Persiapan (Sukses) UN

Karikatur Ilustrasi

Pelajar sekolah kelas XII mulai intensif persiapan menghadapi ujian nasional (UN). Mulai pekan akhir Pebruari, sekolah-sekolah menjalin kerjasama dengan lembaga bimbingan belajar. Kisi-kisi materi soal UN sudah dipapar Kementerian Pendidikan. Try-out, telah diselenggarakan oleh sekolah, maupun kelompok siswa secara mandiri. Guru-guru juga berupaya meningkatkan kesiapan siswa melalui asah kecerdasan spiritual.
Pembacaan doa, dan peningkatan ibadah disarankan kepada siswa. Termasuk melaksanakan shalat tahajud (bangun tengah malam), dilanjut belajar sampai pagi. Upaya gigih siswa kelas XII merupakan respons terhadap orangtua yang selama ini telah berkorban mengeluarkan biaya pendidikan. Termasuk pada saat akhir jenjang pendidikan. Bagai “habis-habisan” mengeluarkan biaya persiapan, agar anaknya lulus UN dengan memperoleh nilai baik.
Siap atau tidak siap, UN harus dijalani. Toh sebenarnya, berbagai ujian serupa sudah sering dihadapi, walau istilahnya bukan Unas. Biasanya memakai istilah UTS (ujian tengah semester), atau UAS (ujian akhir semester). Bahkan, mulai pekan ini tingkat SLTA sudah mulai ujian sekolah. Bedanya, berbagai ujian itu materi soal-soal dibuat oleh sekolah sendiri. Sedangkan materi UN dibuat oleh pemerintah. Hanya sedikit beda. Biasanya beda pada narasi.
Materi soal UN terasa lebih sulit. Boleh jadi, pembuat materi soal bukan guru. Narasi materi UN SLTA, terkesan berliku-liku bagai menjebak. Banyak yang terpeleset dan salah memahami soal, sehingga jawaban yang dipilih menjadi salah. Tetapi anehnya, peserta didik yang mengikuti bimbel di luar sekolah, seolah-olah cukup memahami bahasa materi soal. Nampaknya, bimbel telah membiasakan diri dengan bahasa N.
Unas, harus diakui masih merepotkan seluruh stake-holder kependidikan. Pemerintah daerah (Diknas) repot karena anggaran UN tidak dapat dicairkan untuk termin pekerjaan yang sedang dibutuhkan. Biaya pengawas, biasanya belum dicairkan sampai H-1 pelaksanaan UN. Sekolah, juga direpotkan karena hak evaluasi hasil belajar lembaga pendidikan “diambil-alih” oleh pemerintah pusat.
Tetapi yang lebih direpotkan adalah orangtua murid, karena harus menambah biaya bimbingan belajar (bimbel) anak-anak untuk menjamin nilai kelulusan yang baik. Terutama untuk anak-anak SMP, nilai kelulusan akan menjadi tiket utama untuk memasuki sekolah (SMU/MA dan SMK). Tujuannya bisa masuk sekolah negeri maupun sekolah favorit. Selain gratis (dibiayai pemerintah), sekolah negeri rata-rata memiliki mutu pengajaran lebih baik.
Tetapi sejak tahun lalu, kisi-kisi materi UN telah dipapar Kementerian Pendidikan. Bisa di-unggah melalui laman. Sekolah turut memfasilitasi mengumpulkan kisi-kisi materi soal UN. Sekolah berkepentingan meningkatkan nilai hasil UN anak didik. Nilai tinggi siswa akan menjadi prestasi sekolah. Sekaligus menjadi bukti keberhasilan pengajaran. Juga “gengsi” sekolah. Tidak perlu lagi berburu bocoran soal, seperti terjadi pada beberapa tahun silam.
Hari-hari jelang UN, bagai hitung mundur cepat. Menjadi kesibukan (dan ke-seksama-an) bersama, pihak sekolah, orangtua dan murid. Ke-seksama-an telah dimulai pekan ini, karena UN akan dimulai sebulan lagi (25 Maret). Diawali oleh siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Disusul siswa SMA dan MA (Madrasah Aliyah) pada 1 April. Seluruhnya, masing-masing berlangsung empat hari. Diperkirakan, “keheningan” UN akan terjadi pada hari kedua hingga hari akhir.
UN tingkat SMP akan dilaksanakan 22 April. Peringatan hari “Kartini” yang biasa dirayakan dengan kebahagiaan pesta, pasti akan ditunda setelah UN. Sekaligus sebagai relaksasi. Sedangkan UN SD (dan Madrasa Ibtidaiyah) dimulai bersamaan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Yang melegakan, hasil UN bukan satu-satunya alat “meng-eksekusi” kelulusan sekolah. Tetapi juga dengan perimbangan hasil selama sekolah (rapor, dan ujian sekolah).

——— 000 ———

Rate this article!
Persiapan (Sukses) UN,5 / 5 ( 1votes )
Tags: