Peringati Hari Sampah dan Pencanangan PPSLI di Jatim

Pada Hari Peduli Sampah di Jatim, diselenggarakan di Desa Cendoro, Kecamatan Dawar Blandong, Kabupaten Mojokerto dengan dihadiri Asisten II Sekdaprov Jatim, Wahid Wahyudi, dan di hari yang sama terdapat pencanangan PPSLI oleh Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo. Tampak Kepala DLH Jatim, Diah Susilowati menunjukkan hasil pengolahan limbah fly ash yang bisa dijadikan batu bata pada Asisten II Sekdaprov Jatim, Wahid Wahyudi didampingi juga Dirut JGU, Mirza dan Asisten II Kab Mojokerto, Mustain.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Dalam rangka memperingati hari peduli sampah di Jawa Timur, Desa Cendoro, Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto, telah ditunjuk sebagai tempat latihan untuk membangun kesadaran bersama untuk hidup bersih dan sehat melalui pengelolaan sampah dan mendorong budaya bersih produktif ditengah masyarakat, Senin kemarin.
Kenapa Desa Cendoro dipilih, karena di lokasi tersebut terdapat lahan untuk pembangunan PPSLI (Pusat Pengelolaan Sampah dan Limbah Industri).
“Salah satunya, dalam peringatan hari peduli sampah ini, kami juga ada event untuk memberikan pendidikan dan pemahaman baik masyarakat khususnya masyarakat yang ada di Kecamatan Dawar Blandong tidak lagi pandanngan negatif dengan terbangunnnya PPSLI,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, Diah Susilowati ketika dikonfirmasi kemarin.
Selain membuka event untuk memberikan edukasi pada masyarakat, mereka juga memperlihatkan limbah juga bisa jadi produk yang bermanfaat, nilai manfaat industri, dan memiliki nilai ekonomi.
Dilokasi itu, terdapat demplot pemanfaatan limbah B3, demplot sludge kertas yang menjadikan tenpat telur, karton box, kemudian daur ulang limbah dari sampah plastik yang dijadikan bahan kerajinan.
“Begitupula dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun, red) juga diolah dan dijadikan produk yang bermanfaat, misal fly ash/bottom ash bisa dijadikan untuk batako dan batu bata,” katanya.
Dijelaskan juga, sampah terbagi menjadi domestik, industri, dan medis. Dalam kebijakan dan strategis pengelolaan sampah di Jatim yaitu mengurangi sampah sebesar 30 persen sampai dengan tahun 2025, dari jumlah itu 10 persen-15 persen sampah dari sampah plastik.
Total sampai di Jatim, sampai saat ini diperkirakan mencapai 17,394 ton per hari, dan timbunan sampah di TPA sudah mencapai 5.876 ton per hari. Saat ini ada 47 TPA hingga umur tahun 2020, yang terdiri dari sistem kontrol dan sanitary landfill. Sedangkan bank sampah untuk daur ulang terdapat 3.981 unit se Jatim yang akan berkembang dan bertambah seiring dengan edukasi pada masyarakat pentingnya 3 R (reuse, reduse, recycle).
Pencanangan PPSLI
Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo juga telah melangsungkan pencanangan PPSLI dan menandatangani prasasti peletakan batu pertama. PPSLI tersebut nantinya akan menjadi tempat untuk memproses akhir sampah dan limbah industri dengan penggunaan teknpologi modern dan ramah lingkungan.
Setelah pencanangan itu, lanjut Diah, maka tahapan awal adalah pembangunan PPSLI seluas 5 hektar dan akan diprioritaskan untuk rencana pembangunan sarana prasarana kantor, laboratorium, gudang pengumpulan dan pemanfaatan limbah padat (fly ash, bottom ash, dan SBE) yang dimanfaatkan untuk pembuatan batako dan batu bata.
Selanjutnya, juga ada pembangunan incenerator untuk limbah medis, sebanyak dua unit dengan kapasitas 1-2 ton dengan potensi 6-7 ton perharinya, dan terdapat pembangunan landfill dua blok seluas 5000 m2 dengan teknologi solidifikasi dan secure landfill.
Sebelumnya, pembangunan PPSLI ini dilatar belakangi dengan adanya 813.140 unit usaha/industri di Jatim , dimana ada 218 industri yang telah melaporkan manifest sebagai industri penghasil limbah B3.
Industri itu memiliki potensi limbah sebesar 49 juta ton per tahun,belum lagi ditambah juga limbah B3 dari 215 rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan berupa limbah medis yang terus meningkat dengan potensi sekitar 1,9 juta ton per tahun.
Potensi limbah B3 di Jatim secara keseluruhan adalah sekitar 170 juta ton per tahun, yang dikelola sebesar 35 persen. Sehingga, perlu tersedianya fasilitas/prasarana berupa pengelolaan limbah industri di Jatim. [rac]

Tags: