Perlu Kebijakan Jelas Atasi Radikalisme Menyasar Kaum Muda

Jakarta, Bhirawa.
Politisi senior Golkar di MPR RI Agun Gunandjar Sudarso menilai, aksi radikalisme, kini menyasar generasi muda. Hal tersebut bisa dilihat dari pelaku teror di Mabes Polri dan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar, yang usinya relatif muda sekitar 25 tahun.

“Munculnya teroris muda belakangan ini sebagai akibat dari polarisasi ideologi nasional yang mulai bergeser dari ideologi Pancasila oleh Partai Politik (Parpol) yang membawa kepentingan global. Sehingga ditakutkan jika hal ini terus berlangsung, Indonesia tidak akan pernah selesai dengan urusan terorisme,” ungkap Agun Gunandjar dalam dikusi 4 Pilar MPR RI bertema “Penanaman Nilai-Nilai Kebangsaan untuk Menangal Radikalisme bagi Generasi Muda”, hari Senin (5/4). Nara sumber lainnya, Wakil Ketua MPR RI dari PPP Dr Arsul Sani.

Menurut Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR Agun Gunandjar, polarisasi ideologi nasional itu terjadi karena kepentingan kepentingan global. Yang tak bisa dihindari dan hal itu memang memberikan manfaat secara politik institusi di Indonesia. Arti polarisasi ideologi adalah tarikmenarik antara 2 pihak yang saling berlawanan. 

“Mengatasi polarisasi ideologi ini, para pimpinan Parpol harus kembali kepada jati diri bangsa. Yakni bangsa yang berideologi Pancasila, bangsa yang menganut UUD 45,” lanjut Agun Gunandjar.

Dikatakan, polarisasi ideologi terjadi karena Parpol yang memiliki kesamaan pemerintah mahaman ideologi dengan kepentingan global. Ditambah lemahnya upaya pencegahan radikalisme, ini menjadi pintu masuk. Sehingga dengan mudah terbentuknya kelompok kecil yang akhirnya menjadi besar. Ketika berubah menjadi Parpol dan berhasil masuk kedalam  Parlemen Indonesia.

“Maka tejadilah pengelompokan kekuatan yang dari kecil menjadi besar. Sehingga ketika muncul di Parlemen terjadi polaisasi itu. Hampir semua kebijakan yang terjadi di DPR, terjadi tarik menarik ideologi politik nasional kita,” papar Agun Gumandjar.

Dia meng-gugah jiwa nasionalisme para politisi dan pimpinan Parpol untuk segera mengakhiripolarisasi ideologi nasional ini. Dengan kembali mengedepankan fungsi pencegahan (preventif) atas berkembangnya paham radikalisme. Salah satunya  adalah dengan sosialisasi pemahaman ideologi 4 Pilar Kebangsaan, secara menyeluruh dan sungguh- sungguh.

“Termasuk preventif itu diantaranya, digalak kan nya kembali pemahaman ideologi 4 Pilar kebangsaan kita. Secara menyeluruh, totalitas.Juga polarisasi idelogi nasional kita harus sudah segera diakhiri,” cetus Agun.

Agun Gunandjar

Kepada generasi muda, Agun berpesan; Ditengah perkembangan peradaban kehidupan yang serba digital ini, kaum muda diminta sadar tentang identitas jati diri bangsa Indonesia. Dengan menempatkan prinsip Kebangsaan, yakni keberagaman adalah ketika identitas dan menolak budaya buruk dari digitalisasi yang memaksa orang untuk menjadi sangat individualistik. 

“Kaum muda harus memahami, harus bisa sadar tentang identitas yang jati diri bangsa. Jadi harus ada rasa memiliki dan rasa tanggung jawab, bahwa kita sebuah bangsa yng menempatkan prinsip kebangsaan kita. Artinya, paham paham digitalisasi ini memaksa orang untuk menjadi sangat individualistik. Menjadikan angkut, sombong dan belagu. Ini sisi negatifnya, padahal bangsa kita tidak seperti ini,” pungkas Agun Gunandjar.

Sementara, Dr Arsul Sani berujar; perlu ada kebijakan yang jelas agar radikalisme bisa dituntaskan. Pertama adalah permasalahannya Jika bicara tentang penanaman nilai nilai kebangsaan dalam konteks penangkalan radikalisme. Berarti harus dimengerjakan 2 hal, yakni kontra radikalisme dan deradikalisasi. 

“Kalau kita bicara radikal, disini yangakn kita tanggulangi adalah radikal yang intoleran dan radikal yang mengarah pas a tindak kekerasan. Khususnya aksi terorisme,” ucap Arsul Sani. [ira]

Tags: