Perpusda Timika Belajar Minat Baca ke Surabaya

Pegawai-Perpustakaan-Daerah-Perpusda-Kota-Timika-Papua-saat-mengunjungi-SDN-Bubutan-IV-yang-terletak-di-Jalan-Semarang-Selasa-144-siang.-[Gegeh-Bagus/bhirawa]

Pegawai-Perpustakaan-Daerah-Perpusda-Kota-Timika-Papua-saat-mengunjungi-SDN-Bubutan-IV-yang-terletak-di-Jalan-Semarang-Selasa-144-siang.-[Gegeh-Bagus/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Ketertarikan orang mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui buku-buku perpustakaan daerah di Kota Timika, Papua sangat rendah. Hal ini disebabkan karena ruang perpustakaan yang kurang representatif, dan belum ada perhatian pemerintah terhadap peningkatan minat baca di kalangan masyarakat.
Selain itu, kerusahan yang ada Kota Timika, Papua juga membuat kalangan pelajar anak-anak hingga mahasiswa enggan untuk mengunjungi Perpustakaan Daerah (Perpusda). Di Kota Timika sendiri  ada tiga Perpustakaan, namun satunya ditutup jadi hanya tinggal dua perpustakaan.
Hal ini disampaikan, pegawai Perpustakaan Daerah Kota Timika ketika berkunjung ke Surabaya, Mariska Tahalele pada Bhirawa, Selasa (14/4) siang. dirinya bersama ketiga rekannya mengunjungi perpustakaan lantaran Surabaya adalah satu-satunya Kota di Indonesia yang mewajibkan setiap sekolah untuk membuat program Wajib Baca.
” Kami kesini untuk belajar caranya menggiatkan minat baca orang, dan nanti akan kami terapkan di Kota kami (Timika). Apalagi Surabaya kan dinobatkan Kota Literasi, hal itu yang membuat kami semakin yakin untuk berkunjung ke Surabaya,” kata Ika sapaan Mariska Tahalele pada Bhirawa ketika berkunjung di SDN Bubutan IV yang terletak di Jalan Semarang No 90 ini.
Dikatakan Ika, upaya untuk mengenalkan anak-anak pada buku dengan kegiatan membaca, adalah sangat baik dalam rangka menumbuhkembangkan minat baca. Namun belum adanya kesadaran membaca buku-buku juga tak bisa dipersalahkan kepada masyarakat, sebab kondisi perpustakaan di daerah kadang tak memenuhi standar.
“Belum lagi kantor perpustakaan disana (Timika) juga masih sewa. Anak-anak Timika lebih suka bermain di mall-mall daripada menyempatkan waktunya untuk datang ke perpustakaan yang telah kami sediakan,” tutur Ika.
Rekan Ika, Irvania Malayana juga mengatakan, selain perlunya gedung perpustakaan daerah, menurut Maya sapaan akrabnya, kegiatan perpustakaan keliling juga giat dilakukan. Namun pada hari Sabtu Minggu libur.
” Di Kota Timika yang sering dibaca itu buku-buku tentang kedokteran, karena disana kan banyak yang sekolah kebidanan. Mangkanya setiap tahunnya kami lakukan pengadaan buku-buku di Jakarta,” terang perempuan asli Jawa yang tinggal di Timika.
Terpisah, Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini Pakistyaningsih berharap dan mengimbau di tiap sekolah mulai dari SD sampai SMA membentuk Duta Literasi di sekolahnya masing-masing.
Sampai saat ini, tambah mantan Kepala BKD Surabaya 2005-2006 ini, yang sudah membentuk Duta Literasi di sekolah di antaranya  SDN IV Bubutan, SMPN 23, SMPN 43, serta SMAN 5. ” Keberadaan Duta Literasi ini mempromosikan buku untuk mempengaruhi temannya gemar membaca,” katanya. (geh)

Tags: