Perkuat Investor Ritel Dalam Negeri, Pemerintah Luncurkan SBR

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Demi untuk memperkuat investor ritel dalam negeri pemerintah telah meluncurkan Saving Bonds Ritel (SBR). Upaya ini untuk mengantisipasi masuknya investo asing saat penerapan Komunikasi Ekonomi Asean. (KEA) yang dimulai tahun 2015.
Menurut Putut  Widiandoyo, Kasi pelaksanaan transaksi SUN dan Derivatif 1 Ditjen pengelolaan piutang Kementerian Keuangan RI, giliran pertama dari empat provinsi lain yang direncanakan yakni, Makasar, Semarang, Bandung dan Medan.
Lebih jauh dijelaskan, bahwa selain akan memperkuat investor ritel dalam negeri dengan kondisi aman, juga  akan berlaku sebagai tameng untuk menghadapi Komunitas Ekonomi Asean (KEA) 2015 tahun depan. Soal keamanan dari produk ini sangat dijamin karena ditanggung oleh negara melalui APBN,” Makanya nanti bukan lagi BI rate, tapi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) rate,”jelas Putut.
Dengan demikian lanjutnya, maka tidak ada batasan, hanya saja SBR ini di lock sampai jatuh tempo dengan masa 2 tahun dan tidak bisa dijperdagangkan, untuk membeli SBR ini paling kecil Ro 1 juta sampai Rp 5 juta dan terbesar Rp 5 miliar. Pembukaannya sendiri akan dilakukan pada 31 maret – 31 Agustus 2014.
Keuntungan dan kelebihannya dibandingkan dengan    produk yang sudah ada yakni Obligasi Ritel Indonesia (ORI), yang jelas ORI  masih menggunakan BI rate dengan  kata lain jika BI rate naik maka tidak akan ikut naik, sementara SBR, jika  LPS rate  naik maka akan ikut naik pula.
Hanya saja SBR ini karena tidak bisa diperdagangkan maka sifatnya individu dan harus orang asli Indonesia tidak boleh orang asing, sedangkan ORI karena bisa diperdagangkan maka ia bisa juga dimiliki oleh orang asing, Lallu bagaimana jika pemegang SBR meninggal dunia, dikatakan otomatis akan jatuh pada ahli warisnya.
Disinggung soal Pemilu Pilres maupun legislatif, dikatakan sangat berpengaruh sekali sebab para investor itu dalam hal ini sifatnya wait and see siapa yang akan memimpin suatu negera itu ke xepan, serta figur dari sang pemimpin itui nanti sangat besar sekali pengaruhnya. Dalam hal ini jujur diakuinya memang tergantung pada sosok tokoh peminpin bersangkutan, dicontohkan misalnya ketika nama JokoWi misalnya, yang dijagokan  maju Pilpres,  maka ini juga berpengaruh pada kenaikan saham yang sebelumnya belun ada gerakan apa apa. Yang jelas sampai saat ini inflasi masih tetap berkisar oada 5 % saja,” Asal tidak diikuti oleh kenaikan BBM  tidak ada masalaj, jika BBM tiba tiba nbaik bisa saja ibflasi tembis angka 8 %, ‘ungkap Putut. [ma]

Tags: