Permudah Pemasaran Apartemen Lewat Virtual Maket

Ekaguna Gustiawan menunjukkan cara kerja inovasinya untuk melihat isi apartemen menggunakan virtual reality.

Surabaya, Bhirawa
Calon pembeli apartemen tidak lagi harus membayangkan isi apartemen dengan hanya melihat maket atau brosur penawaran. Kalau pun bisa melihat showroom unit, penjual tidak bisa membawanya ke lokasi pameran.
Keterbatasan ini pun dipecahkan Ekaguna Gustiawan mahasiswa Program Kekhususan Multimedia Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya). Dia membuat modul apartemen dengan skala asli yang bisa diakses dengan memakai kacamata Virtual. Teknologi Virtual Reality yang digunakannya dapat menjadi media pemasaran dan memudahkan bantu calon pembeli apartemen membayangkan interior apartemen yang akan dibelinya meskipun tidak di kantor pemasaran.
Produk pemasaran yang dibuatnya ini dinamakan Good Room Architectual Visualization. Terdapat 5 macam ruangan yang ditampilkan yang ada di dalam apartemen yaitu ruang tamu, kamar tidur utama, kamar tidur tamu, kamar mandi, dan dapur.
Secara teknis, pemakaian aplikasi teknologi Virtual Reality (VR) ini pada dasarnya menggunakan 2 alat yaitu kacamata Virtual Reality dan layar kecil atau layar smartphone yang bisa dimasukkan ke dalam kacamata VR.
“Di Indonesia masih sangat jarang menggunakan VR untuk kebutuhan bisnis terutama di bidang properti,” tambah mahasiswa kelahiran Kota Rangkat, Riau ini.
Aplikasi yang digunakan dapat berputar 360 derajat sehingga pengguna dapat melihat keseluruhan isi ruangan ketika berjalan memutar. Namun dalam beberapa kesempatan sebagian orang mungkin akan merasakan pusing ketika memakai kacamata VR dalam jangka waktu yang lama, sehingga Eka menambahkan alat pendukung lain berupa joystick controller.
“User nantinya tidak perlu menggerakan kepala ketika ingin mengubah posisi ruangan pada aplikasi. Mereka dapat berpindah posisi, berganti ruangan atau mengganti warna dengan joystick controller”, terang putra dari pasangan Melati dan Suryani ini.
Joystick controller dapat digunakan untuk mengganti warna pada sofa, tekstur interior ruangan dan lantai, serta berpindah lokasi ruang di dalam apartemen dengan tipe luas 56 meter persegi. Selain itu, alat VR box yang digunakan akan menentukan kualitas pengalamanan para pengguna. Eka menuturkan bahwa semakin tinggi kualitas gear ata kaca mata yang digunakan, maka motion atau gerakan yang dihasilkan pun akan semakin smooth (tidak patah-patah). Hal ini juga dapat mengurangi motion sickness yang mendera para pengguna awam. Total dana yang dihabiskan untuk pembuatan tugas akhir ini sekitar kurang lebih 2 juta rupiah.
Aplikasi yang menggunakan teknologi Virtual Reality yang dikerjakan oleh Eka menggunakan unreal engine 4 sebagai software yang terdapat dalam aplikasi tersebut. “Kurang lebih 1 tahun saya mengerjakan tugas akhir ini. Banyak trial and error juga karena saya juga baru mempelajari bagainana membuat program ini tersinkron dengan joystick,”lanjutnya.
Dosen Pembimbing Eka, Njoto Benarkah dan Ferdi Marcelinus Ferdinand memaparkan program ini masih harus disempurnakan lagi untuk dapat ditawarkan ke pihak properti. “Aplikasi yang dibuat ini bagus dan berbeda dibandingkan dengan program-program aplikasi yang ada di appstore. Karena program yang bisa jalan secara otomatis tidak terlalu banyak.” tutur Njoto Benarkah. [tam]

Tags: