Persoalan Sosial Jadi Inspirasi Inovasi Teknologi

Teknologi VR menciptakan tren baru dalam dunia teknologi. Salah satunya yaitu paduan teknologi dan reality yang terpogram. Oleh karena itu, Viery Darmawan (kanan), Fadli Farham dan kedua temannya, membuat Aplikasi Virdy (Virtual Disasters Simulation) untuk simulasi bencana alam.

Surabaya, Bhirawa
Intesitas bencana alam yang masih terjadi di Indonesia akhir-akhir, mendorong beberapa pihak baik di kalangan pendidikan maupun pemerintah mengajukan pendidikan bencana alam. Salah satunya melalui simulasi dini hingga pembutan fitur simulasi baik dalam bentuk sistem informasi maupun aplikasi. Hal itupun juga dilakukan oleh Viery Darmawan, Fadli Farham, Nia Shafira, Farhan Adi dan Nuril Ratu ini. Mahasiswa D4 Teknik Informatika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ini membuat Aplikasi Virdy (Virtu Disasters Simulation).
Dijelaskan Viery Darmawan, cara kerja aplikasi Virdy sendiri bergantung pada user. Di mana, user akan memilih lokasi terjadinya bencana yang akan disimulasikan. Seperti, pada gedung bertingkat. Saat terjadi bencana gempa bumi, Virdy akan mengarahkan user untuk menyelamatkan diri. Misalnya memerintahkan untuk bersembunyi di bawah meja, keluar ruangan atau berkumpul di titik kumpul yang aman.
“Penggunaan VR ini kami sesuaikan dengan kejadian secara riil. Tapi aplikasi ini memang saya buat tarafnya untuk gempa bumi,” ungkap dia saat ditemui Bhirawa pada Softwarw Expo 2019 di gedung Pens, Kemarin (8/1).
Dibuatnya aplikasi Virdy, lanjut dia, dirancang untuk menyikapi terjadinya bencana gempa bumi di Indonesia. Dengan begitu, masyarakat akan lebih teredukasi dengan penyelamatan bencana melalui simulasi berbentuk VR ini. “Sehingga jika terjadi bencana masyarakat sudah siap ketika terjadi bencana,”tuturnya .
Dalam pembuatan ini, pihaknya juga bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) setempat. Mereka menilai, penggunaan VR ini lebih efektif di bandingkan dengan simulasi konvensional yang sering dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Sebab, user tidak hanya di minta untuk berlindung dan menyelematkan diri. Melainkan juga bisa merasakan getaran ketika terjadi gempa. Selain itu efek reruntuhan, juga suara peringatan bencana dan pemblokiran jalan juga melengkapi fitur simulasi Virdy. Sehingga user akan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri. “Penerapan simulasi gempa di VR memberikan kesan yang nyata. Seakan-akan user berada di tempat bencana ,” urainya. Lebih lanjut, aplikasi Virdy ini juga dilengkapi oleh VR Controller sebagai penunjuk arah berjalan membuka pintu hingga pemilihan menu tempat bencana. Diakuinya, pembuatan Virdy sendiri membutuhkan waktu 3 sampai 4 bulan. “Kendalanya kemarin layar VR sempat hitam. Apalagi 3D sendiri harus detail dan agak berat. Ini juga tidak bisa digunakan di sembarang hp harus ada spesifikasinya seperti android versi 5 keatas dan support VR,” paparnya.
Sementara itu, tim Survaillance System yang terdiri dari Aviv Prima Nuryanto, Yuda Maulana dan Razzaq Khairurraziqien merancang sebuah sistem prototype pengawasan berbasis IoT untuk meningkatkan keamanan terhadap anak. Menurut Aviv Prima, dibuatnya prototype tersebut sebagai salah satu solusi untuk mencegah tindak kriminal seperti kasus penculikan dan anak hilang. Dengan Surveillance System, orangtua lebih bisa mengontrol dan mengetahui posisi anak di keramaian. Prototype tersebut dirancang dengan menggunakan dua fitur, yakni pertama, mendeteksi jarak anak di tempat keramaian. Kedua, melacak lokasi anak ketika berada di luar jangakauan sinyal wifi. Dengan demikian, alat akan mengirimkan lokasi anak melalui google maps.
“Prototype ini untuk mengontrol anak yang belum mengenal smartphone. Dan ini cocok di terapkan untuk usia 6-9 tahun,” ujarnya.
Sayangnya, prototype tersebut masih menggunakan sms untuk pemberitahuan informasi lokasi anak. Sehingga jika tidak ada jangkauan sinyal sms, orangtua tidak bisa mengirim sinyal balasan. Di lain sisi, daya baterai yang kecil hanya bisa digunakan sampai 5 hingga 6 jam.
“Banyak yang perlu diperbaiki dan dikembangkan. Salah satunya nanti alat akan di buat lebih simple. Seperti kalung atau gelang. Sehingga anak tidam keberatan lagi membawa alat ini,” pungkas dia.

Beri Wadah Kembangkan Inovasi hingga Start up
Software Expo 2019 jadi ajang pertunjukkan 36 produk inovasi di bidang teknologi yang dilakukan PENS Surabaya. Selain meningkatkan kualitas mahasiswa di bidang teknologi, Software Expo 2019 juga memberikan kesempatan untuk pihak industri developer. Menurut Ketua Panitia yang juga dosen prodi Teknik Informatika, Umi Sa’adah software expo tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di mana tahun ini pihaknya bekerjasama dengan banyak industri developer. Mulai dari tahapan riview program, prototype maupun sistem hingga menjadi mentor bagi mahasiswa. .
“Sehingga ketika aplikasi itu jadi tidak hanya menjadi kacamata user dan mahasiswa tapi juga industri dan bisnis,” ujar dia. Selain itu, sambungnya, ada beberapa penghargaan dengan beberapa kategori yang akan diberikan kepada mahasiswa. Seperti penghargaan untuk teknologi yg dipakai, user friendly, market packaging, best documentation dan team work. Di samping juga ada apalikasi favorit pilihan pengunjung.
“Ini tahun ke 9 software expo. Awalnya agenda ini untuk mengapresiasi mahasiswa di mana mahasiswa diminta untuk menghasilkan sebuah produk aplikasi dan system. Tapi kita kembangkan lagi dari segi apresiasi dan kerjasama dengan pihak industri,” jelasnya.
Secara institusi pihaknya berupaya mendorong mahasiswa untuk mengikuti kompetisi. Bahkan beberapa dari mereka mengembangkan produk teknologi menjadi bisnis start up.
“Kami berharap dari tahun ke tahun ada peningkatan kualitas. Selalu kita adakan evaluasi,” tutupnya. [ina]

Tags: