Perkuat Negara Pancasila, Paham Radikalisme Harus Dibasmi

Jakarta, Bhirawa.
Keberadaan kelompok intoleran di Indonesia bukanlah isapan jempol, namun nyata adanya. Kelompok ini adalah orang-orang yang sangat mungkin mengusung paham radikalisme yang tidak berkepribadian Pancasila. Mereka menolak paham Pancasila yang mengutamakan tenggang rasa dan menghormati perbedaan.
“Temuan SETARA Institute, bahwa sejak 2016 di Jakarta dan Bandung Raya dari 171 SMA Negeri, terjadi intoleransi serius pada para siswa. Tercatat, 4,6 persen siswa responden mendukung organisasi tertentu yang melarang pendirian rumah ibadah. sebanyak 1 persen siswa responden setuju gerakan ISIS. Bahkan 11 persen siswa responden setuju jika Indonesia dibangun berdasarkan Khilafah. Sebanyak 5,8 persen setuju mengganti dasar negara Pancasila,” ungkap Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat menjadi Keynote speech dalam Seminar Nasional dengan tema Merawat Kemajemukan, Memperkuat Negara Pancasila” yang diselenggarakan SETARA Inst hari Senin (11/11).
Lebih jauh Bambang Soesatyo, menyebut: hasil penelitian SETARA di 10 Kampus PT Negri ditemukan : Terdapat wacana dan gerakan keagamaan yang berpotensi mengancam negara Pancasila. Secara kualitatif gejala radikalisme beragama juga menyasar Aparatur Sipil Negara (ASN). Yang notabene adalah abdi negara dan pelayan masyarakat. Jumlah ASN yang terpapar radikalisme sudah sangat mengkhawatirkan.
“Badan Pembinaan Ideologi Pancasila(BPIP) mensinyalir ASN yang pro radikalisme atau yang anti Pancasila lebih dari 10 persen. Bahkan TNI dan Kepolisian Negara Indonesia juga telah menjadi lahan untuk men- transmisi kan paham radikalisme. Tidak kurang dari 4 persen TNI POLRI sudah terpapar paham yang membahayakan negara Pancasila,” tandas Bambang Soesatyo.
Ditekankan Bamsoet, toleransi haruslah menjadi kebutuhan semua elemen bangsa. KeBhinekaan bukan hanya fakta sosiologi yang hanya diterima sebagai sesuatu yang given, tetapi harus terus menerus dirawat. Kesadaran Kebangsaan yang mengkristal, yang lahir dari rasa senasib dan sepenanggungan akibat penjajahan telah berhasil membentuk wawasan Kebangsaan Indonesia. seperti yang tertuang dalam Sumpah Pemuda pada 1928m Yaitu tekad bertahan air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, yakni Indonesia, tandas Bamsoet. [Ira]

Tags: