Peringati Hari Gizi, Ajak Anak Konsumsi Makanan Bergizi

Puluhan Siswa yang tergabung dalam Dokter Kecil SD Muhammadiyah 15 Surabaya melakukan bagi-bagi makanan bergizi (Buah) kepada puluhan pengendara bermotor, Kamis (25/1).

‘Royokan Tumpeng Buah Bergizi’ ala SDM Limas Surabaya

Surabaya, Bhirawa
Gizi merupakan komponen makanan yang harus dipenuhi oleh tubuh. Namun, masih banyak orang yang tidak mengetahui peran penting makanan bergizi untuk komponen makanan pokok sehari-hari. Oleh karenanya, upaya mengedukasi masyarakat dan anak-anak masih terus dilakukan oleh pihak-pihak terkait, seperti tenaga medis, ahli gizi maupun komunitas peduli gizi lainnya.
Bertepatan dengan hari gizi nasional yang jatuh pada tanggal 25 januari 2018 kemarin, SD Muhammadiyah 15 (SDM Limas) Surabaya mengadakan ‘Royokan Tumpeng Buah Bergizi’ yang diikuti oleh ratusan siswa. Selain mengadakan royokan tumpeng buah, mereka juga melakukan bagi-bagi buah kepada pengedara motor yang ada di lingkungan sekolah mereka. Menurut pembina dokter kecil, Ana Ropikaningsih acara tersebut bertujuan untuk pengenalan tentang makanan sehat, yang dimaksudkan untuk pembiasaan bagi mereka dalam mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari makanan junk food.
“Edukasi ini tidak hanya kita sampaikan kepada anak-anak saja, melainkan bagi masyarakat luas. Pengendara motor salah satunya” sahutnya.
Lebih lanjut, Ia menuturkan selain mengajak anak-anak untuk mengkonsumsi makanan bergizi, pihaknya juga memberikan paparan mengenai penyuluhan gizi seperti pemaparan zat tenaga, zat pengatur yang di sampaikan langsung oleh ahli gizi Rumas Sakit Mitra Keluarga, Endah Bardiati.
Guru kelas V ini, juga menambahkan jika pemilihan buah sebagai subjek makanan didasarkan pada triguna makanan sehat dan bergizi.
Sementara itu, pemateri penyuluhan gizi Endah Bardiati mengapresiasi acara yang dilaksakan SD Muhammadiyah 15 surabaya. Menurutnya kegiatan tersebut dinilai positif dan inspiratif mengingat pentingnya menekankan kepada mereka untuk mencintai dan membiasakan diri dalam mengkonsumsi makanan sehat sebagai sumber makanan bergizi bagi anak-anak.
“Jadi mulai kecil kita harus tanamkan kepada mereka, seberapa penting gizi itu. Salah satunya adalah pembiasaan sarapan setiap pagi,” tutur ahli Gizi Endah Bardiati.
Ia menambahkan bahwa sarapan penting dilakukan sebagai penunjang untuk memulai aktivitas, penunjang kinerja otak agar bisa belajar dengan baik dan untuk menjaga kesehatan.
Lanjut Endah, Komponen makanan harus terdiri dari tiga hal untuk dikonsumsi yaitu bergizi, berimbang dan beragam.
“Tidak harus makanan itu nasi, pokoknya ada sumber karbohidrat dan tenaga” tutur wanita berkacamata ini
Sumber tenaga jelasnya bisa berupa nasi, kentang. Sementara sumber pengatur seperti sayur dan buah dan sumber protein seperti ikan, tahu tempe.
“Ini sudah menjadi satu rangkaian makanan yang berimbang,” tambahnya.

Hindari Gizi Buruk, Terus Lakukan Edukasi ke Masyarakat
Hari gizi nasional yang jatuh pada tanggal 25 Januari lalu, sudah seharusnya menjadi refleksi pemerintah dalam mengevaluasi kinerja nya dalam bidang kesehatan. Namun, disisi lain, pemerintah juga harus mau membuka mata untuk melihat apakah, kesetaraan kesehatan itu sudah merata hingga sampa pelosok negeri?
Akhir-akhir ini, kita di kejutkan dengan berita di mana ratusan anak suku Asmat menderita gizi buruk dan penyakit campak. Hal tersebut juga menjadi perhatian khusus bagi ahli gizi RS Mitra Keluarga, Endah Bardiati.
Menurutnya kejadian tersebut merupakan bentuk dari belum meratanya tenga kesehatan dan pembangunan ke pelosok negeri. Pihak nya merasa kecolongan dengan kejadian seperti ini.
“Kita merasa sedih, merasa miris. Kenapa hal tersebut tidak terjangkau tenaga kesehatan” ungkap ahli gizi Endah Bartadi. Lebih lanjut, ia menambahkan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai komponen gizi yang baik untuk mereka bisa menjadi faktor utama terjadinya kejadian ini.
“Yang paling pokok dan utama adalah edukasi, saya lihat di daerah sana sangat minim edukasi karena tenaga kesehatan tidak menjangkau daerah tersebut,” tuturnya. Padahal terangnya di sekeliling mereka banyak bahan-bahan yang bisa dimanfaatnkan untuk diolah menjadi komponen makanan bergizi. Namun, karena wawasan itu tidak ada, sehingga mereka tidak pernah tahu bagaimana cara memanfaatkan hal tersebut.
Menurutnya terjadinya kekurangan gizi seperti busung lapar diakibatkan oleh kurang gizi secara kronik. Karena prilaku tidak ada, terbatas konsumsi makanan, dan lingkungan yang mendukung seperti wawasan orangt ua tentang gizi yang masih minim, tambahnya.
Kasus ini, menurut penuturannya seperti sebuah fenomena gunung es, yang terlihat diatas seakan tidak terjadi apa2, namun di bawah sangat terlihat bagaimana mereka begitu menderita dengan kasus gizi buruk yang mereka alami.
Pihaknya berharap agar, kasus yang terjadi di suku Asmat, merupakan kejadian yang dapat menjadi contoh semua pihak untuk terus melakukan penyuluhan gizi.
“Karena era ini, seharusnya tidak ada lagi ya tentang gizi buruk,” sahutnya. Namun, dengan masalah seperti ini, tidak menutup kemungkinan bahwa kita memang membutuhkan penyuluhan gizi secara terus-menerus. Selain itu, semoga pemerintah lebih “Aware” dan berupaya menyelesaikan kasus semacam ini dengan serius. [ina]

Tags: