSP Politeknik Ubaya. Keberadaan Petsi dikuatkan dengan deklarasi “MEA 2015: Siapa Takut, oleh mahasiswa Ubaya. Politeknik Ubaya sebagai lembaga pendidikan tinggi vokasi terbaik di Jawa Timur versi Kopertis VII melihat MEA sebagai satu peluang dan siap menghadapi era tersebut. [tam]

Tags: