Perjalanan Kadet ROTC US Army Kunjungi Surabaya

Siswa SMA Katolik Santo Stanislaus Surabaya melukis di kertas karton bersama Kadet The Reserve Officers Training Corps (ROTC) US Army di halaman sekolah, Selasa (2/7). [adit hananta utama]

Pelajari Budaya Sekaligus Bertukar Cerita dengan Siswa
Kota Surabaya, Bhirawa
Kehadiran kadet The Reserve Officers Training Corps (ROTC) US Army menjadi moment penting bagi para siswa di Surabaya. Banyak hal menarik yang bisa dibagi sekaligu dipelajari. Mulai dari kebudayaan, lingkungan, hingga cerita tentang kehidupan para tentaranya.
Antusiasme siswa di SMA Katolik Santo Stanislaus Surabaya tampak kala mereka kedatangan tamu puluhan kadet dari Amerika Serikat (AS) dan sejumlah anggota taruna Akademi Angkatan Laut (AAL). Di halaman sekolah, mereka langsung di sambut meriah dan diajak melakukan banyak hal. Salah satunya melukis di atas kertas karton.
Marcelicia Adeline, siswa kelas XII IPS menjadikan momen melukis tersebut untuk berbincang bersama para calon pasukan tentara US ini. Ini menjadi kesempatan langka baginya karena bisa berbicara dalam jarak dekat. “Pingin tanya langsung seperti apa kehidupan tentara disana. Soalnya jarang ada bule yang tentara main ke sekolah,”jelasnya sambil menggambar awan, Selasa (1/8).
Cecil, panggilan akrabnya sangat antusias melihat kegiatan bersama para tamu sekolahnya tersebut. Termasuk saat kegiatan futsal, ia bersama teman-temannya aktif menyemangati pertandingan sejak awal dan berakhir seri. Mereka juga mengikuti kelas bahasa Inggris bersama membicarakan kebiasaan di sekolah satu sama lain.
Lindsay Sopko (20), salah satu Kadet ROTC US Army mengungkapkan dirinya belajar banyak hal dalam kunjungannya di Surabaya. Baginya memahami budaya di Indonesia cukup penting untuk dirinya yang akan melakukan perencanaan di US Army. “Pasti ada shock budaya, tapi saya bisa memakluminya. Dan justru sangat tertarik dengan tradisi masyarakat,”ungkap wanita yang berasal dari Virginia ini.
Ia bahkan merasa siswa di Surabaya sama halnya dengan siswa di tempatnya. Siswa memiliki kreativitas yang baik dan rasa toleransi yang tinggi.
Tim Thomai, trainer Kadet ROTC US Army menjelaskan ia membawa 32 kadet untuk mengenal budaya dan belajar perencanaan bersama AAL. Dikatakannya, 32 siswanya berasal dari berbagai negara bagian dan kegiatan di sekolah menjadi upaya pengenalan budaya. Selain mengenalkan budaya, nilai-nilai nasionalisme juga mereka pelajari. Bahkan Tim sangat tertarik dengan penerapan pancasila di Indonesia.
“Indonesia ini sangat beragam, kami harus mempelajari berbagai hal disini, mulai daei kepahlawanan, kotanya, nilai-nilai dan kepercayaan masyarakatnya,”lanjutnya.
Selain mengadakan pendekatan pada siswa melalui kegiatan bersama. Kadet ROTC US Army juga mengadakan kegiatan bersama East Java Scout Unit dan Tunas Hijau NGO untuk menanam biopori di bundaran Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Dan sebagian lainnya masih mengadakan kegiatan AAL.
Perjalanan Kadet mengelilingi Kota Surabaya tidak hanya berhenti di sekolah tersebut. Kelompok lain dari kadet itu juga membuat lubang resapan biopori di Jalan Kertajaya, Surabaya, Selasa. Kepala Departemen Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kadepiptek) AAL Kolonel laut (P) Isworo di sela pembuatan biopori mengatakan, kegiatan ini diikuti sebanyak 35 anggota AL serta 38 Cadet US NAVY dan baru pertama kali dilakukan.
“Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Akademi Angkatan Laut dengan Cadet ROTC US Army dan Tunas Hijau yang juga dihadiri pelajar yang tergabung di kader Lingkungan Hidup dan Pramuka,” kata Isworo.
Sebelumnya, kegiatan kerjasama lain di bidang kebudayaan juga telah dilakukan, misalnya dengan memperkenalkan lomba-lomba tradisional dan makanan khas Indonesia. Untuk kali ini, ia memilih membuat lubang biopori karena merupakan salah satu cara penanggulangan bencana.
“Biopori adalah salah satu tugas kita selain perang, yaitu dalam penanggulangan bencana, seperti banjir di Surabaya,” ujar Isworo. [Adit Hananta Utama]

Tags: