Permintaan Ikan Patin Membludak di Jatim

Ikan patin yang sudah difilet siap untuk di ekspor.

Jadi Menu Favorit Jemaah Haji dan Umroh
Surabaya, Bhirawa
Ikan patin yang mirip dori ini, kini menjadi menu favorit di Indonesia. Bahkan ikan yang dulunya tidak laku di pasaran, karena dianggap bentuknya tidak menarik dan rasanya tidak segurih dengan ikan laut lainnya. Namun pasar ikan patin di Jatim dalam beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan. Pemprov mengklaim ikan air tawar ini banyak diminati di Eropa.
Bahkan ikan Patin ini juga akan menjadi menu bagi jemaah Haji dan Umroh dari Indonesia. “Setiap tahun permintaan akan ikan patin selalu meningkat. Bahkan untuk konsunsi hamaah haji dan umroh di Indonesia diambilkan dari Jatim,” tegas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim Heru Tjahjono, kemarin (22/4).
Ditanbahkan, pemprov saat ini tengah berusaha meningkatkan produksi ikan patin, karena melihat potensi permintaan pasar yang lumayan besar. Pasalnya untuk kualitas, tak kalah dengan ikan Dori yang biasa disajikan di restoran. “Ikan patin saat ini banjir permintaan. Karena ini ikan lokal yang sama dengan ikan dori,” ujar Heru.
Data dari dirinya, produksi ikan patin saat ini sudah meningkat. Pada 2017 saja yang dihasilkan telah melebihi target. Dari 6.180 ton, realisasinya mencapai 7.563 ton. Sebanyak 154 ton di antaranya diekspor. Negara Eropa menjadi tujuan utama pengiriman ikan patin. “Kebetulan Vietnam di banned, sehingga kita bisa masuk ke Eropa,” tegasnya.
Ikan patin yang diekspor ini, lanjutnya, sudah melewati pengujian standar kelayakan pengolahan dan telah melalui kualiti kontrol. Begitu juga dengan pengepakannya, ikan patin ini difillet. Pemprov pun mendorong dengan memberikan bantuan dan penambahan kapasitas serta lahan baru usaha fillet patin.
Dengan begitu, Heru menargetkan produksinya bisa mencapai 10 ribu ton tahun 2018. “Ini merupakan program hulu hilir pak gubernur. Mulai dari perhatian pada pembudidaya, sampai ke packagingnya. Yakni dengan fillet patin,” urainya saat ditemui di ruang kerjanya.
Sementara ini, masih menurut Heru, ada beberapa wilayah di Jatim sudah mulai produksi patin. Dari 38 kabupaten/kota terbanyak masih dari Tulungagung. Produksi di kabupaten ini bisa memenuhi kebutuhan 50 ton per hari. “Kami terus berupaya meningkatkan kualitas ikan dengan cara memberikan penyuluhan terhadap cara budidaya yang baik,” bebernya.
Selain ikan patin, Haru menyebutkan, yang lagi difokuskan juga adalah ikan lele. Kandungan nutrisi ikan ini sangat dianjurkan bagi pertumbuhan anak. Hanya saja tinggal sekarang mengubah persepsi kotor pada ikan lele. “Ikan lele di Jatim itu masuk yang terbaik. Setelah melewati verifikasi. Tinggal sekarang persepsinya yang diubah. Kami lakukan visible terus terhadap para pembudidaya,” tandasnya.
Terpusah, Ketua Komisi B DPRD Jatim sangat bangga dengan meningkatnya permintaan ikan patin asli Jatim. Dengan begitu hal ini akan membuka peluang kerja baru dalam beternak ikan patin. “Di tengah banyaknya PHK ternyata muncul peluang kerja baru beternak patin. Apalagi dalam beternak tidak membutuhkan biaya besar. Cukup memanfaatkan lahan pekarangan yang terbatas dan bibitnya bisa minta ke dinas perikanan,” tegas politisi asal Gerindra ini. [cty]

Tags: