Peringatan Hari Anak Dunia di Trenggalek Deklarasikan SRA

Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa), Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini hadiri deklarasi Sekolah Ramah Anak SMPN 1 Gandusari bertepatan pada Hari Anak Dunia, Rabu (6/11).

Trenggalek, Bhirawa
Dalam rangka membangun Sekolah Ramah Anak (SRA) di Trenggalek, Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa), Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini hadiri deklarasi Sekolah Ramah Anak SMPN 1 Gandusari bertepatan pada Hari Anak Dunia, Rabu (6/11).
Puspa berperan sebagai wadah untuk menyamakan persepsi dan bekerja sama untuk mengatasi permasalahan perempuan dan anak, diantaranya trafficking, kekerasan, prostitusi, pernikahan dini, putus sekolah pada anak perempuan, eksploitasi, kematian ibu dan anak.
Saat kedatangan istri Bupati Trenggalek, Novita Hardini yang didampingi Ketua Darma Wanita Trenggalek, Lies Joko Irianto ini disambut hangat oleh keluarga besar SMPN 1 Gandusari. Terlihat marching band menyambut di lingkungan sekolah dilanjutkan dengan Tari Gambyong. Dan menyempatkan ikuti senam kebugaran dan senam ramah anak di halaman sekolah.
Menurut Novita, Puspa ini selaras dengan salah satu prioritas Pemerintah Kabupaten Trenggalek, dalam penguatan dan pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan yang salah satu didalamnya adalah anak. ”Dalam lingkungan sekolah tidak hanya diperkuat pada sektor akademi saja, melainkan juga berperan menjaga psikologis anak,” ucapanya.
Novita juga mengungkapkan, bukan tidak beralasan kenapa memilih SMP yang ada di Kecamatan Gandusari. Karena SMPN 1 Gandusari paling siap untuk menyatakan komitmen untuk membangun kualitas SRA yang bertepatan dengan Hari Anak Sedunia, dan diharapkan semua sekolah yang ada di Kabupaten Trenggalek ikut menerapkannya,” ujarnya.
Novita juga menyinggang tentang keterbukaan anak kepada orang tua, ini merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan terbuka orang tua menjadi tahu apa yang terjadi pada anak. Apakah mereka mendapatkan bullian dari teman di sekolahnya maupun beberapa kejadian lain yang kemungkinan bisa mengganggu perkembangan psikologi anak itu sendiri. ”Ingat, luka hati pada anak tidak akan pernah bisa disembuhkan sampai kapanpun, makanya perlu kita jaga betul mereka,” jelasnya.
Ketika disinggung SRA akan diterapkan menjadi kurikulum di sekolah Trenggalek, Novita belum bisa memastikan karena itu bukan ranahnya, hal itu kewenangan Dinas terkait di provinsi. ”Saya tak berwenang untuk menentukan kurikulum. Tapi saya bercita – cita akan seperti apa yang harus dimiliki bangsa kita. Sehingga hanya harapan dan cita – cita yang bisa saya berikan berupa stimulasi yang dibutuhkan para orang tua. Apabila tidak bisa diperjuangkan melalui sekolah, maka saya akan berjuang melalui orang tua, demi menciptakan situasi yang kondusif didalam rumah agar belajar dirumah dengan suasana terbuka tetap bisa didapatkan,” harapnya.
Sementara itu, dalam kesempatan berbeda Kepala Sekolah SMPN 1 Gandusari, Sulis Riyani akan berkomitmen keras untuk mewujudkan SRA ini di sekolah yang dipimpinnya. ”Kami akan mewujudkan SRA yang seperti harapan, mulai kita ramah kepada anak, kepada lingkungan, serta kita berkolaburasi dengan orangtua agar bisa mendidik anak sebaik mungkin dan bisa menjadikan anak yang berprestasi,” tandasnya. [wek]

Tags: