Perlu Modifikasi Teknologi untuk Kelola Garam

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo berharap ada motifikasi atau pemanfaatan teknologi mengelola garam. Tujuannya agar menghasilkan garam kualitas lebih baik sekaligus mengantisipasi kelangkaan garam akibat cuaca buruk.
“Kami harap pemerintah pusat bisa mencarikan solusi dengan pemanfaatan teknologi terhadap pengelolaannya. Pemanfaatan teknologi ini sangat penting, tak bisa menunggu waktu. Sebab selama ini pembuatan garam kita masih sangat tergantung dengan matahari,” ujarnya, Kamis (27/7).
Menurut dia, pemanfaatan teknologi pada saat Dahlan Iskan menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah mulai mengarah, namun seiring pergantian menteri maka upayanya pun berbeda. “Yang bisa menaikkan kualitas garam itu dengan membran yang dulu sempat Pak Dahlan Iskan lakkukan di Sumenep, yaitu airnya dimasukkan membran sehingga tidak tercampur tanah karena diambil agak di tengah laut, kemudian dipompa sehingga garamnya bagus,” ucapnya.
Sedangkan, terkait upaya pemanfaatan rumah garam, kata dia, fungsinya hanya untuk menyimpan garam agar tak kehujanan sehingga saat masuk musim hujan atau curahnya tinggi maka garam tetap aman.
“Sebenarnya masih ada lagi pemanfaatan teknologi, yakni air dimasukkan di bangunan yang atasnya dari plastik, kemudian ada lagi caranya. Tapi membutuhkan biaya yang sangat mahal. Bahkan, ini sempat menjadi mendapat perhatian Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, namun sekarang masih belum,” katanya.
Sementara itu, anggota DPRD Jatim Badrut Tamam mengatakan selama ini petani garam menggunakan secara tradisional dalam memproduksi garam sehingga sangat tergantung pada iklim. “Tapi yang terpenting adalah kehadiran pemerintah menyediakan infrastruktur, antara lain pembuatan garam bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi. Jadi tidak tergantung ke matahari, termasuk regulasi soal harga garam,” katanya.
Hal senada disampaikan anggota Komisi B DPRD Jatim Biyanto yang menegaskan bahwa sebagai provinsi penghasil garam konsumsi terbesar nasional maka harus ada terobosan agar tak langka. “Kontribusi Jatim hampir memenuhi separoh kebutuhan garam nasional yang mencapai 2 juta ton. Semoga pemerintah ikut membantu petani memodifikasi produksi garam dengan bantuan teknologi, termasuk menghadapi musim hujan yang menjadi ‘musuh’ produksi,” katanya. [iib]

Tags: