Perlu Dukungan HPP Tinggi untuk Swasembada Kedelai

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Produksi kedelai bisa saja mencapai swasembada pangan, namun hal itu masih perlu ada dukungan berupa Harga Pokok Pembelian (HPP) yang tinggi. Saat ini harga kedelai masih di kisaran Rp 6.000 per kilogram (kg). Padahal, sesuai SK Menteri Perdagangan HPP sebesar Rp 7.600 per kilogram.
“Jika Inpres HPP dikeluarkan dengan harga tinggi sekitar Rp 8.000 per kg, maka petani akan bersemangat untuk tanam kedelai dan swasembada sangat mungkin tercapai,” kata Kepala Dinas Pertanian Jatim, Dr Ir Wibowo Eko Putro MMT melalui Kabid Produksi Tanaman Pangan, Ir,Ahmad Nurfalakhi.
Dijelaskannya, tahun lalu produksi kedelai di Jatim masih mencapai 320.000 ton dari total kebutuhan kedelai Jatim yang mencapai 420.000 ton. Sementara tahun ini, produksinya ditarget mencapai 329.000 ton. Hingga tahun 2017, produksi diupayakan akan naik menjadi 420.000 ton.
Selain intensif harga, pihaknya juga telah melaksanakan program Perluasan Area Tanam atau PAT sejak tahun lalu. Pada tahun 2014, program PAT mencapai 42.000 hektar. Di tahun ini, perluasan area tanam diharapkan mencapai 56.000 hektar.
Untuk merealisasikannya, Dinas Pertanian bekerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan melakukan tumpangsari di lahan hutan yang tanaman hutannya masih belum berumur tiga tahun.
“Melalui upaya ini, kami berharap lahan kedelai di Jatim akan mencapai 270.000 hektar hingga 300.000 hektar dari saat ini yang masih dikisaran 210.000 hektar. Sehingga dengan perkiraan produktivitas lahan mencapai 1,6 ton per hektar, maka produksi kedelai bisa mencapai 400.000 ton lebih,” paparnya.
Selama ini, kata dia, menanam kedelai kerap dianggap kurang menguntungkan bagi petani di Jawa Timur. Persoalan harga menjadi alasan utama petani, sehingga lebih memilih menanam padi dan jagung yang bisa memberikan keuntungan lebih menjanjikan.
“Sampai saat ini minat petani menanam kedelai masih rendah. Jika dibandingkan dengan tanaman pangan lain seperti padi dan jagung, harga kedelai masih dinilai kurang menguntungkan sehingga petani kurang tertarik,” katanya.
Ia menjelaskan, untuk tanam padi, perhitungan rata-rata produksi per hektar sekitar 6 ton dengan pendapatan kotor yang diterima petani adalah Rp 25,8 juta. Nilai tersebut dengan asumsi harga gabah kering giling Rp 4.300 per kg. Biaya produksi mencapai Rp 12 juta sehingga petani masih bisa mengantongi untung Rp13,8 juta.
Sementara untuk kedelai, dengan produksi per hektar sekitar 1,7 ton dan harga Rp 8.000 per kg, pendapatan kotor petani sebesar Rp13,6 juta. “Itu masih dikurangi dengan biaya produksi sebesar Rp 8 juta. Keuntungan petani hanya Rp 5,6 juta. Masih jauh di bawah padi. Karena itu petani masih memilih tanam padi,” katanya. [rac]

Tags: