Peringati Hardiknas dengan Membuat Tujuh Human Tape Sarat Pesan Sosial

Tujuh human tape karya mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya) dipamerkan di  kantin kampus setempat, Rabu (29/4).

Tujuh human tape karya mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya) dipamerkan di kantin kampus setempat, Rabu (29/4).

Surabaya, Bhirawa
Belasan mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya) memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan membuat tujuh  human tape (patung dari plastik lakban) yang sedang membaca dalam berbagai posisi, seperti berdiri dan duduk.
Leader Project, Febrian Ramadhan menjelaskan setiap  patung plastik itu terbuat dari tiga rol lakban yang digulung pada seorang model patung. “Jadi tanpa kerangka, karena itu kami membuatnya bertahap, seperti kaki, tangan, badan, kepala, lalu disambung,” kata  Febrian Ramadhan di kampus setempat, Rabu (29/4).
Seni instalasi yang dipamerkan di salah satu sudut Kantin Keluwih Ubaya itu umumnya dalam posisi memegang atau membaca buku sambil duduk, berdiri, maupun tidur-tiduran. Lalu di dekatnya ada pesan sosial dari tokoh-tokoh di antaranya Ki Hajar Dewantoro, KH Abdurrahman Wahid, Llyod Alexander, dan sebagainya.
“Tujuh patung plastik itu kami buat selama dua hari dengan dikerjakan bersama 15 orang, dan setiap patung menghabiskan tiga rol lakban. Kesulitannya itu membuat konstruksi yang kuat, sehingga gulungan lakban harus diulang-ulang,” ungkapnya.
Ia mengaku mereka tidak mempunyai model untuk kerangka saat membuat patung plastik itu, melainkan langsung meminta seorang temannya untuk dibalut lakban secara bertahap, seperti tangan, kaki, dan seterusnya. “Kalau sudah jadi, tinggal digabung,” ucapnya.
Menurut mahasiswa semester 6 FIK Ubaya itu, ide pembuatan patung plastik yang disebut human tape itu bersumber dari pematung jalanan asal AS yakni Mark Jenkins. “Jenkins tidak sekadar pematung, tapi dia selalu memberi pesan sosial di dalamnya,” katanya. Ditanya pesan sosial yang ingin disampaikan, mahasiswa FIK Ubaya angkatan 2012 itu mengatakan human tape yang dirancang umumnya memegang buku. “Itu kampanye kami pada Hari Pendidikan Nasional 2 Mei agar masyarakat gemar membaca,” tuturnya.
Saat ini, anak-anak muda lebih suka mengakses daring (dalam jaringan/online) atau e-book, tapi pihaknya ingin mengampanyekan bahwa buku itu sangat berarti, karena banyak tokoh besar lahir dari buku, seperti Ki Hajar Dewantoro, Gus Dur, Bung Hatta, dan sebagainya.
“Karena itu, kami mengawali dengan memamerkan  human tape di kantin, nantinya akan kami bawa ke perpustakaan. Human tape juga akan turut memeriahkan acara tahunan Fakultas Industri Kreatif bernama PaRTy di Grand City Mall pada 26 Mei 2015,” ujarnya.
Selain itu, human tape  juga akan memeriahkan rangkaian HUT Surabaya (Mei-Juni) pada Festival Jalan Tunjungan Surabaya pada 7 Juni mendatang. “Kami juga memanfaatkan momentum Hari Buku Nasional, apalagi human tape itu belum pernah ada di Kota Surabaya,” katanya.
Ia menambahkan human tape yang dibuatnya sengaja menggunakan lakban bening (jernih) karena bening adalah warna yang tak terbatasi. “Kami menganalogikan dengan membaca buku yang bisa dilakukan di mana saja kapan saja tak terbatasi keadaan dan fisik kita,” katanya.
Sementara itu, dosen penanggung jawab, Drs Guguh Sujatmiko ST M  mengharapkan human tape art dapat memperlihatkan ada bentuk media lain untuk mengampanyekan sesuatu. “Human tape yang seolah-olah memiliki bentuk seperti manusia dan melakukan aktivitas membaca atau aktivitas yang gerakannya itu memang seperti gerakan manusia, sehingga orang yang melihatnya itu akan selalu ingat dengan pesannya yang disampaikan itu,” paparnya. [geh]

Tags: