Pernah Kabur dari Rumah Lantaran Punya Pacar Pribumi

Kisah PNS Berdarah Tionghoa yang Berkarir di Pemkot Surabaya

Sri Supatmi

Surabaya, Bhirawa
Tak banyak orang berdarah Tionghoa yang berkarir di dunia pemerintahan. Apalagi menjadi kepala di salah satu instansi pemerintah. Disebut-sebut hal itu  menyimpang dari kultur keluarga yang mayoritas berdagang ini.  Namun Sri Supatmi, Kepala UPTD Liponsos Keputih menepis anggapan itu. Menurutnya bekerja sebagai PNS atau sekarang dikenal dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah cita-cita semasa dia duduk di bangku SMP.
Dari ketujuh saudaranya, Sri Supatmi perempuan kelahiran 1959 di Blitar ini memilih mengabdi sebagai ASN. Pilihan karir Sri ini sempat ditolak oleh keluarganya lantaran menyimpang dari kultur keluarganya sebagai pedagang.
Penolakan dari keluarga besar juga dialami Sri saat kuliah di Akademi Sekretaris dan Manajemen Indonesia (ASMI) Surabaya pada 1982. Kala itu dia  memiliki pacar pribumi. Pilihannya kala itu sempat ditentang keluarga.
” Pilihan saya kerap ditentang keluarga besar. Dimulai dari proses mencari jodoh semasa kuliah saja dulu dilarang sama orangtua karena pacar saya berdarah pribumi. Apalagi memilih karir menjadi PNS. Tapi saya nggak mau menyerah begitu saja, dengan keinginan yang kuat serta cita-cita yang saya inginkan sejak SMP akhirnya semuanya terwujud,” cerita Sri yang menjabat di Liponsos sejak 2007 ini.
Dari proses pencarian jodoh tersebut, Sri memilih pergi meninggalkan rumah lantaran tidak disetujui oleh orangtuanya beserta keluarganya. Sampai lulus kuliah, Sri masih enggan pulang ke rumah. Dari situ, akhirnya memilih melamar pekerjaan melalui tes CPNS di Gubernuran. “Gak disangka saat tes CPNS pada 1985 saya lolos. Sambil menunggu SK keluar, saya memilih jadi sales di perusahaan swasta untuk memenuhi kebutuhan hidup saya. Pada 1986 SK itu keluar dan saya ditugaskan di Kecamatan Sawahan sebagai Kasi Pengembangan,” katanya menceritakan masa mudanya yang berliku.
Diakuinya  mengabdi di lingkungan pemerintah tak banyak dilirik oleh orang-orang keturunan Tionghoa,  termasuk keluarga besarnya. Namun dia tetap yakin dengan pilihannya untuk berkarir sebagai abdi negara.  “Semua keluarga saya rata-rata berprofesi pedagang, memang saya sedikit melenceng dari kultur keluarga. Tetapi sejak awal bekerja di birokrasi saya sudah siap mengabdi sebagai PNS, kalau sudah punya pikiran seperti itu kerja bisa enak,” kata Sri yang pernah jadi sales kosmetik ini.
Karena seringnya bergaul dengan orang Jawa di tempat kerja, Sri pun terbiasa berbicara dalam bahasa krama inggil atau Jawa halus. Dan dia menikmatinya . Karena itu dia bersyukur memilih PNS sebagai lahan pengabdiannya. Bukan bidang bisnis atau perdagangan yang selama ini dicitrakan sebagai profesi utama orang Tionghoa. ” Urusan kepegawaian itu urusan nyata, dan itu saya suka. Apalagi sekarang  dikasih mandat ngurusi Liponsos,” imbuhnya seraya mengatakan anak pertamanya Deni Rusvendra juga mengikuti jejaknya menjadi PNS dan sekarang menjadi Protokol Pemkot Surabaya.
Sri benar-benar total mengabdikan diri untuk mendampingi para penghuni Penampungan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Tak hanya duduk di meja, dia juga terjun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi para gelandangan, pengemis, lansia, anjal, psikotik, maupun PSK binaannya. Bagi Sri pekerjaan apa pun harus ditekuni dengan serius, ikhlas, dan penuh pengabdian.
“Karena itu, ketika dipercaya memimpin UPTD Liponsos sejak 2007, saya benar-benar total mengabdikan diri untuk mendampingi para penghuni dengan segala problematikanya,” kata ibu dua  anak ini.
Sri juga kerap mengajak para remaja yang kegaruk karena pacaran kebablasan bicara dari hati ke hati. Setiap harinya, bersama petugas Liponsos dia berkeliling dari bangunan yang satu ke bangunan lain untuk melayani pengobatan. Para PMKS, khususnya psikotis (penderita gangguan jiwa), memang sangat membutuhkan pengobatan dan pendampingan. Maklum, mereka-mereka ini sudah tidak diurus, bahkan tidak diakui keluarganya sendiri. ” Merekalah yang membuat saya tersentuh, dan mereka juga sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri,” katanya. [geh]

Tags: