Perjalanan Mencari Kesejatian Cinta

Judul Buku : Antara Cinta dan Galau
Penulis : Fitria Khanza
Penerbit : Elex Media Komputindo
Edisi : 1, Desember 2016
Tebal : 116 halaman
ISBN : 978-602-02-9725-5
Peresensi : Khoirun Nisak
Pemerhati Pendidikan

Membahas tentang cinta memang takkan ada habisnya. Cinta ibu kepada anaknya, cinta suami kepada istrinya, dan cinta di kalangan kaum remaja yang tak kalah seru serta menarik untuk disoroti
Cinta yang dimanifestasikan dalam pacaran dikalangan remaja itu nampaknya mengusik keheningan Fitri Khanza dan membuatnya menghasilkan sebuah karya berjudul antara cinta dan galau.
Ketidaksepakatannya mengenai cinta berwujud pacaran amat kental tergambar dalam tulisannya. Dengan bahasa tuturnya yang seakan menggebu gebu dan agak kesal, penulis menggambarkan efek samping cinta dalam wujud pacaran bisa berupa galau, jauh dari teman, prestasi belajar menurun, dan kurang nafsu makan.
Diberikannya beberapa contoh perilaku remaja yang seringkali justru merugikan orang lain untuk mencapai kesenangan dalam pacaran yang menurutnya sebagai cinta yang belum halal itu.
Penulis berusaha mengajak kaum remaja kita untuk memaknai cinta tidak hanya pada tataran kesenangan semata karena itu sesungguhnya merupakan sebuah rayuan dan bujukan syetan yang terkoordinir.
Hawa religiusitas semakin menghanyutkan ketika kita membaca buku ini secara menyeluruh. Hal ini berusaha ditekankan oleh penulis dengan mencantumkan hadist maupun ayat suci al-qur’an guna mendukung kebenarannya dalam memaknai kesejatian cinta yaitu semata tidak lepas dari ridho Allah SWT.
Meskipun bergenre motivasi islami, namun dalam beberapa bahasannya tanpa ragu Fitri memasukkan unsur sastra guna mempercantik keagungan konsep cinta itu sendiri. Bait-bait puisi nampak tersusun pada beberapa bagian pembahasan.
Melalui sebuah puisinya “Cinta Dalam Diam” digambarkannya sebuah cinta sejati yang sesungguhnya terlepas dari segala urusan keduniawian semata. Lebih dari itu, cinta yang berwujud jodoh akan datang dengan sendirinya sesuai janji Allah dan di saat itulah sebuah pinangan merupakan bagian terindah guna meraih cinta di bawah ridho-Nya.
Galau dalam cinta sesungguhnya dibuat sendiri oleh manusia yang tidak tunduk pada aturan Allah dan ketetapannya akan jodoh sebagai satu rahasia yang diperuntukkan bagi setiap insan di dunia.
Jodoh adalah cerminan diri. Sejauh apa manusia bisa menjaga dan melakukan perbaikan diri sendiri, maka kebaikan itu pula yang akan tergambar dalam jodoh yang kelak kita miliki.Itulah janji Allah pada hambanya yang bertaqwa.
Keyakinan penulis bahwa tidak ada pacaran islami digambarkan melalui model pacaran yang beredar dikalangan remaja. Melalui beberapa kategori tetap mengembalikan kita pada kesimpulan bahwa sesungguhnya tidak ada pacaran yang islami. Membaca pembahasan ini seakan mengembalikan pada gairah masa muda yang tidak luput dari cerita cinta seperti yang digambarkan penulis
Dengan bahasa tuturnya yang ringan dan gaya kaum muda banget membuat buku ini memang seharusnya dibaca oleh kaum remaja yang terlalu hanyut dan membiarkan kegalauan cinta menyelimuti kesehariannya.
Berseberangan dengan pemberitaan di media massa yang mempersoalkan tentang pernikahan dini, kehadiran buku ini justru mengajak kaum muda untuk tidak ragu mengambil keputusan menikah diusia muda.
Bangun cinta bukan jatuh cinta, sebagai cikal bakal untuk memilih cinta dengan seseorang yang sudah dipilihkan-Nya untuk menjadi cinta yang hakiki. Selanjutnya mampu membangun iman bukan malah membunuh iman. Konsep yang begitu kental mengarahkan kita pada sisi religius manusia.
Tidak jarang cinta dalam pacaran hanya akan membawa musibah bagi pelakunya, mulai dari janjian makan bersama, pegang-pegangan tangan, dua-duaan, bahkan ada yang memaksa meniduri pacarnya. Berakhirlah dengan kondisi hamil sebelum menikah. Pasti menimbulkan kegalauan yang luar biasa. So, endingnya tak lain adalah menikah sebagai cara tepat menepis galau sebelum terjebak pada musibah terbesar yang akan disesali seumur hidup.
Guna membenarkan konsep pernikahan dini sebagai upaya menepis galaunya, disisipkan 24 manfaat menikah diusia muda yang seiring bertambahnya waktu diyakini akan semakin menambah jumlah manfaat itu. Yakinlah bahwa itu hanya bisa dirasakan oleh mereka yang sudah menikah.
Cinta berwujud pacaran hanyalah mengikuti hawa nafsu. Memang demikian sulit untuk melawannya. Namun, penulis memberikan motivasi dari sebuah hikayat dan menandaskan keampuhan sejata untuk melawan hawa nafsu yaitu taqwa.
Secara sistematis diulas manfaat menjaga ketaqwaan dengan beberapa penggalan ayat-ayat suci alqur’an. Sekaligus memberikan perenungan pada pembacanya akan pentingnya menanamkan taqwa dan memancarkan dalam aqidah, ibadah, serta akhlak keseharian.
Pada bagian akhir pembahasannya, penulis berusaha meyakinkan kembali kaum muda kita untuk tidak takut menikah diusia muda sebagai bagian dari menepis rasa galau karena pacaran. Jadi, tinggalkan atau halalkan dengan sebuah pernikahan. Untuk keyakinan itu, beberapa langkah mendapatkan jodoh disuguhkan, Diantaranya: berdoa, menjadi manusia yang berbeda, banyak senyum, memilih orang yang tepat di tempat yang sesuai, yakinkan mimpimu dan selalu berpikir positif.
Akhirnya buku ini cocok sekali dibaca oleh kalangan muda mudi yang ingin menemukan kesejatian cinta dalam kehidupannya. Bagaimana menghilangkan kegalauan cinta telah digambarkan dalam karya setebal 116 halaman. Motivasi islami ini, layak juga dibaca oleh orangtua sebagai sarana diskusi bersama putra putrinya yang beranjak dewasa. Sayangnya tidak dicantumkan profil penulis. Sehingga saya juga sempat meraba-raba usia dan kematangan dari penulisnya.

                                                                                                                       ———– *** ————

Rate this article!
Tags: