Perhiasan dan Permata Kuatkan Ekspor Jatim

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Nilai ekspor Jawa Timur periode April 2015 mengalami peningkatan USD 1.593,93 juta atau sebesar 6,34 persen dibanding bulan Maret 2015. Salah satu penguatan ekspor itu dikarenakan penjualan batu perhiasan atau permata ke luar negeri.
Nilai ekspor Januari sampai April tahun 2015  mencapai  USD 6.368,38 juta atau  turun 2,00 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2014 yang mencapai USD 6.498,60 juta.
“Dua komoditas ekspor tertinggi di Jatim pada periode ini didominasi oleh perhiasan/permata dengan nilai USD 339,86 juta. Lalu diikuti lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 123 juta,” Kabid Statistik Distribusi BPS Jatim, Satriyo Wibowo, Minggu (17/5).
Satriyo menjelaskan juga perkembangan ekspor non migas Jatim bulan April 2015 mencapai USD 1.543,15 juta atau naik 5,33 persen dibanding ekspor non migas bulan Maret 2015.
Adapun, negara tujuan utama ekspor nonmigas Jatim pada bulan yang sama adalah Jepang dengan total penjualan menembus US$215,04 juta, didominasi oleh produk permata. Sedangkan ekspor ke Amerika Serikat, menyentuh US$177,93 juta dan didominasi ikan dan udang.  Di lain pihak, ekspor ke Taiwan mencapai US$163,01 juta, didominasi oleh perhiasan dan permata.
Untuk ekspor migas pada bulan yang sama mencapai US$50,77 juta, naik 50,49% dari Maret. Bagaimanapun, secara kumulatif ekspor migas Jatim pada 2015 hanya mencapai US$143,49 juta atau merosot 57,99% dari pembukuan pada Januari-April 2014. Nilai ekspor Jatim ini merupakan peningkatan dari bulan Maret 2015 lalu yang mencapai USD 33,74 juta.
“Namun selama Januari sampai April 2015 ekspor migas Jatim ini mencapai USD 143,49 juta atau turun 57,99 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2014 yang mencapai USD 341,55 juta,” tandasnya. Sementara untuk impor juga mengalami kenaikan 3,04 persen atau menjadi US$ 1,760 juta dibanding Maret lalu senilai US$ 1,708 juta. Bahkan impor migas mengalami lonjakan 33,66 persen. “Pada Maret lalu hanya US$ 301,7 juta tapi pada April ini melonjak menjadi US$ 403,3 juta,” ucapnya.
Dijelaskan juga, untuk posisi impor di Jatim juga mengalami kenaikan 3,04 persen atau menjadi US$ 1,760 juta dibanding Maret lalu senilai US$ 1,708 juta. Bahkan impor migas mengalami lonjakan 33,66 persen.  “Pada Maret lalu hanya US$ 301,7 juta tapi pada April ini melonjak menjadi US$ 403,3 juta,” katanya.
Hal ini dikarenakan adanya keputusan pemerintah pusat untuk menaikkan harga BBM non-subsidi, sehingga berdampak pada inflasi secara tidak langsung. Al hasil, sejumlah komoditas akan merangkak naik, mengikuti kenaikan biaya distribusi barang.
Diperkirakan, awal Juni mendatang akan terjadi disparitas harga sejumlah komoditas. Khususnya barang-barang dari Jawa yang dikirim ke kawasan Indonesia Timur. Inflasi dan disparitas harga bisa tertolong dengan banyaknya stok beras. “Untuk Jawa Timur masih punya cadangan (beras) yang banyak karena selalu surplus,” katanya. [rac]

Tags: