Perilaku Pancasilais Bisa Atasi Teroris

Ketua Lembaga Pengkajian (Lemkaji) MPR RI Ir Rully Chairul Azwar dalam jumpa pers, kemarin (14/5).

Jakarta, Bhirawa
Merebaknya bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo yng dilakukan teroris simpatisan ISIS, menunjukkan masih adanya masalah pada “cara ke-beragaman” pada segelintir masyarakat. Padahal, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama Dunia dan Cendekiawan Muslim di Istana Bogor, baru-baru ini, dicetuskan, nilai-nilai Islam berkarakter Islam Wasathiyah(moderat).
“Hal tersebut cocok dengan nilai ketuhanan dalam Pancasila, dimana agama dijalankan dengan saling menghorma ti satu dengan yang lain. Namun, disayangkn sudah lebih dari 72 tahun NKRI yang berdasarkan Pancasila di proklamasikan. Tetapi nilai-nilai dasar itu tidak mewarnai perilaku elit dan sebagian masyarakat Indonesia,” papar Ketua Lembaga Pengkajian (Lemkaji) MPR RI Ir Rully Chairul Azwar dalam jumpa pers, kemarin (14/5). Menjelang Saresehan Nasional Kebu dayaan dengan tema “Kebudayaan Pancasila sebagai Peradaban Indone sia” yng diselenggarakan di gedung Nusantara V MPR RI-Senayan-Jakarta, pagi ini Selasa (15/5).
Menurut Rully Azwar, bangsa Indo nesia memiliki Pancasila yng secara genuine, nilai-nilainya digali oleh para pendiri negara, dari sumber budaya masyrakat Indonesia sendiri. Dari sini bangsa Indonesia sebenarnya sudah memiliki modal awal pembangunan peradabannya. Karena Pancasila adalah ideologi, falsafah dasar negara dan jati diri bangsa. Selain itu, masih banyak budaya dan kearifan lokal yang jika dihayati dengan baik, bisa memberi kontribusi positif bagi pem bangunan peradaban bangsa.
“Budaya Pancasila belum menjadi perilaku yang membentuk kepribadi an bangsa Indonesia. Sikap dan perilaku politik serta kebijakan pemba ngunan pada umumny dibentuk atas dasar pemikiran pragmatis jangka pendek. Tentang pemecahan masalah aktual dan faktual, namuntidak ber tolak dari nilai-nilai dasar Pancasila,” tambah Rully.
Disebut akibatnya, solusi yang dihasilkan bersifat parsial dan tidak membentuk sistem dan budaya. Pada hal Pancasila pernah digagas untuk menghasilkan bangsa yang berdiri diatas kaki sendiri (Berdikari). Yang di elaorasi lebih lanjut oleh Bung Karno menjadi Trisakti,yaitu berdaulat dalam politik, mandiri dibidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Melihat kasus-kasus tersebut diatas, ternyata kita belum menjadi bangsa. Yang Berdikari. Juga belum bisa me wujudkan misi yang disebutkan dlam Trisakti.
“Menjadikan Pancasila sebagai basis nilai untuk membangun bangsa yang maju, menjadi semakin urgen. Karena kaitan kebudayaan dengan pembangunan peradaban, tidaklah perlu diragukan lagi,” cetus Rully.
Peradaban-peradaban yang maju dunia, selalu dikaitkan dengan nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat nya.Misalnya, kemajuan peradaban Barat,disebabkan karena nilai-nilai budaya “Etika Protestan” (Protestant Ethics). Selain itu, kemajuan bangsa bangsa di Asia Timur seperti Cina, Korea Selatan dan Jepang. Juga di tengarahi lahir karena nilai-nilai Konfusianisme atau smangat Bushido. Dikatakan, ada kendala yang mem buat nilai-nilai Pancasila tidak mrasuk dalam perilaku elit dan sebagian masyarakat Indonesia. Sehingga tak mampu menjadi pendorong kemajuan bangsa ? Bisa jadi, hal itu disebabkan merebaknya “kultur munafik” Dimana perkataan tidak sinkron dengan per buatan. Tercipta banyak aturan tetapi tidak bisa dilaksanakan karena pene gakan hukum lemah, maraknya peri laku koruptif dan minimnya ketelada nan dari kalangan pemimpin.
“Apakah perlu digagas sebuah Gerakan Keteladanan Nasional yang diprakarsai Presiden sebagai bagian dari pembudayaan nilai-nilai budaya Pancasila?” lanjut Rully. [ira]

Tags: