Perhelatan P20 di Jakarta, Pertegas Peran Parlemen Atasi Persoalan Global

Caption : dialektika demokrasi bertajuk “Melalui P20, Pertegas Peran Parlemen Mengatasi Persoalan Global” hari Kamis (22/9/22).

Jakarta, Bhirawa.
Ketua BKSAP (Badan Kerjasama Antar Parlemen) DPR RI Dr Fadli Zon mengungkapkn; Pernyelenggaraan P20 di Jakarta bulan depan, adalah inisiatif murni dari BKSAP DPR RI. Perhelatan P20 pada tanggal 5/6/7 Oktober ini, dimaksudkan untuk memperkuat interaksi antara Ketua Parlemen negara peserta G20, dan negara mitra serta organisasi internasional lainnya.

“Jadi tujuan penyelenggaraan P20 adalah untuk mendiskusikan sejumlah hal, isu isu strategis yang akan dibawa dalam KTT G20 di Bali bulan Nopember nanti,” kata Fadli Zon dalam dialektika demokrasi bertajuk “Melalui P20, Pertegas Peran Parlemen Mengatasi Persoalan Global” hari Kamis (22/9/22). Nara sumber lain, anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esty (Golkar) dan anggota Komisi XI DPR RI Puteri Komarudin (Golkar).

Fadli Zon lebih jauh menyatakan; dalam perhelatan P20 nanti, akan membicarakan percepatan pembangunan berkelanjutan dan ekonomi hijau. Serta percepatan SDGs yang sudah dicanangkan sejak 2015 dan pada2020 sampai 2030 adalah dekade aksi. Namun adanya pandemi Covid-19 tentunya agenda SDGs tidak bisa tercapai pada 2030. Juga membicarakan ekonomi hijau serta ketahanan pangan dan tantangan ekonomi. 

“Akan dibicarakan juga sola demokrasi, soal Parlemen yang efektif dsb. Kita menyaksikan pada era globalisasi ini indeks demokrasi menurun, dibanyak negara. Adanya pandemi Covid-19 peran Parlemen di bypass bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain,” tambah Fadli Zon.

Disebutkan, isu strategis yang akan dibahas dalam P20  adalah inklusi sosial, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Juga akan mengangkat tema soal perubahan iklim dan multirateralisme. 

“Delegasi Indonesia akan mengingatkan negara maju pada komitmen nya memberi dana hingga 100 miliar dolar US untuk perubahan iklim. Tetapi hingga kini komitmen tersebut tidak dilaksanakan. Negara maju hanya membicarakan deforestasi yang harus dihentikan dan target emisi sampai 2050,” ucap Fadli Zon.

Dikatakan, Indonesia dan Brasil serta beberapa negara lain yang selama ini merupakan paru-paru dunia, memerlukan bantuan dukungan untuk energi terbarukan yang biayanya sangat mahal. Organizes perdagangan dunia, WTO, selayaknya melakukan negosiasi memperbaiki sistem perdagangan global. Untuk menciptakn sistem perdagangan yng adil dan fair trade. Jadi bukan hanya free trade tapi very trade.

Sebagai anggota BKSAP, Puteri Komarudin berharap P20 mendiskusikan secara mendalam pemulihan ekonomi yng inklusif. Utamanya tentang inklusi keuangan, inklusi dalamgender dan peranan gender dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sedang Dyah Roro Esty berharap, bahwa G20 dan P20 serta IPU buka, hanya forum diskusi saja. Tetapi menjadi sebuah motivator untuk setiap negara dalam melakukan aksi nyatanya. Dalam menyongsong Indonesia Emas pada 2045, kita bisa menciptakan masa depan yang berkelanjutan. Bonus demografi  dimana 70% dari populasi Indonesia adalah kalangan produktif. Bisa digunakan untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan. [ira.hel]

Tags: