Permintaan Sepeda Angin di Jatim Naik

Kadisperindag Jatim, Drajat Irawan saat meninjau industri sepeda di Jatim.

Pemprov, Bhirawa
Komoditas sepeda (sepeda angin,red) produk Jatim mengalami peningkatan permintaan signifikan selama bulan terakhir saat pandemi Covid-19. Menariknya kenaikan demand ini tidak hanya berasal dari pasar dalam negeri, tapi juga luar negeri.
“Selama pandemi Covid 19 saat ini adanya permintaan yang signifikan atas komiditas alat angkut terutama sepeda secara merata di kota-kota besar dan daerah di Indonesia, terutama selang beberapa minggu pasca pemberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)”, ungkap Kadisperindag Jatim, Drajat Irawan, Senin ( 27/7).
Ia mengatakan bahwa Industri alat angkut di Jatim mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2017 nilai Produk Domestik Reional Bruto (PDRB) sub sektor industri alat angkut sebesar Rp. 5,83 Triliun dan di tahun 2018 meningkat 0,53% menjadi Rp. 5,86 Triliun. Sedangkan pada tahun 2019 PDRB sub sektor industri alat angkut mencapai Rp. 5,94 Triliun atau naik 1,38% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan permintaan alat angkut ini, lanjut Drajat, turut didukung oleh industri sepeda yang penjualannya terus meningkat.
Permintaan sepeda dari luar negeri , lanjut Drajat, juga dipicu adanya pandemi yang mengubah perilaku masyarakat untuk lebih banyak menjaga jarak dari kerumunan hingga mempengaruhi tendensi penggunaan transportasi massal yang mulai beralih ke penggunaan sepeda. “Dilihat pada perkembangan ekspor unit dan komponen sepeda dari Jatim dalam 4 bulan terakhir di tahun 2020 menunjukkan trend yang meningkat”, kata Drajat.
Disebut Kadisperindag jatim, pada bulan Maret nilai ekspornya mencapai US$ 4,25 juta dan di bulan April 2020 naik drastis hingga 74,34% menjadi US$ 7,42 juta dan Bulan Mei stabil diangka US$ 7,38 juta. Negara tujuan utama ekspor sepeda Jatim adalah Inggris, Denmark dan Swedia.
Terkait naiknya permintaan produk sepeda ini, juga menggerakkan tren impor suku cadang dan komponen sepeda Jatim yang mengalami pergerakan yang fluktuatif selama kuartal pertama 2020 ini. Impor komponen dan suku cadang sepeda di Jatim terutama berasal dari Negara China, Taiwan dan Vietnam. Komponen yang paling banyak diimpor adalah rantai, engkol dan forks (garpu sepeda) serta gir.
“Masa pandemi Covid 19 ini mempengaruhi aktivitas impor dan logistik barang antar negara. Bahan baku serta suku cadang sepeda sebagian didatangkan dari luar negeri yang saat ini sulit diperoleh dikarenakan lonjakan permintaan sepeda yang terjadi di seluruh dunia”, jelas Drajat.
Dari sisi kesiapan pabrikan sepeda, lanjut Drajat, dengan adanya peningkatan permintaan sepeda baik di dalam maupun luar negeri membuat dua industri sepeda yang ada di Jatim terus memaksimalkan kapasitas produksinya.
Di Jatim , lanjut pejabat alumnus ITS ini, terdapat dua industri besar sepeda yang berada di Gresik dan Sidoarjo . Keduanya memproduksi berbagai jenis sepeda mulai road bikes, mountain bikes, hybrid, balance bikes dan fold bike,city bikes, trekking bikes, road bikes, mountain bikes dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 60%.
Selama Covid-19 permintaan sepeda produk di dua industry sepeda tersebut naik 20-30% baik untuk pasar dalam maupun luar negeri,” terang Drajat yang telah meninjau langsung kesiapan industri dan pasar di Jatim ini.
Melihat potensi industri sepeda yang mampu mendorong ekonomi Jatim ini, Drajat berharap di masa depan industri ini tetap akan menjadi penyumbang ekonomi yang signifikan. “Kedepannya kita mendukung industri sepeda Jatim bisa tetap bersaing ditengah masa pandemi, mengingat sepeda saat ini bukan hanya sekedar sebagai sarana olahraga, namun telah menjadi gaya hidup baru masyarakat”, pungkas Drajat. [gat]

Rate this article!
Tags: