Perpustakaan Keluarga dan Minat Baca Anak

Oleh :
Yudha Cahyawati
Guru SDN Wates 2 Kota Mojokerto

Konon, Julius Caesar, raja Roma, pernah menyerang ke Mesir. Namun, ternyata Mesir memiliki tentara yang amat kuat. Saking kuatnya, dia pun beserta pasukannya terjepit. Dalam keadaan terjepit itulah, Julius Caesar memiliki ide untuk menghindari musuh, yaitu dengan cara membakar perpustakaan besar Mesir yang bernama Alexandria. Berhasilkah dia? Ya, ternyata Caesar berhasil meloloskan diri dari kepungan tentara Mesir. Rupanya dia tahu betul, bahwa orang-orang Mesir sangat menghargai perpustakaannya.
Dari cerita di atas, tersirat bahwa perpustakaan yang berisi sekumpulan buku yang disusun secara sistematis (pada waktu itu berupa papyrus) merupakan sesuatu yang sangat berharga. Bahkan harganya jauh lebih tinggi dari seorang raja Roma sehingga mereka rela meloloskan musuhnya demi untuk menyelamatkan perpustakaan yang terbakar. Mereka sadar, melalui perpustakaan, pengetahuan yang mereka peroleh dapat diwariskan ke generasi berikutnya dan digunakan sebagai jembatan perantara dalam meningkatkan terus peradabannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Minat Baca Rendah
Namun besarnya nilai strategis perpustakaan ini sering kali tak dibarengi dengan bagaimana membangun perpusatakaan yang bisa menarik pembacanya -baik di rumah maupun di sekolah agar anak-anak kita berminat dan bersemangat berkunjung ke perpusatakan dan membaca berbagai macam buku. Harus diakui minat dan budaya baca masyarakat kita masih sangat rendah. Berdasarkan study “Most Literred Nation in the World 2016”, menyebutkan minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100%. Data ini jelas menunjukkan bahwa tingginya minat baca di Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Perpustakaan Nasional tahun 2017, Rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku. Rendahnya budaya literasi masyarakat Indonesia inilah yang kemudian berdampak pada rendahnya capaian Indeks Pembangunan Manusia. Dilansir dari data hasil penelitian yang dilakukan United Nations Development Programme (UNDP), menyebutkan tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Penmbangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 14,6%. Persentase ini jauh lebih rendah daripada Malaysia yang mencapai angka 28% dan Singapura yang mencapai angka 33%. Budaya literasi rendah, pada saat yang sama budaya nonton, game, dan shopping masyarakat kita cukup tinggi. Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan dan efek dominonya akan berpengaruh pada tingkat kemajuan suatu negara.
Membangun budaya literasi anak menjadi tanggung jawab kita semua, termasuk keluarga. Membangun budaya literasi anak bisa dimulai dari rumah, salah satunya dengan melalui penyediaan perpustakaan atau ruang baca keluarga di rumah yang nyaman dan menarik. Bagaimana mau menanamkan hobby membaca jika di tempat yang seharusnya mereka enjoy menikmati buku justru mendapatkan ketidaknyamanan. Jangan salahkan anak-aak kita jika mereka lebih suka nonton, main game, dan shopping di luar daripada pergi ke perpustakaan rumah. Memang untuk maju itu harus butuh biaya mahal. Investasi pendidikan sangat diperlukan untuk generasi bangsa yang akan datang. Karena itu perpustakaan rumah atau keluarga perlu dimodifakasi dalam hal desain gedung, desain interior yang unik, variasi buku, kualitas pelayanan, dan memotivasi anak-anak.
Modifikasi Perpustakaan Rumah
Langkah awal yang bisa para orang tua lakukan di rumah adalah Pertama, menyediakan ruang baca keluarga atau perpustakaan khusus yang didesain seartistik mungkin. Desain ruangan yang indah pasti akan menarik minat anak-anak untuk betah di ruang baca keluarga. Realitanya, penulis belum menemui ruang baca atau perpustakaan keluarga yang artistik desainnya, misalnya di dalam ada kolam ikan dan taman untuk menyejukkan mata dan menambah keindahan perpustakaan. Jangankan di dalam ruangan, di luarnya pun bahkan nyaris tak ada taman atau tanaman hias. Aksesoris ruangan yang menarik yang diwarnai dengan quote dari para tokoh inspiratif dan gambar-gambar akan menambah minat baca anak. Kalau ruang baca keluarga mampu tampil sejuk, indah maka penulis yakin anak-anak kita di rumah akan lebih betah dan berlama-lama di ruang baca tanpa diperintahkan bapak-ibunya.
Jika desain interior dan eksteriornya apik dan menarik, maka anak-anak kita akan betah bahkan mereka akan kangen untuk pulang dan datang ke perpustakaan keluarga setiap ada waktu luang. Laiknya perpustakaan pada umumnya selalu didominasi dengan meja dan bangku panjang disusun seperti konferensi meja bundar. Bukankah ketika membaca kita bisa dengan seenak hati. Kita bisa duduk di lantai, di rumput-rumputan, di bawah pohon, di tepi kolam bahkan bersandar di ayunan.
Kita bisa mendesain interior perpustakaan sesantai mungkin. Kita bisa berimprovisasi dengan alam. Desain interior akan sangat erat hubungannya dengan desain gedung maka sebaiknya antara keduanya harus disinkronkan konsepnya terlebih dahulu.
Kedua, memperbanyak variasi buku. Buku merupakan sumber ilmu dan jendela dunia. Ada beberapa sekolah negeri yang masih belum rutin menambahkan koleksi buku bacaannya. Para orang tua sudah saatnya mengalokasikan dana yang cukup untuk pembelian buku baru. Sehingga siswa bisa terus mengikuti perkembangan buku-buku baru tanpa membeli.
Ketiga, mengatur waktu baca anak di rumah. Para orang tua bisa membuat komitmen, kesepakatan bersama, dan jadwal membaca bersama dalam keluarga. Misalnya di akhir pekan dijadikan sebagai hari bersama keluarga di rumah dengan banyak membaca di ruang baca keluarga. Singkatnya, perlu disediakan waktu untuk keluarga meramaikan ruang baca keluarga. Para orang tua tentu saja harus memberi contoh atau keteladanan dalam hal literasi. Perilaku anak akan melihat dan meniru perilaku dan kebiasaan apa yang dilakukan orang kedua orang tuanya di rumah.
Keempat, memberikan penghargaan. Para orang tua di rumah perlu untuk memberikan penghargaan yang tinggi kepada anak-anaknya yang gemar membaca di rumah. Penghargaan diberkan, misalnya untuk kategori jumlah buka yang dibaca dalam satu bulan terakhir, intensitas anak ke ruang baca keluarga untuk membaca. Itu salah satu contoh bagaimana orang tua bisa memberikan motivasi yang kongkrit kepada anak-anak di rumah. Jangankan siswa orang dewasa pun pasti akan senang kalau apa yang dikerjakan mendapat penghargaan, bukan materi yang dilihat tetapi bentuk perhatian yang lebih diutamakan.
Tidak ada kata terlambat dan tidak ada kata tidak bisa jika kita mau berusaha. Bukan semata untuk anak-anak kita, tetapi demi meningkatkan kemajuan bangsa kita di masa yang akan datang.

———– *** ————

Tags: