Perhutani Situbondo Tebang 1.140 Kubik Kayu Jati

Waka Administratur Perhutani Bondowoso Utara, Moh. Ajieb saat memimpin launching penebangan kayu jati. [sawawi/bhirawa].

Waka Administratur Perhutani Bondowoso Utara, Moh. Ajieb saat memimpin launching penebangan kayu jati. [sawawi/bhirawa].

Situbondo, Bhirawa
Dalam waktu dekat ini KKPH (Kantor Kesatuan Pemangku Hutan) Bondowoso akan melakukan penebangan kayu jati jenis A2. Rencananya, penebangan itu dilakukan pada titik petak 35-I dengan hamparan kayu seluas 6,7 hektar.
Ditargetkan, dari penebangan kayu itu akan menghasilkan kayu jati sebesar 1.140 kubik. Rencana besar itu sudah dilaunching Wakil Administratur KKPH Bondowoso Utara, Moh Ajieb dengan ditandai syukuran bersama Muspika Bungatan, baru-baru ini.
Menurut Ajib, peluncuran penebangan pohon selain dihadiri jajaran Muspika Kecamatan Bungatan, juga diikuti tim regu tebang setempat. Kata Ajieb, dari target itu bakal dirupakan tebangan habis atau dikenal dengan nama A2.
Artinya, kata pria asli Rembang-Jawa Tengah itu, begitu kayu jati ditebang langsung dilanjutkan dengan penananam pohon. “Kayu yang kami mau tebang ini ditanam pada tahun 1942. Berarti umurnya sudah menua yakni sekitar 73 tahun, saat kita belum lahir,” papar Ajieb, yang diamini Asper BKPH Panarukan Purwohadi, kemarin.
Menurut Ajieb, salah satu fungsi adanya Perhutani adalah harus memproduksi beberapa jenis kayu, salah satu diantaranya kayu jati. Untuk kayu jati yang ditebang tersebut, lanjut dia, akan dikirim ke TPK (tempat penimbunan kayu) di Kecamatan Klabang.
Ini, kata Ajieb, sudah sesuai dengan wilayah kayu jati yang diproduksi wilayah Sub Situbondo, yang meliputi BKPH Klabang, Prajekan, Panarukan dan Besuki. “Tahun ini kami juga ada tebangan selain A2, yakni di wilayah Jatibanteng dengan jenis D1 atau biasa disebut tebangan perawatan. Untuk tebangan ini kalau tidak dilakukan akan memperluas penyakit jenis benalu. Untuk tebangan itu masuk kawasan BKPH Besuki,” papar mantan Waka Administratur KKPH Jombang itu.
Ketika ditanya dampak bencana banjir/tanah longsor dari adanya penebangan kayu, secara Tegas Ajieb mengatakan bahwa hal itu tidak terkait diantara keduanya. Hal itu, kata Ajieb lagi, harus dibedakan antara bencana alam dan proses produksi serta rencana penebangan.
“Saya sudah tahu di Situbondo ada bencana banjir bandang musim enam tahunan. Itu persis sama dengan di Pacet, Mjokerto saat saya bertugas yang meminta korban 26 orang meninggal. Tapi ini sudah kami rencanakan sudah jauh hari sebelumnya, sehingga penebangan harus dilakukan karena kayu jati sudah menua (uzur),” paparnya.
Masih kata Ajieb, untuk penyerapan karbon dioksida dilokasi penebangan akan langsung dilakukan reboisasi berupa penanaman kelestarian tanaman hutan dengan periode lima tahunan. Untuk kegiatan ini, urai Ajieb, sudah direncanakan sejak 2013, dimana Asper BKPH Panarukan sudah mengklaim data yang dimintakan disposisi ke SPH jember. “Nanti setelah ditebang akan kita tanami jati lagi dengan berkualitas bagus dan unggul yakni Jati Perhutani Plus (JPP),” pungkasnya. [awi]

Tags: