Perkuat Kebinekaan dan NKRI, Pelopori Mengaji Indonesia

Rosiana silalahi (kanan), Gus Mus, Lukman Hakim Saifudin, Prof.Dr.H.Abd A’la M.Ag memberikan pemahaman Mengasah Jati Diri di hadapan ribuan peserta di Halaman gedung Twin Tower UINSA, senin malam.

Surabaya, Bhirawa
Isu konflik suku, agama, dan ras (SARA) yang saat ini terjadi di Indonesia membuat masyarakat khawatir akan kebhinekaan bangsa yang goyah. Belum lagi, isu-isu hoax yang dibangun untuk merusak keberagaman Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mengharuskan beberapa instansi melakukan pemahaman dan edukasi secara terus menerus kepada masyarakat.
Hal tersebut pun juga dilakukan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Melalui acara yang bertajuk ‘Mengaji Indonesia : Islam Penebar Kedamaian’ UINSA ingin merangkul tokoh lintas agama dan masyarakat, serta kaum terpelajar untuk melakukan kajian bersama-sama melalui sebuah dialog kebangsaan yang dilaksanakan kemarin (5/2) di halaman gedung Twin Tower UINSA.
Rektor UINSA, Prof Dr H Abd A’la, MAg menuturkan jika acara tersebut menjadi momen merengkuh kembali kebinekaan yang sempat terpisah oleh hoax dan isu-isu yang berkembang di masyarakat.
“Marilah kita jaga Indonesia, kita lestarikan NKRI melalui sebuah dialog. Melalui keterlibatan kita, masyarakat dan kamu terpelajar,” ungkapnya.
Ayo bersama-sama ajaknya, kita uji pemahaman kita tentang pancasila, dan tentang NKRI. Kemudian tambahnya, yang lebih penting dari Mengasah Jati diri (Mengaji) ini, pihaknya ingin mengembalikan jati diri bangsa sebagai bangsa yang bermartabat, yang mempunyai karakteristik dan keragaman, sopan santun dan semacamnya harus dikembangkan dan diperkuat di tengah era Globalisasi yang semakin cepat dan meluas.
“Globalisasi dengan segala dampaknya, di tengah keberaganan kemampuan masyarakat kita menggeser perilaku masyarakat” tuturnya.
Misalnya saja, lanjutnya ketika di ruang publik, mereka yang dulunya ramah, bertegur sapa seakan mengalami pemudaran. “Nah, ini jangan sampai, kesan kita yang dihormati sebagai bangsa yang ramah hilang karenanya” imbuhnya menegaskan.
Prof A’la juga menekankan bahwa kedepannya Indonesia yang hakekatnya sebagai bangsa yang besar, sangat makmur, sangat kaya dengan Sumber Daya Alam nya jangan sampai hanya tinggal kenangan. Pihaknya berpesan agar semua pihak, baik pemangku kepentingan, masyarakat, generasi muda maupun tokoh masyarakat, harus merawat Indonesia. “Karena itu adalah tugas kita bersama” sahutnya.
Sementara itu, ketua pelaksana acara ‘Mengaji Indonesia’ memgungkapkan jika dialog kebangsaan yang dipelopori oleh pihaknya merupakan wadah yang penting untuk disampaikan kepada msyarakat dari berbagai kalangan. Di samping itu, dialog kebangsaan juga sebagai solusi dinamika perang negatif yang terjadi dalam masyarakat, misalnya saja seperti pembentukan benturan antar agama berupa isu dan hoax yang merusak persendian NKRI.
“Dialog kebangsaan ini sebagai bentuk mengambil perang positif dibalik perang negatif yang merongrong kesatuan bangsa” katanya.
Diakuinya, dalam dialog kebangsaan tersebut pihaknya meminta agar Kemenag, Lukman Hakim Saifudin bertindak sebagai pembawa acara. Selain itu yabg bertindak sebagai narasumber adalah budayawan dan guru bangsa KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Rosiana Silalahi (wartawan senior Kompas Tv), dan Rektor Uinsa Prof. A’la.
Kaprodi Filsafat dan Agama Islam ini juga menambahkan jika acara tersebut juga bertujuan untuk menghubungkan keterlibatan perguruan tinggi dengan masyarakat luas melalui peran tri dharma.
“Narasumber pada dialog kebangsaan ini kami memang menghadirkan tokoh-tokoh nasional Indonesia, khususnya dengan reputasi sebagai tokoh pemersatu bangsa, guru bangsa atau yang konsen pada isu-isu pancasila dan kesatuan bangsa,” Paparnya.
Rencananya kegiatan Mengaji Indonesia akan dilakukan tiga bulan sekali di seluruh kampus yang berada dalam naungan Kementerian Agama.

Mengaji Sarana Perkuat Jati Diri Bangsa
Dialog kebangsaan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh bangsa, membawa pesan tersirat dari ribuan peserta yang datang malam kemarin (5/2). Salah satu pembicara dialog kebangsaan senin kemarin adalah Gus Mus. Sebagai seorang Tokoh Nu ia menyebut bahwa konflik agama yang terjadi justru disebabkan karena manusianya yang tidak mengaji. Dalam artian, konteks mengaji lebih pada pemahaman ilmu bukan hanya sekedar mengaji.
“Beragama tanpa semangat mengaji, itu yang jadi masalah,” sahutnya.
Mengaji adalah proses belajar yang tak kenal kata sudah, jelasnya. Tentu saja, hal tersebut didasarkan agar manusia dapat mengamalkan ilmu yang didapatnya dari pemahaman mengaji. Gus mus yang juga seorang budayawan ini sangat menyayangkan konflik yang mengatasnamakan agama akhir-akhir terjadi di Indonesia.
“Agama dan negara adalah sebuah hal utuh yang tidak dapat dipisahkan” tuturnya.
Menurutnya, antara agama dan Indonesia merupakan satu nafas satu kesatuan. Ia menceritakan ketika para kiai berbicara tentang agama dan Indonesia, mereka berbicara dengan satu kali nafas. Yang artinya, keduanya memiliki porsi penting yang tak boleh dilupakan begitu saja.
Gus Mus menyarankan agar bangsa Indonesia bisa menghargai dan toleransi antar sesama. “Anggap saja ini rumahmu, kalau kamu buat rusuh atau merusak rumah mu sendiri, masak iya mau merusak sih?” Gambarnya di hadapan ribuan yabg hadir senin malam.
Sementara itu, Kemenang Lukman Hakim Saifudin menekankan bahwa anak muda harus diingatkan pentingnya nilai-nilai kebangsaan yang harus melelat pada setiap diri anak bangsa. Di mana tambahnya, Indonesia yang selama ini dikenal positif tidak hanya oleh bangsanya, melainkan juga oleh bangsa lain. Warisan itulah, lanjutnya yang harus dijaga dan dirawat oleh semua pihak.
“Mengasah jati diri Indonesia ini diperuntukkan agar bangsa tetap mempertahankan nilai-nilai Indonesia. Indonesia yang religius, Indonesia yang menjunjung tinggi nilai keagamaannya dan toleransi serta keberagaman,” papar Menag. [ina]

Tags: