HUT TNI Ke-70,Bantu Air Bersih Desa Kekeringan

Anggota TNI Kodim 0814 Jombang saat memberikan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan di Dusun Randurejo Desa Marmoyo Kecamatan Kabuh Jombang.

Anggota TNI Kodim 0814 Jombang saat memberikan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan di Dusun Randurejo Desa Marmoyo Kecamatan Kabuh Jombang.

Jombang, Bhirawa
Peringatan HUT TNI ke 70, Kodim 0814 Jombang memberikan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan. Pasalnya kekeringan di kabupaten Jombang kini telah meluas hingga 18 desa tersebar di lima kecamatan.
Salah satu dusun yang mendapatkan bantuan air bersih dari TNI adalah, Dusun Randurejo  Desa Marmoyo  Kecamatan Kabuh Jombang. Nampak puluhan tempat air berbagai ukuran milik warga telah diantrekan di sejumlah titik   sebelum truk tangki yang membawa bantuan air bersih tiba. Tak ayal, saat tangki air tiba warga bergegas mendapatkan air dan segera membawa pulang.
“Air bersih ini yang disalurkan kepada warga adalah murni bantuan gratis dari Kodim 0814 Jombang,”ujar Khoiruman, Kasdim Kodim 0814 Jombang, Senin (5/10).
Sejak musim kemarau sekitar 200 (KK)  kepala keluarga di Desa Marmoyo Kec Kabuh Jombang ini  hanya mengandalkan air sungai yang tidak higienis untuk mandi dan memasak   jika air sungai tidak mencukupi. Tercatat dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat  terdapat 18 desa mengalami kekeringan tersebar di lima kecamatan.  “Warga disini terpaksa membeli air seharga lima ribu rupiah setiap satu jerigen. Karena sumber air di sekitar desa sudah tidak mengeluarkan air selama dua bulan lebih,” ujar Julaikah warga Desa Marmoyo Kabuh mengatakan.
Sementara itu  pihak Kodim mengakui bantuan droping air bersih ini sebagai bentuk kepedulian TNI dengan masyarakat yang menderita kekurangan air bersih   jumlah air yang dikirimkan ke lima kecamatan  yakni Bareng,  Ngusikan,  Kudu,  Kabuh Dan Plandaan.” Soal detail lokasi yang mendapat droping air  disesuaikan dengan kemampuan kodim,”kata Khoirumanmenambahkan.
Khoiruman, menambahkan, rencananya droping air akan terus dilakukan sampai musim hujan turun. Hal ini dilakukan agar warga tidak menggunakan air kubangan sungai atau membeli air bersih yang terhitung mahal setiap harinya.” Ini untuk membantu warga, kebetulan bersamaan dengan HUT TNI,”tandasnya.
19 Waduk Kering Ribuan Hektare Sawah Tak Bisa Tanam
Sementara itu, akibat kemarau panjang ini, kekeringan juga melanda areal persawahan. Sedikitnya 1.466 hektare sawah produktif di Jombang  Jawa Timur tidak bisa ditanami, akibatnya petani  terpaksa menunggu turun hujan untuk bisa mengolah lahan mereka. Kondisi ini disebabkan 19 waduk atau embung yang menjadi sumber air sebelum musim kemarau  kini telah mongering.
Kekeringan waduk paling parah terjadi di Kecamatan Kabuh dan Plandaan Jombang, tercatat  sebanyak lima waduk di kawasan wilayah utara Jombang ini  debit airnya menyusut. Bahkan tiga waduk diantaranya Waduk Grojogan  Di Desa Pelabuhan Plandaan. Waduk seluas lima hektare ini telah kering krontang sejak dua bulan lalu  telah kering total.” Sudah sejak dua bulan lalu, waduk ini kering, padahal petani mengandalkan wadukkhususnya waktu musim kemarau seperti sekarang ini,”ujar  Suladi warga desa pelabuhan
Akibat kekeringan  ini, kondisi tanah di dasar waduk telah retak-retak selain itu pintu air juga tampak tak terurus. Padahal waduk ini biasanya mengairi lahan sawah seluas 98 hingga 200 hektare kini lahan yang mengandalkan Waduk Grojogan hanya menunggu hujan turun warga berharap pada bantuan pemerintah setempat untuk dibuatkan sumur bor atau sumur artesis.
Kepala Dinas PU Pengaran, Arif Gunawan mengatakan, selain Waduk Grojogan,  waduk yang telah mengering sebanyak 18 waduk yang tersebar di lima kecamatan  yakni kecamatan Kabuh,  Plandaan,  Ploso,  Kudu Dan Ngusikan air waduk ini belum kering sama sekali. “ Namun air yang ada tidak bisa dimanfaatkan petani sebab pintu air jauh lebih tinggi dibanding permukaan air waduk,” ujarnya mengatakan.
Akibat keringnya ke-19 waduk tersebut,  lahan sawah seluas 1.466 hektare kini tidak bisa ditanami sehingga banyak petani yang alih profesi. Sebab untuk turun ke sawah lagi menunggu turun hujan  jika para petani memaksa tanam  maka harus menggunakan air bawah tanah dengan biaya produksi yang tinggi. [rur]

Tags: