Peringatan Hari Gizi, Protein Hewani Mencegah Stunting

Dr Andriyanto SH Mkes

Surabaya, Bhirawa
Hari Gizi Nasional (HGN) diperingati setiap tahun pada 25 Januari. Pada 2023 ini, HGN mengambil tema ‘Protein Hewani Cegah Stunting’. Artinya, dalam rangka mempercepat penurunan stunting perlu digalakkan mengkonsumsi protesin hewani.
Ketua Pimpinan Pusat Asosiasi Nutrisionis Indonesia (ASNI), Dr Andriyanto SH MKes menuturkan, stunting adalah masalah serius yang harus mendapat perhatian. Sebab stunting bisa mengakibatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah.
“Stunting bisa terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan. Dimulai dari kehamilan sampai anak usia dua tahun. Di 1.000 hari pertama, 85 persen otak terbentuk. Seandainya 1.000 hari pertama kehidupan saat kehamilan hingga usia dua tahun tidak mendapat gizi terbaik, tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberikan MPASI yang benar, maka otak tidak akan terbentuk dengan bagus,” ujar Andriyanto, saat dikonfirmasi, Senin (23/1).
Jika otak tidak terbentuk dengan bagus, lanjutnya, maka kecerdasannya juga akan rendah. Hal ini tentu akan mengakibatkan SDM seseorang tidak berkualitas. Untuk itu stunting harus dicegah sejak dini.
Dalam konteks stunting ini, jelas Andriyanto, ada kaitannya dengan zinc. Zinc ada banyak di protein hewani. Zinc sendiri adalah sebagai katalisator metabolisme tubuh, utamanya metabolisme hormon-hormon yang ada hubungannya dengan tumbuh kembang. Tumbuh kembang tidak hanya fisik, tapi juga otak.
“Dalam sebuah penilitian yang dilakukan pada 2018 lalu menyebutkan, jika seseorang ingin menghindari stunting, harus melakukan dua hal. Pertama meningkatkan konsumsi yang banyak zinc. Kedua harus melakukan aktivitas, utamanya melompat,” ungkapnya.
Zinc ini, kata Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Jatim ini, terdapat pada makanan hewani. Protein hewani ada empat jenis yakni; susu, telur, daging dan ikan. “Dari empat ini yang paling banyak dari ikan. Dan ikan yang paling bayak dari jenis tiram seperti kerang, udang, cumi, kepiting dan kupang,” jelasnya.
Andriyanto memberikan gambaran, seandainya daging sebagai protein hewani seberat 100 gram, maka akan mengandung 4-5 miligram zinc. Sementara ikan laut rata-rata mengandung 40-50 miligram zinc. Dan yang paling banyak ada pada udang dengan 55 miligram dalam 100 gramnya.
Sedangkan kebutuhan zinc pada anak usia 4-7 tahun, hanya membutuhkan 4 miligram zinc. Lalu anak usia 8-16 tahun membutuhkan 8-10 miligram zinc dan orang dewasa membutuhkan 11-12 miligram zinc.
“Kalau ingin mendapat zinc harus makan daging setiap hari, itu kan mahal. Orang yang kurang mampu, akan terasa berat. Untuk itu cukup makan ikan yang harganya lebih terjangkau dan kandungan zinc lebih besar. Ikan pindang itu rata-rata mengandung 40 miligram zinc. Jadi sudah sangat cukup bahkan berlebih,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Andriyanto mengatakan, negara harus hadir dalam bentuk yang konkret dalam peningkatan konsumsi protein hewani terutama ikan. “Contoh, saat acara Posyandi bisa memberikan anak makanan yang terbuat dari ikan. Atau dibuat bubur tapi ada ikannya. Jadi tidak hanya bubur kacang hijau saja seperti saat ini,” katanya.
Sementara tugas para nutrisionis atau ahli gizi, lanjutnya, mengajarkan kepada ibu-ibu bagaimana mengolah ikan dengan baik dan benar. “Zinc pada ikan tidak akan rusak atau hilang meski dipanasi, dikeringkan, digarami atau di ikannya makan mentah. Jadi tinggal pengolahannya yang bagus, yang membuat anak-anak suka,” ujarnya.
Jika langkah-langkah penanganan stunting konkrit, kata Andriyanto, maka target Presiden Joko Widodo yang ingin pada 2024 mendatang angka stunting tinggal 14 persen akan tercapai. “Intinya ada di action. Langkah konkrit menggalakkan mengkonsumsi protein hewani, terutama ikan,” pungkasnya. [iib]

Tags: