Perpus Surabaya Jadi Tempat Kerjakan PR

orang-tua-mendampingi-anaknya-saat-mengerjakan-tugas-sekolah-di-Perpustakaan-Kota

orang-tua-mendampingi-anaknya-saat-mengerjakan-tugas-sekolah-di-Perpustakaan-Kota

Surabaya, Bhirawa
Perhatian Pemkot Surabaya memajukan kualitas dan daya saing warganya memang bukan isapan jempol semata. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini, Surabaya adalah satu-satunya Kota di Indonesia yang mewajibkan setiap sekolah membuat program wajib membaca.
Selain itu, taman bacaan atau perpustakaan tidak hanya bisa didapati di sekolah-sekolah atau di pusat kota saja. Warga khususnya pelajar bisa menemukan dengan mudah taman bacaan masyarakat (TBM), mulai dari balai RW, Kelurahan, Kecamatan, Taman Kota, Rusun, Puskesmas, bahkan terminal.
Tidak seperti di tempat-tempat lain, di mana taman bacaan tidak terawat dan sepi pengunjung, taman bacaan di Surabaya hidup dan menjadi ruang publik. Itu karena taman bacaan di Surabaya dikelola secara profesional dan kreatif oleh para petugas khsusus. Mereka bekerja langsung di bawah Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya.
“Dua hari setelah buka perpustakaan Kota Surabaya sudah ramai dikunjungi. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa yang mencapai 200 orang,” kata Dyah Woro salah satu petugas Baperpus Arsip Kota Surabaya saat ditemui Bhirawa, Kamis (23/7) kemarin.
Dyah memastikan, jumlah tersebut masih belum seberapa karena masih banyak yang mudik lebaran. Mulai ramainya nanti pada saat pelajar masuk sekolah, yakni Senin (27/7) mendatang. “Ini masih belum seberapa karena masih banyak yang mudik lebaran. Tapi hari ini sudah banyak anak-anak bersama orang tuanya yang datang kesini untuk mengerjakan tugas dari sekolahnya,” terang Dyah.
Sementara itu, Endang Trilaksanawati salah satu pengunjung yang sedang menemani anaknya mengatakan, apapun kegiatan anak harus diawasi dan didampingi meski kegiatan itu positif. Dirinya melakukan pendampingan tersebut memang diperlukan dalam mengiringi tumbuh kembang anak.
“Kami selalu memberikan dampingan setiap kegiatannya untuk menciptakan saling percaya terhada orang tua dan anak. Selain itu, untuk berangkat kesini pun (Perpustakaan Kota) faktor keselamatan juga kita perhatikan. Tetap dikenalkan sama dunia luar namun harus ada pendampingan,” kata Endang.
Mengingat bertepatan dengan Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli harus menjadi momen untuk mengoreksi perlindungan anak secara komprehensif. Menurut Endang, peristiwa kematian Angeline yang ada di Bali adalah cermin bagi orang tua yang sering menelantarkan anaknya.
“Intinya masalah orang tua jangan sampai kita lampiaskan pada anak. Beri anak kebebasan dan tumbuh sesuai pertumbuhan anak. Harus diarahkan yang positif, kita ikuti usianya dan kemampuannya. Jadi kita sebagai orang tua harus kembali ikut anak,” imbuh warga Kedung Asem gang VI ini.
Sementara itu, putra dari Endang, Denanda Satria yang naik ke kelas VI ini terlihat serius dalam mengerjakan tugas dari sekolah yakni meresume buku yang ada di perpustakaan. Selain itu, mencatat nama penerbit dari buku tersebut. “Disini itu nyaman, dan taunya hanya ada disini karena dekat sama rumah,” jawab Denanda. (geh)

Tags: