Harus Delay Semalam di Bandara Jeddah

[Perjalanan Religi Ibadah Umrah di Tanah Suci Bagian I (bersambung)]

Oleh Hadi Suyitno (Wartawan Bhirawa)

TANPA ada pretensi apapun saya meninggalkan rumah di Sidoarjo menuju terminal keberangkatan T1 Bandara Juanda, Sabtu (7/1) pagi pukul 09.00. di tengah perjalanan menuju bandara sempat membeli koran pagi di perempatan McDonald Bypass Juanda, setelah membaca headline hal belakang, langsung tersentak.
Ada berita 900 jamaah Indonesia terlantar di Bandara Jeddah, Arab Saudi disebabkan maskapai Flynas tak bersedia mengangkut kembali ke tanah air. Itu adalah rute yang harus saya lalui dengan maskapai yang sama yakni Flynas, Arab Saudi.
Perasaan yang awalnya senang berbunga-bunga berubah menjadi cemas, lantaran saya dan istri termasuk di dalam 150 jamaah rombongan travel An Nahl, Saudaraku dan Anita yang akan diberangkatkan menggunakan pesawat Flynas. Sebuah maskapai internasional yang merupakan anak perusahaan maskapai Arab Saudi.
Sampai di terminal keberangkatan, tampaknya banyak jamaah tidak menyadari (atau belum membaca) berita Flynas menolak mengangkut keberangkatan dan kepulangan jamaah Indonesia. Sekitar satu jam para jamaah berkerumun di Bandara tanpa ada informasi apapun dari pihak travel. Sampai apa yang dikuatirkan datang juga, pihak travel mengumumkan bahwa keberangkatan yang dijanjikan langsung Juanda-Madinah, di delay satu hari. Pihak travel hanya menjelaskan penerbangan ditunda tanpa ada kejelasan, apakah akan menggunakan Flynas atau pesawat lain.
Seluruh jamaah diinapkan satu malam di Hotel Ibis, Juanda, karena pesawat Flynas dikatakan sedang ada masalah di Arab Saudi. Para jamaah banyak yang berpikir ini hanya masalah teknis saja, hanya kelambatan biasa dan besok tetap diangkut dari Juanda menuju Madinah. Tanpa ada penjelasan yang tegas dan detil, jamaah manut saja saat esoknya atau Minggu (8/1) setelah check out dari hotel yang berada di T1 Bandara Juanda digiring dengan naik bus menuju T2 Juanda.
Dari kabar telinga ke telinga, saya menerima informasi bahwa perjalanan umroh ini harus transit dulu di Jakarta. Tidak jadi dengan flynas tetapi menggunakan Garuda Airline. Berita ini membuat perasaan lemas, karena sejak kemarin fisik dan psikis sudah mulai tertekan.
Tetapi jamaah sebelah berbisik, ”Ini ujian kita untuk bersabar, terima saja dengan tawakal,” ujarnya kalem. Ada benarnya juga, berangkat umroh harus dimulai dengan kesabaran. Bahwa kesalahan ini bukan dari pihak travel, memang dalam promosinya travel menjanjikan menggunakan penerbangan langsung Juanda-Jeddah dengan Flynas.
Mau apalagi kalau Flynas sedang ada masalah dengan pihak ketiga dari Indonesia yang menjembatani kontrak tiket. Dari informasi yang beredar pihak ketiga tidak komit dalam pembayaran kontrak sehingga Flynas memutuskan perjanjian kontrak itu.
Padahal Flynas ini menjadi tulang punggung untuk mengangkut jamaah Indonesia. Dalam berita di koran disebutkan, jamaah Indonesia yang sudah menjalankan umroh di Madinah dan Makkah saat itu ada 900 jamaah yang terkatung-katung di Jeddah menunggu angkutan. Namun akhirnya semua bisa terangkut maskapai lain diantaranya menggunakan Garuda dan Brunei.
Begitu juga dengan rombongan jamaah dari tiga travel yang membawa jamaah dari Malang, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, ini harus setelah sampai di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, harus menunggu sekitar 5 jam lagi untuk akhirnya masuk ke dalam lambung Garuda Airline. Perasaan lega dan bersyukur. ”Gak apalah capek sedikit, yang penting bisa tiba di Madinah,” bisikku kepada istri.
Sampai di Bandara Madinah, tidak rumit. prosedur kepabeanan berjalan normal sampai akhirnya kembali ke tanah air setelah 12 hari menjalankan umroh. Gambaran jamaah yang keleleran tidak tampak di bandara Jeddah. Rombongan yang balik ke tanah air melalui bandara Jeddah, 16 januari, ternyata tidak menemukan jamaah yang keleleran.
Alhamdulilllah ternyata semua teratasi walalupun dengan menggunakan maskapai lain. Bandara Jeddah itu memang dipenuhi jamaah Indonesia, namun mereka menunggu proses boading dan pemeriksaan barang saja. Semua berjalan normal.
Pelayanan petugas Bandara di Madinah dan Jeddah relatif memuaskan. Tak terjadi antrean panjang, walaupun penumpang sangat banyak karena petugas imigrasi membuka banyak meja untuk boarding sehingga jamaah dengan cepat bisa terlayani.
Bulan desember hingga April memang musim umroh, gelombang jamaah yang datang maupun pulang terus mengalir silih berganti. Ada jamaah yang masuk lewat pintu Bandara Jeddah namun kebanyakan melalui Madinah.
Saat ini Madinah mengalami musim dingin, suhu di pagi hari bisa mencapai 16 derajat Celsius namun di siang hari sangat panas. Cuaca ekstrim dari dingin ke panas memang membutuhkan fisik prima. Sementara suhu di Kota Makkah lebih normal dengan kisaran 24-29 derajat Celsius. Umumnya kalau sudah begini jamaah haji mudah terserang flu dan pilek. ”Di sini hanya onta saja yang tidak pilek he he he,” seloroh seorang sahabat bercanda. [hds]

Rate this article!
Tags: