Perpustakaan dan Minat Baca Anak

Refleksi hari Buku Anak Sedunia, 4 April 2017
Oleh :
Yudha Cahyawati
Guru SDN Wates 2 Kota Mojokerto

Konon, Julius Caesar, raja Roma, pernah menyerang ke Mesir. Namun, ternyata Mesir memiliki tentara yang amat kuat. Saking kuatnya, dia pun beserta pasukannya terjepit. Dalam keadaan terjepit itulah, Julius Caesar memiliki ide untuk menghindari musuh, yaitu dengan cara membakar perpustakaan besar Mesir yang bernama Alexandria. Berhasilkah dia? Ya, ternyata Caesar berhasil meloloskan diri dari kepungan tentara Mesir. Rupanya dia tahu betul, bahwa orang-orang Mesir sangat menghargai perpustakaannya.
Dari cerita di atas, tersirat bahwa perpustakaan yang berisi sekumpulan buku yang disusun secara sistematis (pada waktu itu berupa papyrus) merupakan sesuatu yang sangat berharga. Bahkan harganya jauh lebih tinggi dari seorang raja Roma sehingga mereka rela meloloskan musuhnya demi untuk menyelamatkan perpustakaan yang terbakar. Mereka sadar, melalui perpustakaan, pengetahuan yang mereka peroleh dapat diwariskan ke generasi berikutnya dan digunakan sebagai jembatan perantara dalam meningkatkan terus peradabannya ke tingkat yang lebih tinggi
Namun besarnya nilai strategis perpustakaan ini sering kali tak dibarengi dengan bagaimana membangun perpusatakaan yang bisa menarik pembacanya -terutama di sekolah agar berminat dan bersemangat berkunjung ke perpusatakan dan membaca berbagai macam buku. Harus diakui minat dan budaya baca masyarakat kita masih sangat kurang. Dari hasil penelitian Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) di dunia budaya baca Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah setelah Tunisia. Untuk Asia timur, Indonesia juga menduduki peringkat bawah, kalah dengan Malaysia, Vietnam dan Singapura yang baru saja merdeka. Sementara budaya nonton dan shoppingmasyarakat kita cukup tinggi. Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan.
Rendahnya budaya baca kita menjangkiti para siswa kita di sekolah. Salah satunya ditunjukkan dengan sepinya perpustakaan sekolah dari kunjungan siswa. Mengapa perpusatakan sekolah seringkali sepi peminat? Penulis sedikit mengamati ke beberapa sekolah negeri di Surabaya baik setingkat SD, SMP dan SMA, perpustakaan yang dimiliki oleh sekolah kurang memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi siswa.Baik dari segi bangunan, fasilitas, penataan ruang, penataan buku, materi bukunya, dan bahkan pelayanan petugasnya pun ada beberapa terkesan kurang ramah sehingga semakin membuat siswa malas untuk datang bahkan berlama lama di perpustakaan.
Nah kalau begini kondisinya sampai kapan Indonesia akan maju. Sampai kapan anak didik kita mempunyai minat baca yang tinggi? Bagaimana mau menanamkan hobby membaca jika di tempat yang seharusnya mereka enjoy menikmati buku justru mendapatkan ketidaknyamanan. Jangan salahkan anak didik kita jika lebih suka nonton dan shopping daripada pergi ke ke perpustakaan. Memang untuk maju itu harus butuh biaya mahal.Investasi pendidikan sangat diperlukan untuk generasi bangsa yang akan datang. Karena itu perpustakaan sekolah perlu dimodifakasi dalam hal desain gedung, desain interior yang unik, variasi buku, kualitas pelayanan, dan memotivasi siswa.
Modifikasi
Langkah awal yang bisa dilakukan oleh pemerinth dalam hal ini Dinas pendidikan adalah Pertama, mendesain gedung perpustakaan seartistik mungkin. Desain gedung yang indah pasti akan menarik minat siswa untuk datang ke perpustakaan. Realitanya  penulis belum menemui gedung perpustakaan yang artistik desainnya, misalnya di dalam ada kolam ikan  dan taman untuk menyejukkan mata dan menambah keindahan perpustakaan. Jangankan di dalam ruangan, di luarnya pun bahkan nyaris tak ada taman atau tanaman hias. Bukankah sangat menjemukan apalagi di tengah kota yang panas dan penuh polusi seperti Surabaya. Kalau gedung perpustakaan mampu tampil sejuk, indah maka penulis yakin anak didik kita akan berbondong-bondong ke perpustakaan tanpa diperintahkan oleh guru.
Anda masih ingat dengan iklan parfum “…kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah Anda….” kalau desain interiornya apik dan menarik maka anak didik kita akan betah bahkan mereka akan kangen untuk datang ke perpustakaan setiap ada waktu luang. Selama ini perpustakaan selalu didominasi dengan meja panjang dan bangku panjang disusun seperti konferensi meja bundar. Bukankah ketika membaca kita bisa dengan seenak hati. Kita bisa duduk di lantai, di rumput-rumputan, di bawah pohon, di tepi kolam bahkan bersandar di ayunan.
Kita bisa mendesain interior perpustakaan sesantai mungkin.Kita bisa berimprovisasi dengan alam. Desain interior akan sangat erat hubungannya dengan desain gedung maka sebaiknya antara keduanya harus disinkronkan konsepnya terlebih dahulu.
Kedua, memperbanyak variasi buku. Buku merupakan sumber ilmu dan jendela dunia. Ada beberapa sekolah negeri yang masih belum rutin menambahkan koleksi buku bacaannya. Sekolah seharusnya mengalokasikan dana yang cukup untuk pembelian buku baru. Apalagi sekarang ada dana BOS. Sehingga siswa bisa terus mengikuti perkembangan buku baru tanpa  membeli. Berbeda dengan sekolah swasta,  mereka mengalokasikan dana yang cukup banyak untuk pembelian buku setiap tahun ajaran baru. Ironis memang. Sekolah negeri yang notabene dibiayai pemerintah malah miskin buku, padahal persentase anak kurang mampu banyak di sekolah negeri. Sekarang, dengan adanya dana BOS seharusnya hal itu tidak perlu dikeluhkan lagi. Kalau perpustakaannnya saja miskin buku lalu apa jadinya bangsa ini kedepannya.
Ketiga, pelayanan siswa. Ketika kita masuk di perpustakaan maka kita ibarat raja yang siap dilayani. Seharusnya petugas perpustakaan harus bisa menjadi marketing yang baik untuk anak didik kita. Jangan sampai mereka malas ke perpustakaan hanya karena petugasnya tidak familier bahkan sangat galak. Kalau anak didik kita merasa terlayani dengan baik mereka akan sering datang ke perpustakaan karena mereka merasa bahwa yang datang ke perpustakaan mendapat pengharagaan atas dirinya.
Keempat, membeirkan penghargaan. Ada sebuah sekolah swasta di Surabaya yang memberikan penghargaan berupa hadiah kepada siswa peminjam buku terbanyak di perpustakaaan setiap tahunnya. Itu salah satu contoh bagaimana sekolah bisa memberikan motivasi yang kongkrit kepada anak didik. Jangankan siswa orang dewasa pun pasti akan senang kalau apa yang dikerjakan mendapat penghargaan, bukan materi ynag dilihat tetapi bentuk perhatian yang lebih diutamakan.
Tidak ada kata terlambat dan tidak ada kata tidak bisa jika kita mau berusaha. Bukan semata untuk anak kita, atau untuk siswa kita tetapi demi meningkatkan kemajuan bangsa kita di masa yang akan datang.
————- ooo —————

Rate this article!
Tags: