
Wali Kota Mojokerto saat memberikan arahan tetang pentingnya kesadaran masyarakat pengidap TB untuk patuh berobat.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menegaskan, dalam memberantas dan pengobatan Tuberkulosis ( TB )memang dibutuhkan waktu yang panjang antara 6 hingga 9 bulan berobat tanpa henti.
Artinya setiap kali jadwalnya berobat jangan sampai tidak dilakukan atau tidak patuh. Karena ini jika dilanggar maka akan menjadi Tuberkolosis ( TB ) MDR ( Multidrug- resisten ) yakni TB yang kebal terhadap obat.
Untuk itu kuncinya agar bisa sembuh, bukan karena para kader atau tenaga medis tapi kepada pengidap TB sendiri, mau berobat kontinyu atau sekedarnya asal saja.
Namun demikian saya mengapresiasi berbagai pihak yang telah bersinergi dalam upaya meminimalisir angka TBC di Kota Mojokerto. Demikian antara lain point penting diungkapkan Wali Kota Ning Ita dalam peringatan Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia di Balai RW Balongrawe, Kelurahan Balongsari, Selasa (21/3)siang.
Lebih lanjut ditambahkan oleh Ning Ita, meski ditemukan fakta adanya kenaikan kasus terduga TBC di wilayah Kota Mojokerto. Namun saya mengapresiasi jajaran Dinkes, kecamatan, kelurahan, kader RT/RW yang terus mencari, lalu menemukan dan mengobatinya. Dan, “Kalau kita berupaya maksimal, ternyata banyak sekali kasus TBC di sekitar kita. tegas wali kota.
Upaya tersebut yaitu dengan gencar melakukan skrining masif kepada masyarakat. Berkat upaya tersebut ditemukan fakta adanya kenaikan kasus terduga TBC. Meski saya sayangkan kejadian ini, namun saya tetap optimis. Mengingat, tujuan akhirnya adalah bagaimana meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menunjukkan fakta adanya kenaikan, diharapkan masyarakat juga memiliki kesadaran.
Karena “Kuncinya bukan pada para kader, para tegaga medis, tapi juga para pengidap TB itu sendiri. Sebab, dalam pengobatan TB, perlu dilakukan pengobatan secara rutin selama 6-9 bulan. Jika tidak patuh, hasilnya menjadi Tb MDR (tuberkolosis multidrug-resistant). Yaitu jenis tuberkulosis yang kebal terhadap obat.
Sementara, Plt Kepala Dinas Kesehatan P2KB dr. Farida Mariana, M.Kes, menyebut selain skrining, upaya penanganan juga dilakukan dengan TOSS TBC.
“Tidak berhenti di skrining, tapi juga kita lakukan TOSS TBC, yaitu Temukan TBC Obati Sampai Sembuh, yang tentunya ini butuh kerjasama lintas sektor. Jadi, mohon kerjasamanya,” ujarnya.(min.gat)